Economic Issues

Ritel Modern jadi Pembangkit Ekonomi di Tengah Pandemi

Ritel Modern jadi Pembangkit Ekonomi di Tengah Pandemi
Ilustrasi supermarket/ritel modern (Foto Istimewa).

Geliat bisnis ritel yang sempat jatuh akibat pelemahan daya beli mulai menuju tren positif. Keberadaan toko ritel dari kelas minimarket hingga supermarket, kembali memompa perekonomian domestik seiring pelonggaran aktivitas masyarakat.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia bulan Oktober 2021 kembali naik ke level optimis 113,4 poin dari September 95,5 poin. Bank sentral juga mencatat, kenaikan indeks terjadi pada seluruh kategori pengeluaran.

Kepercayaan diri konsumen untuk berbelanja berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi. Musababnya, konsumsi rumah tangga punya kontribusi 59 persen terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) nasional.

Menteri Perdagangan, Muhamamd Lutfi, menjelaskan, IKK yang kembali di atas 100 poin setelah anjlok pada kuartal III lalu menjadi momentum tepat bagi toko ritel modern untuk kembali bergeliat. Ritel sebagai tempat pemenuhan kebutuhan harian tentu bakal memacu tren pemulihan ekonomi.

Namun, protokol kesehatan Covid-19 tak boleh melonggar. Karena itu, Lutfi menegaskan, penerapan aplikasi PeduliLindungi di sejumlah tempat perbelanjaan menjadi solusi. Komitmen para pengelola ritel dalam mengaplikasikan sistem screening itu setidaknya memberikan hasil: kegiatan belanja tetap sehat dan aman.

“Yang mendorong ekonomi kita adalah apa yang dibelanjakan masyarakat. Kita harus menjaga momentum ini dan jadikan ritel tangguh, UMKM maju, serta Indonesia bangkit,” katanya, baru-baru ini.

“Momentum yang bagus ini harus terus dijaga agar tidak terjadi kembali penutupan usaha yang berakibat buruk pada ekonomi nasional,” kata Alphonzuz kepada Republika.

Pada kuartal III tahun ini, BPS melaporkan laju PDB nasional tumbuh 3,51 persen year on year. Angka itu turun dari kuartal II yang tembus 7,07 persen. Penurunan itu sejalan dengan pengetatan mobilitas masyarakat pada Juli-Agustus di mana puncak gelombang kedua Covid-19 terjadi.

Kendati demikian, sektor perdagangan masih mencatat pertumbuhan positif 5,16 persen. Meski turun dari kuartal II yang tercatat 9,45 persen, masih jauh lebih tinggi dari kuartal III 2020 yang sempat minus 1,23 persen.

Memasuki Oktober, awal kuartal IV, mobilitas masyarakat di tempat perdagangan ritel dan rekreasi melaju positif 4,4 persen lebih tinggi dibanding periode sebelum pandemi, mengacu data Google Mobility yang diolah BPS.

Alphonzus mengatakan, penerapan protokol kesehatan secara ketat, disiplin, dan konsisten serta percepatan vaksinasi yang merata menjadi kunci dalam menjaga momentum ini. “Agar pengorbanan besar yang telah dilakukan tidak sia-sia,” kata dia.

Roy Nicholas Mandey, ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), menambahkan, ketika pertumbuhan ekonomi berada dalam level negatif, dipastikan konsumsi masyarakat juga minus. Itu karena besarnya kontribusi konsumsi dari masyarakat.

“Jadi apa yang dibelanjakan dan dikonsumsi 273 masyarakat kita, itulah yang memberikan kontribusi. Jadi kita harus terus meningkatkan konsumsi dalam negeri,” kata dia.

Dalam mendorong peningkatan konsumsi dan pertumbuhan ritel, Roy mengungkapkan, langkah digitalisasi menjadi keniscayaan bagi ritel ke depan. Sebab, dari sistem digital akses terhadap barang semakin praktis, mudah, dan cepat.

Toko ritel yang dahulu cenderung eksklusif juga mulai terbuka dan meningkatkan kolaborasi dengan toko daring. Karena menurutnya, toko konvensional dan daring saling membutuhkan sehingga tidak ada lagi dikotomi antara keduanya.

Sumber: Republika.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved