Trends Economic Issues

UMKM Perlu Dorongan Modal Agar Bertahan Saat Pandemi

Susyanti, pedagang kelontong di Kalimantan Selatan yang menerima bantuan Wakaf Modal Usaha Mikro dari Global Wakaf – ACT. (dok. ACT)

Sekitar 98,7% dari total pelaku bisnis Indonesia adalah UMKM. Kontribusinya terhadap tenaga kerja yaitu 97%, menciptakan 99% dari total lapangan kerja dan menyumbang 63% total produk domestik (PDB) bruto nasional. “Dengan mendorong UMKM naik kelas dapat mengurangi tingkat kemiskinan sekitar 20 persen. Setara mengeluarkan 5 juta orang dari kemiskinan,” jelas Pengajar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Akhmad Akbar Susamto melalui diskusi virtual.

Sementara itu di tengah pandemi, 7 dari 10 pelaku usaha mikro dan kecil membutuhkan bantuan modal usaha sebagai bantuan yang paling utama. Di sisi lain, Akbar menuturkan bahwa masalah utama mereka adalah penjualan.

“Kita tahu usaha kecil itu biasanya modalnya cekak. Jadi kalau mereka tidak bisa jualan, tidak bisa berputar lagi uangnya. Kalau tidak berputar, bisa habis modalnya. Sehingga meski masalah utama penjualan, modal tetap diperlukan untuk jaga usaha,” ucapnya.

Berbagai langkah ditempuh untuk mempertahankan kinerja UMKM, terutama berkaitan dengan hantaman pandemi. Pemerintah misalnya, menaruh prioritas penuh dalam menjaga keberlangsungan UMKM lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kemenko bidang Perekonomian, Gede Edy Prasetya menyebut pemerintah telah mengeluarkan empat permenko perekonomian.

“Permenko ini wujud negara hadir membina UMKM. Ini kebijakan yang ditujukan kepada UMKM supaya bisa mitigasi risiko dan membuat usaha bertahan di tengah pandemi,” ujar Gede.

Begitu juga pihak-pihak lain seperti Global Wakaf – ACT yang terus memberikan kontribusinya bagi pengusaha mikro. Lewat program Wakaf Modal Usaha Mikro, Global Wakaf berikhtiar memberdayakan para pelaku usaha di tengah masa-masa sulit ini.

“Banyak kami dapati fakta dari lapangan, bagaimana pelaku usaha mikro dan ultra mikro berjuang penuh mempertahankan usaha mereka di tengah pandemi. Banyak juga di antara mereka yang harus gulung tikar akibat rendahnya daya beli masyarakat. Padahal UMKM dinilai sebagai salah satu penopang utama perekonomian Indonesia. Belum lagi petani-petani kita, sebagai produsen pangan, ikut terpuruk akibat terbatasnya modal untuk produksi hasil pertanian di saat masyarakat butuh bahan pangan. Inilah yang mendorong kami bersama Global Wakaf untuk menginisiasi program Wakaf Modal Usaha Mikro,” jelas Ibnu Khajar, Presiden ACT.

Susyanti misalnya, seorang pedagang kelontong di Kelurahan Karang Mekar, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin. Ia telah 22 tahun berjualan kelontong dan kali ini merasakan pahitnya pandemi. Modal usaha terpakai untuk kebutuhan konsumsi dan ia merasa usahanya mulai limbung.

Untuk memberdayakan lebih pengusaha mikro seperti Susyanti, Ibnu mengajak para dermawan untuk bersama menggerakkan program Wakaf Modal Usaha Mikro dengan Global Wakaf. “Kami meyakini kedermawanan yang luas bermuara pada kebangkitan ekonomi umat dan optimisme bangsa. Bersama-sama kita harus segera membuat keadaan lebih baik di masa sulit ini. ACT melalui Global Wakaf juga ingin memfasilitasi masyarakat dalam menghimpun kepedulian melalui program Wakaf Modal Usaha Mikro,” ucap Ibnu.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved