Technology Trends zkumparan

Ekspansi ke Indonesia, Jenfi Bantu Akses Permodalan UMKM

Ekspansi ke Indonesia, Jenfi Bantu Akses Permodalan UMKM

Startup fintech asal Singapura, Jenfi melebarkan sayap bisnisnya ke Indonesia. Ekspansi ini mengikuti pendanaan seri A yang diterima pada tahun 2021, mencakup ekspansi ke Vietnam.

Didirikan oleh Jeffrey Liu dan Justin Louie, Jenfi adalah perusahaan pembiayaan berbasis pendapatan alternatif untuk bisnis dan startup digital-native di Asia Tenggara. Beroperasi sebagai Growth Capital as a Service (GCaaS), kelas aset menawarkan modal non-dilutif hingga US$500.000 yang dapat digunakan untuk meningkatkan skala bisnis melalui pemasaran, inventaris, dan kampanye pertumbuhan.

Mesin penilaian risiko milik Jenfi diklaim mampu menentukan kelayakan kredit suatu bisnis dan membandingkan seberapa efisien bisnis tersebut jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk pertumbuhan. Berdasarkan penilaian tersebut, Jenfi memberikan opsi pembiayaan yang lebih fleksibel dan non-dilutif untuk bisnis.

Co-founder dan CEO Jenfi, Jeffrey Liu mengatakan, Indonesia adalah pasar yang sangat menarik bagi Jenfi, mengingat populasinya yang besar dan segmen e-commerce yang berkembang dan belum mendekati puncaknya. Namun Jenfi melihat pertumbuhan yang cepat, pihaknya juga menyadari bahwa sebagian besar solusi pinjaman atau pendanaan tradisional seringkali tidak tersedia untuk UMKM di daerah, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mereka di pasar.

“Untuk itulah kami hadir di Indonesia, yaitu dengan menyediakan akses cepat pada modal pertumbuhan untuk memacu perkembangan ekonomi digital di daerah,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (06/06/2022).

Jeffrey menjelaskan, layanan pembiayaan Jenfi secara khusus terbatas pada layanan pertumbuhan seperti Facebook, Instagram, LinkedIn atau layanan periklanan Google. Hal ini guna memastikan bahwa pendanaan hanya digunakan untuk menghasilkan pendapatan dan dipantau dengan mengintegrasikan akun pendapatan bisnis pada layanan seperti Shopify, Stripe, Braintree, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Pantauan ini juga menghasilkan pengukuran bahwa keuntungan Jenfi hanya dihitung dari pendapatan yang dihasilkan dari modal pertumbuhan yang diberikan.

Sebelum memberikan pendanaan, Jenfi memberikan penilaian risiko otomatis yang mungkin terjadi dalam ekonomi digital. Penilaian ini bertujuan membantu mengurangi risiko bagi perusahaan serta menilai stabilitas keuangan bisnis secara akurat dibandingkan dengan sebagian besar layanan penilaian tradisional lainnya.

“Kami melihat permintaan yang semakin kuat akan solusi kami di Indonesia dan ingin mengikuti kesuksesan kami di Singapura. Oleh karena itu, kami berharap untuk melihat pertumbuhan yang kuat juga di sini. Dengan puluhan ribu perusahaan yang berkembang pesat di Indonesia, kebutuhan akan solusi seperti Jenfi sudah jelas dan kami berharap dapat membangun dan memperkuat ekonomi digital di Indonesia bersama para pelanggan kami,” tutur Jeffrey.

Hingga saat ini, Jenfi telah mendukung ratusan perusahaan digital-native termasuk bisnis B2B dan SaaS seperti Tier One Entertainment, Pay With Split, dan Homebase. Jenfi berharap dapat menyalurkan modal non-dilutif sebesar US$ 20 juta hingga Juli 2022.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved