Economic Issues zkumparan

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berpeluang Capai 6% di 2022

Agus Martowardojo (tengah) (Photo: Anastasia/SWA)

Bank Indonesia (BI) meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai angka 5,05%.

Namun, jika ditilik lebih jauh, kondisi ini menunjukan adanya perbaikan dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 4,88% pada 2015 dan 5,02% tahun 2016 lalu. Pertumbuhan ekonomi tahun ini didorong oleh adanya perbaikan di sektor investasi, ekspor, dan impor.

Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, memaparkan, perbaikan di sektor ekspor dan impor beriringan dengan terjadinya peningkatan volume perdagangan dunia pada tahun 2016 lalu yang mencapai 4,1%. Sementara itu, perbaikan di sektor ekspor didorong oleh naiknya harga komoditas Indonesia sebesar 22% atau naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5,4%. “Kenaikan ini akan terus berlanjut di tahun depan, namun akan jauh lebih lambat, yakni sebesar 0,5%,” kata Agus.

Sementara itu dari sisi neraca perdagangan, Indonesia mengalami surplus sebanyak US$12 miliar sampai dengan November 2017. Angka ini naik dari periode sebelumnya yang hanya mencapai US$8,48 miliar. Di sisi lain, defisit transaksi berjalan Indonesia pada tahun ini mencapai 1,65% dari Gross Domestic Bruto (GDP), angka ini juga lebih baik dari tahun 2013 yang hanya mencatat 4,2% dari GDP.

Agus memaparkan, cadangan devisa Indonesia juga mengalami kenaikan dari tahun 2008 sebesar US$ 51,6 miliar, naik menjadi US$125,9 miliar pada November tahun ini. “Angka ini sepadan dengan 8,1 bulan impor dan pembayaran kewajiban Indonesia ke luar negeri. Kondisi ini menunjukan adanya perbaikan ekonomi Indonesia,” kata dia.

Agus juga memprediksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 akan mencapai angka 5,1 sampai 5,5%. Sedangkan untuk tahun 2022, Agus memprediksi pertumbuhan ekonomi berpeluang mencapai angka 5,8-6,1%.

Namun, menurutnya, angka tersebut bisa dicapai apabila pemerintah berkomitmen untuk melakukan reformasi struktural di sektor riil, fiskal, dan moneter dan juga melakukan reformasi di bidang infrastruktur, institusi, SDM dan Inovasi. “Tentunya kita ingin perekonomian Indonesia tetap berkesinambungan, kuat, dan seimbang. Oleh karena itu, program reformasi struktural harus dijalankan, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih kuat dari base line tadi,” kata Agus.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved