Trends Economic Issues zkumparan

Rincian Kinerja APBN Semester I Respons Pandemi

BCA terapkan tempat duduk berjarak mengikuti himbauan pemerintah terkait pembatasan jarak (Foto: istimewa)

Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian domestik mulai terlihat pada pertumbuhan ekonomi Triwulan I-2020. Tren penurunan perekonomian global bertransmisi secara cepat ke perekonomian nasional yang menyebabkan gangguan pada sisi demand dan supply. APBN sebagai instrumen utama dalam penanganan dampak Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hal ini dilakukan melalui pemberian insentif pajak, peningkatan belanja negara dan pembiayaan anggaran untuk menangani masalah kesehatan, perlindungan sosial, serta dukungan kepada dunia usaha dan pemerintah daerah (Pemda).

Inflasi pada semester I/2020 mengalami penurunan, antara lain dipengaruhi oleh lemahnya permintaan. Inflasi melambat dipengaruhi Covid-19 dan kebijakan PSBB. Laju inflasi pada Juni 2020 mencapai 1,96% (year on year) dan Januari-Juni sebesar 1,09% (year to date/ytd), lebih rendah dari pola historis 3 tahun yaitu 2,11% (ytd). “Salah satu kegiatan yang paling terlihat mengalami perubahan adalah inflasi Ramadhan dan Idul Fitri sangat rendah sebagai dampak dari PSBB. Hal ini berbeda dengan pola historis tahun-tahun sebelumnya yang biasanya tinggi,” tulis Rahayu Puspasari, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, dalam siaran pers di Jakarta, Jum’at (10/7/2020).

Dampak pandemi Covid-19 sudah mulai terlihat pada kuartal I-2020. Pada Januari-Maret tahun ini, konsumsi masyarakat turun terutama untuk sektor transportasi, restoran dan hotel. Hal ini diikuti dengan turunnya investasi terutama untuk jenis mesin, dan produk kekayaan intelektual.

Di sisi lain, perdagangan internasional positif, didorong oleh pertumbuhan ekspor nonmigas serta penurunan impor seiring pelemahan permintaan domestik. Pada kuartal II-2020, tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berlanjut dan semakin dalam, terutama dengan adanya pembatasan sosial di tingkat daerah yang masif untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

Rahayu menjabarkan kondisi pasar keuangan mulai membaik yang tercermin pada penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan tingkat suku bunga SPN 3 Bulan. Nilai tukar sempat melemah signifikan pada pertengahan Maret hingga April, namun sejak Mei kembali menguat. “Sedangkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan bergerak menurun dipengaruhi perbaikan likuiditas pasar keuangan dalam negeri dan minat investor pada obligasi jangka pendek,” ucap Rahayu.

Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) mulai mengalami tren naik, sementara lifting migas turun sejalan dengan penurunan permintaan minyak dunia. Harga minyak mentah awal 2020 merosot karena melemahnya permintaan akibat Covid-19 dan oil price war Arab Saudi-Rusia. Posisi terendah ICP terjadi pada April 2020 yaitu US$ 20,7/barel. Sejak Mei, harga mulai naik karena perbaikan permintaan seiring berakhirnya kebijakan lockdown di berbagai negara. Pada semester I/2020, rata-rata ICP mencapai US$ 39,8/barel. Sementara itu, realisasi Januari – Mei 2020 rata-rata lifting minyak 702 ribu barel per hari (rbph) dan lifting gas 987 ribu barel setara minyak per hari (rbsmph)

Realisasi APBN semester I/2020, defisit mencapai 1,57% PDB sejalan penurunan pendapatan akibat perlambatan ekonomi. Sedangkan kinerja belanja tetap dapat tumbuh positif dalam rangka mendukung penanganan dampak Covid-19.

Kemenkeu merevisi pendapatan negara tahun 2020 sebagai dampak perlambatan ekonomi yang ikut memengaruhi asumsi makro, serta pemberian insentif dalam rangka penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) menjadi bagian instrumen kebijakan penanganan dampak Covid-19 dan pemulihan ekonomi melalui pemberian insentif. Penyesuaian target dilakukan melalui revisi Peraturan Presiden (Perpres) 54/2020 kemudian di Perpres 72/2020.

Pada dokumen APBN 2020, pajak diperkirakan sebesar Rp 1.642,6 triliun. Namun di Perpres 54/2020 direvisi menjadi Rp 1.254,1 triliun, dan kemudian menjadi Rp 1.198,8 triliun pada Perpres 72/2020. Sedangkan Kepabeanan dan Cukai, pada dokumen APBN 2020 sebesar Rp 223,1 triliun, kemudian masing-masing pada Perpres 54/2020 dan Perpres 72/2020 berubah menjadi Rp 208,5 triliun dan Rp 205,7 triliun. PNBP juga mengalami perubahan yaitu secara berurutan dari Rp 367,0 triliun menjadi Rp2 97,8 triliun, kemudian Rp 294,1 triliun.

Untuk Belanja Negara Tahun 2020, kebijakan countercyclical dilakukan dengan penyesuaian Pagu untuk mendukung belanja penanganan dampak Covid-19 baik di sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi. Anggaran belanja negara mengalami perubahan dari APBN 2020 sebesar Rp 2.540,4 triliun, menjadi Rp 2.613,8 triliun pada Perpres 54/2020, kemudian naik menjadi Rp 2.739,2 triliun pada Perpres 72/2020.

Tambahan belanja diarahkan untuk penanganan dampak Covid-19 yaitu di bidang kesehatan, melindungi masyarakat terdampak, serta pemulihan ekonomi. Pemerintah juga melakukan kebijakan refocusing dan realokasi yaitu untuk peningkatan efisiensi yang sejalan dengan kebijakan pembatasan sosial, misalnya belanja perjalanan dinas dialihkan untuk penanganan Covid-19.

Beberapa anggaran belanja yang mengalami pertumbuhan antara lain adalah realisasi belanja modal yang tumbuh sebesar 8,7%, yang didukung percepatan pelaksanaan kegiatan di awal tahun. Untuk mendukung program PEN, program padat karya telah dilaksanakan di beberapa kementerian/lembaga (K/L). Selain itu, realisasi belanja bansos tumbuh sebesar 41,0% untuk mendukung kebijakan Jaring Pengaman Sosial dalam rangka penanganan pandemi Covid-19. Dalam menangani Covid-19, hampir semua negara memberikan stimulus dengan skema extraordinary dan dengan ukuran yang luar biasa.

Kebijakan stimulus APBN berdampak pada penambahan defisit menjadi 6,34% dari PDB. Pelebaran defisit merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan countercyclical tatkala ekonomi melemah, Pemerintah memberikan stimulus bagi perbaikan ekonomi. Dalam rangka penanganan pandemi Covid-19, untuk mendukung pembiayaan APBN, kebijakan yang dilakukan pemerintah bersama BI adalah BI dapat membeli SBN di pasar perdana yang sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020.

Proyeksi APBN Tahun 2020Beragam institusi internasional memberikan proyeksi yang beragam terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang menunjukkan masih tingginya ketidakpastian, khususnya di tahun 2020. IMF memprediksi perekonomian Indonesia pada -0,3, World Bank menyebutkan pertumbuhan 0 pada 2020. OECD juga memroyeksikan perekonomian Indonesia berada pada -3,9 s.d. -2,8, sementara ADB dan Bloomberg (median) masing-masing memroyeksi -1 dan 0,5.

Pertumbuhan ekonomi semester II diharapkan membaik dan stabilitas ekonomi makro terjaga, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diproyeksikan untuk dapat tumbuh positif dengan didukung program PEN. Program stimulus bantuan sosial akan mendorong konsumsi masyarakat Semester II, sementara konsumsi pemerintah di semester II dapat meningkat sejalan realisasi belanja pemerintah (pusat dan daerah). Selain itu, investasi semester kedua diperkirakan tumbuh moderat seiring dengan membaiknya keyakinan investor. Namun, perdagangan internasional diperkirakan masih mengalami kontraksi karena masih rendahnya permintaan global.

Sementara itu, inflasi diperkirakan meningkat bertahap seiring pulihnya konsumsi, dengan inflasi inti meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan pasca pelonggaran PSBB bertahap. Inflasi pangan relatif terkendali, namun masih terdapat risiko fluktuasi harga pangan pada masa tanam. Nilai tukar rupiah diperkirakan dalam tren menguat sejalan dengan stabilitas ekonomi makro dan arus modal masuk ke dalam negeri namun tetap diwaspadai risiko volatilitas pasar keuangan global.

Harga minyak masih terdapat risiko volatilitas karena pengaruh supply and demand global serta faktor geopolitik. Lifting migas akan dioptimalkan untuk mencapai target dengan menjaga keekonomian wilayah kerja, efisiensi biaya, serta mengupayakan proyek-proyek migas yang onstream di tahun 2020 dapat berjalan tepat waktu. Pendapatan Negara semester II akan dioptimalkan terutama dari sisi perpajakan sejalan dengan membaiknya aktivitas usaha di Era Normal Baru. Proyeksi (outlook) belanja negara semester II diperkirakan lebih baik sejalan dengan implementasi kebijakan penanganan Covid-19 dan program PEN.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved