Trends Economic Issues zkumparan

Ekonomi Indonesia 2019 Diproyeksikan Tetap Tumbuh di Tengah Ketidakpastian Global

Ekonomi Indonesia 2019 Diproyeksikan Tetap Tumbuh di Tengah Ketidakpastian Global

Wahyoe Soedarmono, Ekonom Sampoerna University sekaligus Manajer Program Kerjasama HSBC-PSF, memaparkan bahwa di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, t ekonomi Indonesia pada tahun mendatang akan tetap berpotensi tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2018.

“Proyeksi ini telah mempertimbangkan berbagai faktor pendorong, antara lain potensi arus investasi swasta dan belanja pemerintah – terutama untuk pembangunan infrastruktur, selain juga supply dan demand agregat dan kestabilan laju inflasi.” jelasnya.

Hal tersebut disampaikan dalam seminar Indonesia Economic and Financial Sector Outlook (IEFSO) 2019 dengan topik “Memperkuat Sektor Keuangan untuk Pertumbuhan di Tengah Ketidakpastian Global”. Acara ini merupakan rangakaian dari kerja sama strategis antara HSBC Indonesia dan Putera Sampoerna Foundation melalui Sampoerna University dalam memperkuat literasi keuangan sejak 2015.

Lebih lanjut Wahyoe menjelaskan dari sisi tantangan eksternal, faktor utama yang harus diwaspadai adalah risiko geopolitik akibat tekanan perdagangan antara AS dan China serta negara negara maju besar lainnya. “Kondisi eksternal sendiri telah berdampak pada defisit neraca berjalan yang terus meningkat dan telah mencapai -3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018, dan berpotensi menekan nilai rupiah. Kondisi ini hampir sama dengan tahun 2013-2014. Namun secara keseluruhan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap optimistis pada 2019 mendatang, karena didorong oleh efektivitas belanja pemerintah dan investasi swasta. Pertumbuhan kredit perbankan khususnya kredit investasi juga meningkat” jelasnya.

Optimisme ini juga didukung dengan performa ekonomi domestik beberapa tahun belakangan, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di angka sekitar 5%, tergolong tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia, termasuk negara maju. Selain itu, adanya pemilihan umum (Pemilu) tahun 2019, juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan, mengingat belanja pemerintah dan tingkat konsumsi publik yang bertendensi meningkat mendekati periode pemilu.

Wahyoe melihat urgensi peran sektor keuangan dan perbankan guna merealisasikan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan lebih baik dibandingkan tahun 2018. Akan cukup menantang jika pertumbuhan ekonomi sebatas bergantung pada anggaran belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Maka dari itu, diperlukan sokongan dari sektor keuangan, termasuk pendanaan via perbankan, untuk meningkatkan pertumbuhan investasi dari sektor swasta.

Namun di sisi lain, pengelolaan arus investasi di sektor keuangan harus tetap dijaga agar tidak menarik investasi asing yang terlalu besar, guna mencegah terjadinya peningkatan defisit akun berjalan.

Wahyoe menjelaskan, sektor keuangan ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, peningkatan peran sektor keuangan, baik perbankan ataupun pasar modal, dapat mendorong investasi swasta yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, peningkatan investasi swasta yang tidak diikuti peningkatan produktivitas dan tabungan nasional dapat memperburuk defisit neraca transaksi berjalan.

“Studi kami menunjukkan bahwa di kawasan Asia-Pasifik, perkembangan sektor finansial memang berkontribusi terhadap peningkatan defisit neraca transaksi berjalan. Untuk itu, inklusi keuangan yang tidak hanya mendorong investasi swasta, tetapi mendorong tabungan dan produktivitas bagi seluruh lapisan masyarakat, menjadi kunci stabilitas perekonomian,” jelasnya.

Sementara itu, Head of Global Markets PT Bank HSBC Indonesia, Ali Setiawan, menjelaskan pentingnya mendorong pendalaman pasar modal dalam menjaga kestabilan ekonomi di tahun mendatang, “Saat ini kondisi pasar Indonesia tergolong stabil. Berbagai risiko ketidakstabilan ekonomi masih terkelola dengan baik. Apalagi mengingat persepsi global yang cukup baik akibat penangguhan sementara terhadap trade war AS dan China. Namun pada tahun depan, kita harus tetap mengantisipasi kondisi-kondisi tidak diduga. Kesiapan menjadi poin yang harus ditekankan,” ungkapnya.

Karena itu, ke depan dukungan terhadap pendalaman pasar modal menjadi sangat penting dalam memastikan kestabilan nilai tukar Rupiah. Melihat kondisi pasar yang dinamis, dibutuhkan tidak hanya dukungan dari sisi pangsa pasar namun juga penyediaan instrumen baru dalam sistem lindung nilai (hedging), serta penciptaan pangsa pasar dengan supply dan demand yang lebih stabil, sehingga mampu bertahan dari berbagai tekanan eksternal.

Editor: Eva Martah Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved