Technology Trends

Fase New Normal, GAPKI Kaji Optimalisasi Teknologi Industri Sawit

Kanya Lakshmi Sidarta, Sekjen Gapki (Foto : Istimewa).

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mendorong perusahaan kelapa sawit mengoptimalkan teknologi informasi di perkebunan kelapa sawit (PKS) seiring dengan pemberlakukan kenormalan baru atau new normal. Optimalisasi teknologi itu diharapkan meningkatkan produktivitas serta meminilasiri penyebaran virus corona di PKS

Kegiatan produksi di PKS, selama pandemi wabah virus corona (Covid-19) dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), berlangsung normal dengan menetapkan protokol kesehatan seperti yang dianjurkan pemerintah, GAPKI, serta lembaga kesehatan. Di pekan ini, produsen kelapa sawit tetap menerapkan protokol dan prosedur memitigasi risiko penyebaran Covid-19 walau penerapan PSBB cenderung dilonggarkan di masa new normal ini. Kanya Lakshmi Sidarta, Sekjen GAPKI, mengatakan pandemi virus corona belum usai sebelum ditemukannya vaksin virus corona. Lembaga kesehatan dunia (WHO) memprediksi vaksin virus corona diproduksi massal pada dua tahun mendatang.

Kanya menegaskan virus corona yang menular itu harus dicegah penyebarannya ke lingkungan perkebunan kelapa sawit agar tidak menjadi penyakit endemik di perkebunan yang akan mengganggu rantai pasok (supply chain) di industri kelapa sawit. “GAPKI dan produsen kelapa sawit berkomitmen untuk mengoptimalkan teknologi yang efektif untuk diterapkan di industri kelapa sawit dan PKS. Kemudian, kami sedang menyusun langkah strategis menuju pasca pandemi Covid-19 sekaligus di masa penerapan kenormalan baru ini,” tutur Kanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (9/6/2020).

Perihal optimalisasi teknologi dan informasi di PKS itu, Dr. Winarna dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit menyatakan pendapat senada. “Cara yang paling efektif untuk meminimumkan kontak antar manusia adalah dengan memanfatkan teknologi di agro-input (seperti pupuk dan obat-obatan) maupun mekanisasi, otomasi dan pemanfaatan teknologi informasi,” ujar Winarna. Penggunaan agro-input yang lebih efektif diyakini memudahkan pekerjaan para pegawai dan meminimalisir jumlah tenaga kerja sehingga meminimalisir penyebaran Covid-19. “Mekanisasi dan otomasisasi juga akan mengurangi jumlah tenaga kerja, demikian halnya dengan teknologi informasi yang akan mengurangi kontak antar pegawai,” sebutnya.

Prof. Chairul Anwar Nidom, pakar virologi dan Guru Besar Universitas Airlangga, menyatakan Covid-19 adalah virus yang sangat berbahaya karena dapat ikut dengan aliran darah sehingga akan singgah dan menyerang di semua organ tubuh. “Pembuatan vaksin virus membutuhkan waktu yang lama sehingga untuk mengatasinya di saat ini adalah dengan membangun imunitas tubuh. Konsumsi empon-empon sebagai jamu maupun sebagai bumbu makanan dapat menangkal virus corona melalui peningkatan imunitas manusia atau bahkan dapat membunuh virus,” jelas Prof. Chairul yang sekaligus Pembina dari Prof. Nidom Foundation,

Empon-empon ini mudah untuk dikembangkan di lingkungan rumah tangga, yaitu dengan memanfaatkan lahan perkarangan rumah sebagai area penanaman TOGA (Tanaman Obat Keluarga).

Sedangkan, M. Hadi Sugeng, Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, berpendapat perusahaannya berdisiplin mengimplementasikan protokol yang dikeluarkan GAPKI untuk mencegah Covid-19. Implementasi teknologi yang sangat intensif di perkebunan Astra Agro ini meminimalisir kontak fisik sehingga mengurangi risiko penyebaran virus.. “Implementasi teknologi di Astra Agro, khususnya di Grup Astra, bukan semata-mata ditujukan untuk mengatasi masalah Covid-19, tetapi sudah lama dipersiapkan telah secara langsung berdampak mengurangi jumlah pekerja dan mengurangi kontak fisik antar pekerja sehingga mengurangi risiko penularan Covid-19,” ungkap Hadi.

Meskipun implementasi teknologi di Astra Agro menyedot anggaran yang tidak sedikit, namun manajemen perseroan memetik benefit yang sangat berharga. “Keuntungan tambahan dengan diimplementasikannya teknologi tersebut sejalan dengan normal baru di pasca pandemi yaitu menjaga jarak,” ungkapnya

Tak jauh berbeda, Kacuk Sumarto, CEO PT Paya Pinang, berpendapat optimalisasi teknologi seperti yang dilakukan Astra Agro dan Grup Astra akan meningkatkan efisiensi dan mengurangi kontak fisik. ”Oleh sebab itu, dalam transformasi pengelolaan baru perkebunan, aspek feasibility ekonomi perlu diperhatikan, khususnya untuk perusahan perkebunan kelapa sawit skala kecil,’ kata Kacuk.

Kanya menambahkan produsen dan ekosistem di industri kelapa sawit (pengusaha hingga karyawan) didorong untuk beradaptasi dalam menghadapi perubahan yang dibarengi upaya strategis untuk menciptakan model bisnis terbaru serta peluang bisnis. “Salah satunya, digitalisasi memang sebuah kebutuhan dengan atau tanpa adanya pandemi Covid-19, Kajian antara para pelaku industri mengenai optimalisasi tekonologi akan disempurnakan dalam menghadapi fase kenormalan baru ini,” kata Kanya.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved