Business Research Trends zkumparan

Ekonomi Sirkular Danone Aqua Melalui Budaya Daur Ulang

Director of Sustainable Development PT Tirta Investama (Danone Aqua), Karyanto Wibowo.

Bumi umurnya yang semakin menua tak sebanding dengan beban pola konsumsi penduduknya yang semakin hari semakin besar. Sifat konsumtif dan ketidakefisienan dilakukan masyarakat dalam menyerap energi bumi lebih daripada yang seharusnya dibutuhkan.

Berdasarkan riset ilmiah McKinsey Center for Business and Environment dan Ellen McArthur Foundation 2015 di Eropa, rata-rata mobil di Eropa yang diparkir mencapai 92% dari waktu kegunaannya. Lalu, 31% dari makanan yang tersedia akhirnya terbuang. Pemborosan di dunia bisnispun terjadi, rata-rata kantor di Eropa digunakan hanya 35-50% dari total waktu yang dpat dimanfaatkan, bahkan selama jam kerja.

Masih banyak laporan yang mengindentifikasikan ketidakefisienan yang berujung pemborosan energi. Indonesia, negara yang masih cukup tertinggal dengan Eropa, bisa diketahui akan lebih parah. Terlebih masih jauhnya wacana pemikiran di Indonesia terhadap pentingnya penggunaan energi bagi keberlangsungan hidup bumi. Salah satu cara mengantisipasinya adalah dengan skenario ekonomi sirkuler/circular economy (CE).

CE merupakan cara memberdayakan dengan penerapan teknologi baru untuk meningkatkan produktivitas pemakaian sumber daya. CE menjadi alternatif ekonomi linier tradisional (membuat, menggunakan, membuang) dengan menyimpan sumber daya yang digunakan selama mungkin, mengekstrak sumber daya tersebut, kemudian memulihkan dan meregenerasinya.

Salah satu perushaan di Indonesia yang menerapkan CE adalah PT Tirta Investama (Danone Aqua). CE diterapkan oleh pabrikan minuman kemasan Aqua ini dengan menjadikan kemasan plastiknya sebagai sumber daya atau bahan baku yang dapat digunakan selama mungkin. Menurut Director of Sustainable Development PT Tirta Investama (Danone Aqua), Karyanto Wibowo, hal ini didukung inovasi teknologi, sehingga kemasan plastik tidak lagi sekadar dibuat, digunakan, dan kemudian dibuang. “Siklus hidup kemasan plastik tidak berhenti paska konsumsi tetapi bisa didaur ulang menjadi barang baru yang bernilai ekonomi, sehingga tidak mencemari lingkungan,” tambahnya.

Sebagai bagian dari Ellen MacArthur Foundation, Danone Aqua ingin mendukung transisi dari ekonomi liner menuju ekonomi sirkuler. Bagi Danone, ini penting karena misinya Planet one Health yang berusaha mengupayakan kesehatan manusia di seluruh dunia.

Di Indonesia, sampah plastik menjadi perhatian utama Danone Aqua, melihat dari pengemasan produknya yang seluruhnya menggunakan bahan baku plastik. “Prinsipnya adalah bagaimana kami berkomitmen untuk menggunakan bahan bakudari sumber alam berkelanjuta, mengurangi bobot kemasan, memakai 100% desain kemasan yang dapat didaur ulang, dan senantiasa mengedukasi konsumen,” jelas Karyanto.

Perusahaannya telah menerapkan praktik CE sejak tahun 1993 dengan mengajak konsumen aktif mengumpulkan sampah botol plastik melalui program Aqua Peduli. Danone Aqua bekerja sama dengan Yayasan Dana Mitra Lingkungan. “Program ini menjadikan kami sebagai pelaku industri yang memelopori kegiatan daur ulang kemasan,” katanya. Sejak 2010, Danone Ecosystem dan Danone Aqua juga telah melakukan gerakan pengumpulan sampah plastik di Indonesia, bekerjasama dengan komunitas pemulung. Saat ini telah terkumpul 12.000 ton sampah plastik per tahun untuk didaur ulang di enam pusat pengumpulan sampah plastik.

Sampah plastik yang terkumpul didaur ulang di enam unit bisnis daur ulang (recycling business unit/RBU) yang tersebar di Bali, Tangerang Selatan, Lombok dan Bandung. Ke depan, Danone Aqua akan menambah 10 pusat pengumpulan sampah plastik dan 10 fasilitas untuk komunitas pengelola sampah. Selain itu, ada rencana bekerjasama dengan Ocean Clean-up, start-up nirlaba dari Belanda untuk membantu pengumpulan sampah plastik dari laut.

Corine Tap, Presiden Direktur PT Tirta Investama (Danone Aqua), juga meluncurkan kampanye #BijakBerplastik di Jakarta. Corine mengungkapkan bahwa perushaannya telah mampu menyediakan 2/3 air yang diproduksinya melalui galon yang digunakan kembali. Selainitu, lebih dari separuh botol PET telah dikumpulkan dan didaur ulang menjadi botol baru dan bentuk lain seperti produk tekstil. “Perusahaan memutuskan berinvestasi lebih besar dan serius. Gerakan #BijakBerplastik melibatkan masyarakat Indonesia untuk berkontribusi membangun budaya baru, yakni daur ulang,” ujarnya.

Dalam membangun budaya tersebut, pada tahap awal Danone Aqua telah bekerja sama dengan Alfamart dan Telkomsel dengan meluncurkan Smart Drop Box yang dapat menambah poin T-Cash setiap menyumbangkan botol plastik. “Hingga saat ini, kami telah meletakan alat tersebut di 100 lokasi Alfamart sebagai pilot project,” ungkapnya. Danone menargetkan pada 2025 sebanyak 50% dari kemasan produknya bisa terbuat dari bahan baku daur ulang. “Kami optimis pada tahun 2025 dapat mencapai 25%, dan bertahap hingga 50% pada tahun 2025,” ujar Karyanto berharap.

Reportase: Anastasia Anggoro Suksmonowati

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved