Business Research Management Trends zkumparan

Eksplorasi Star Energy untuk Kelistrikan Indonesia

CEO Star Energy & Wakil Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk., Rudy Suparman.

PT Star Energy menangkap peluang bisnis kelistrikan, khususnya pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sejak tahun 2000.

Anak perusahaan Grup Barito Pacific milik Prajogo Pangestu itu, telah mengoperasikan dua unit, PLTP di Wayang Windu, Jawa Barat (unit 1 & 2), masing-masing memiliki kapasitas terpasang 110 MW dan 117 MW, total 227 MW. Seluruh produksi energi listrik dari perusahaan ini diserap oleh PLN.

Menurut CEO Star Energy & Wakil Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk., Rudy Suparman, kapasitas Wayang Windu belum penuh, masih ada potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. “Ada unsur eksplorasi di situ, sehingga kami masih sangat hati-hati dalam mengembangkannya. Kami sedang mengumpulkan informasi sekaligus mencari uapnya. Kami berharap pada 2019 dapat diketahui apakan dapat menghasilkan uap cukup untuk Unit 3. Jika berhasil, drilling akan dilakukan,” ungkap Rudy.

Wayang Windu melakukan dua kali program drilling pada tahun 2019 dan 2021. Drilling akan dilakukan dua kali, pertama di tahun 2019 dan 2021. Hasil akan diperoleh akhir tahun 2021, apakah terdapat uap atau tidak. Dua tahun kemudian, 2023 Star Energy akan up and running unit 3. “Jumlah kapasitasnya tergantung programnya, kami berharap bisa mendapat 60 MW,” jelasnya.

Kepada SWA setahun lalu, Prajogo Pangestu mengungkapkan rencana ekspansi Wayang Windu untuk menambah dua unit, yakni Unit 3 dan 4. Jika keempat unit tersebut beroperasi, kapasitas Wayang Windu dapat mencapai sekitar 400 MW. Tahun lalu, Star Energy juga berhasil mengakuisisi aset PLTP milik Chevron di Indonesia. Lewat akuisisi tersebut, Star Energy mendapatkan tambahan kapasitas dari dua proyek panas bumi Chevron Indonesia, yaitu Salak dan Darajat yang berkapasitas 648 MW.

Menurut Rudy, Darajat sudah berkapasitas penuh, sedangkan Salak masih dapat dikembangkan. Pengembangan akan dilakukan dengan dua tahap tanpa menggunakan drilling, melainkan memakai uap. “Jadi uap yang diijeksikan ke bumi nanti panasnya diambil sekali lagi. Tapi, ini kapasitasnya 15-20 MW dan akan segera dilaksanakan. Tinggal menunggu keekonomisannya saja,” katanya.

Star Energy masih memiliki dua peluang besar, yakni Suoh Sekincau di Lampung dan Hamiding di Halmahera Utara. Proyek di Suoh Sekincau merupakan peluang yang ingin dikembangkan dengan sekuat tenaga karena memiliki resource yang bagus. Letak lokasinya memang membutuhkan listrik. “Untuk proyek Hamiding masih benar-benar green project. Masih tahap perencanaan eksplorasi, saat ini sedang tahap menunggu penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi (PSPE),” ungkapnya.

Harapan kepada pemerintah untuk melapangkan jalan di regulasi bisnis ini sangat diperlukan. Regulasi pemerintah mampu mempercepat pengembangan peluang bisnis. Star Energy juga melirik tenaga lain untuk ekspansinya pada bisnis kelistrikan ini. “Selama itu renewable maka kami akan mempertimbangkan dengan serius,” tambahnya. Kebutuhan listrik Indonesia yang meningkat menandakan Indonesia maju.

Reportase: Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved