Trends Economic Issues

Riset: Netizen Menilai Sri Mulyani dan Susi Layak Dipertahankan

Oleh Editor
Riset: Netizen Menilai Sri Mulyani dan Susi Layak Dipertahankan
Sri Mulyani Indrawati dan Susi Pudjiastuti
Sri Mulyani Indrawati dan Susi Pudjiastuti (Foto : Indopos)

Hasil Riset Indonesia Indicator (I2) menunjukkan bahwa sebagian besar netizen atau warganet di Facebook menilai Sri Mulyani Indrawati dan Susi Pudjiastuti layak dipertahankan sebagai menteri di kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin mendatang.

“Di mata netizen, dua nama ini merupakan sosok menteri yang berkarakter,” ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang saat memaparkan hasil risetnya bertajuk ‘Menteri dalam Framing Media Sosial 2019’ seperti dikutip dari siaran pers, di Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019.

Rustika menjelaskan, kedua sosok itu dinilai tak hanya mumpuni atau berkompeten dalam bidangnya, tapi juga komunikator yang baik. “Di mata netizen, dua nama ini merupakan sosok menteri yang berkarakter, bukan hanya mumpuni atau berkompeten dalam bidangnya, yang ditunjukkan dengan kemampuannya menjadi pemimpin, tetapi juga komunikator yang baik,” ucapnya.

Di mata publik, kebijakan-kebijakan yang mereka ambil kerap mengundang kontroversi. Meski begitu, kedua menteri itu berhasil menunjukkan kinerja yang konkret dan positif bahkan kerap mendapatkan penghargaan dari lembaga internasional.

Sri Mulyani misalnya, kata Rustika, dinilai tegas dalam memberantas korupsi dan mereformasi birokrasi di Kemenkeu. Selain itu Sri Mulyani dinilai dapat menjaga stabilitas perekonomian Indonesia di tengah disrupsi atau krisis ekonomi dunia (antara lain akibat perang ekonomi AS-Cina serta krisis ekonomi di Eropa).

Kinerja Sri Mulyani yang dinilai positif, antara lain penerimaan negara yang melampaui target, kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS), pengembalian saham PT Freeport Indonesia ke pemerintah serta penyelamatan uang negara dari perusahaan milik Tommy Suharto. Ia juga dinilai berhasil dalam ikut serta menghelat pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) di Bali, dan prestasinya sebagai Finance Minister of the Year 2019 Global and the Asia Pacific.

Namun begitu, ada juga sentimen negatif yang muncul terkait nama Sri Mulyani. Sejumlah sentimen negatif itu antara lain dari melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, bertambahnya utang negara, dan defisit keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Sementara itu, Susi Pudjiastuti dinilai tegas dalam menjaga kedaulatan wilayah perairan laut Indonesia dari illegal fishing. Walhasil, Indonesia menjadi salah satu eksportir ikan besar dunia dan menyelamatkan potensi hasil laut bernilai triliunan rupiah.

Susi juga sangat populer di kalangan rakyat kecil terutama nelayan dan para warganet karena penampilan pribadinya yang apa adanya. “Berbeda dengan Susi Pudjiastuti yang populer sejak menjadi menteri kabinet Jokowi-JK, nama Sri Mulyani sudah lebih dikenal sebagai ahli ekonomi kelas dunia dan berintegritas,” kata Rustika.

Catatan penting dari temuan riset kali ini adalah diperlukannya sosok atau figur menteri yang tidak hanya yang mumpuni, memiliki kinerja yang bagus, namun juga berkarakter dan pandai berkomunikasi kepada masyarakat. Komunikasi baik itu tidak hanya dilakukan di media mainstream tapi juga di media sosial. Cara komunikasi ini menjadi kriteria yang patut dipertimbangkan dalam penyusunan kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin yang akan datang.

Indonesia Indicator (I2) melakukan riset berbagai percakapan mengenai menteri, kementerian, dan kebijakan kementerian sepanjang Juli 2018 hingga Juli 2019. Data pembicaraan terkait Menteri di Facebook mencapai 55.848 post dari 15.548 akun organik. Sedangkan, pembicaraan terkait Kebijakan Menteri mencapai 62.662 post dari 19.977 akun organik.

“Berbagai perbincangan di Facebook dalam riset ini berasal dari akun organik, bukan robot. Dengan demikian, percakapan mengenai Menteri dan Kebijakan Menteri di Facebook relatif berlangsung secara alami,” ujar Rustika. Pembicaraan mengenai “Menteri Kabinet” mulai ramai dibicarakan sejak 9 Juli 2018 dan intensitasnya terus naik hingga 15 Juli 2019.

Sumber: Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved