Trends

Fitra Tinaz, Sang Pionir Produk Coating Antikorosi Lokal

Fitra Tinaz, founder dan CEO PT Nuscaco Anti Korosi Indonesia (NAKI).
Fitra Tinaz, founder dan CEO PT Nuscaco Anti Korosi Indonesia (NAKI).

Terinspirasi bisnis ayahnya yang mengimpor dan mendistribusikan produk coating (pelapisan), Fitra Tinaz memutuskan untuk memproduksinya secara mandiri di dalam negeri. Pria yang kini berusia 35 tahun ini merupakan founder dan CEO PT Nuscaco Anti Korosi Indonesia (NAKI), perusahaan manufaktur dan jasa aplikasi coating yang didirikan pada 2014.

Kisah Fitra mendirikan NAKI bermula ketika ia kembali ke Indonesia tahun 2007 setelah menyelesaikan studi S-2 Jurusan Mechanical Engineering di Queensland University of Technology, Australia. Ia sempat bergabung dengan perusahaan ayahnya, PT Bina Metalindo Mandiri, distributor Corrocoat, produk coating antikorosi asal Inggris.

Di perusahaan ayahnya, Fitra memperoleh pelatihan langsung dari principal di Leeds, Inggris, tentang berbagai aspek di bidang coating: teknis, finansial, dan pemasaran. Namun, ada satu hal yang tidak diajarkan, yakni aspek produksi, karena bersifat confidential. Semenjak itu, ia berpikir, mengapa untuk produk pelapis antikarat seperti ini saja harus impor, mengapa tidak diproduksi di dalam negeri. Karena itu, sejak 2009, ia mulai melakukan penelitian secara mendalam.

Dalam proses ini, ia bertemu dengan Jessy Dalius Dahan, seorang chemist dari salah satu perusahaan bahan kimia multinasional. Akhirnya, mereka berdua sepakat untuk mencoba membuat produk coating di Indonesia. Selama kurang-lebih lima tahun mereka melakukan riset dan mencoba berbagai metode (trial & error), hingga akhirnya pada Desember 2013 mereka berhasil membuat produk yang dinilai sudah jadi.

Secara resmi NAKI berdiri pada Maret 2014 dan menjadi salah satu pelopor produsen coating jenis vinyl ester glass flake di Indonesia. Saat ini, NAKI sudah menghadirkan berbagai produk dan layanan aplikasi coating yang didukung oleh corrosion engineer serta tim R&D profesional untuk memberikan solusi di setiap masalah korosi.

Fitra mengakui, pada dua tahun pertama perusahaan berdiri, pihaknya berjuang begitu keras. “Masih banyak calon klien yang tidak mengenal produk NAKI yang baru muncul di pasaran. Bahkan, pernah ada yang mengira produknya adalah oplosan,” katanya mengenang.

Di masa-masa itu, manajemen NAKI berusaha memenuhi semua standar industri, seperti menerapkan ISO, menjalankan kebijakan HSE (health, safety, and environment), dan patuh terhadap Komite Akreditasi Nasional.

Untuk membangun kepercayaan, NAKI juga memberikan kesempatan uji coba kepada calon klien. Prosesnya dimulai dengan konsultasi yang ketat agar mereka dapat merancang spesifikasi produk untuk setiap lingkungan operasi.

“Kami meminta klien untuk menyediakan semua data yang terkait dengan peralatan yang digunakan, seperti bahan kimia, temparatur, desain, dan ukuran partikel,” katanya. “Kemudian, hasilnya akan dilakukan trial project hingga akhirnya pengaplikasian secara menyeluruh,“ tambah lelaki yang meraih gelar Sarjana Teknik Mesin dari Universitas Indonesia ini.

Berkat kerja keras ini, pada 2016, NAKI berhasil menancapkan bendera di BUMN, yakni di unit PLTU Tanjung Awar-awar milik PLN. Sejak itu, produknya bisa lebih mudah diterima di berbagai perusahaan lainnya.

NAKI telah menjadi mitra utama perusahaan besar di sejumlah sektor industri, antara lain pembangkit listrik, petrokimia, migas, infrastruktur, dan structural steel industries. Produk dan layanan yang ditawarkannya, yakni coating application, engineering, dan inspeksi. Kliennya antara lain PLN, PJB, Indonesia Power, Pupuk Kaltim, Kaltim Nitrate Indonesia, Kaltim Methanol Industri, Kaltim Prima Coal, Pupuk Sriwidjaja, Chandra Asri, Asahimas Chemical, dan Mitsubishi Chemical.

NAKI kemudian membuka cabang workshop di Balikpapan dan Gresik. Jumlah karyawannya di kantor pusat Jakarta ada 18 orang, di Balikpapan enam orang, dan di Gresik tiga orang.

“Jika dibandingkan dengan produk impor, keunggulan kami adalah lebih bisa memastikan suplai, delivery time, dan penanganan komplain dengan lebih cepat,” kata Fitra. Kelebihan lainnya, bisa menyediakan produk secara customized sesuai dengan spesifikasi industri tertentu.

Sejak 2016, menurut Fitra, produksi NAKI bisa meningkat hingga 2-3 kali lipat setiap tahun. Dari semula hanya 300 kilogram per tahun, pada 2019 mereka bisa memproduksi hampir 12 ton. Pertumbuhan revenue dklaimnya juga bisa mencapai 50% per tahun. Namun, tidak dapat dimungkiri, di tahun 2020 NAKI mengalami penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19.

Meski ikut terdampak krisis akibat pandemi Covid-19, manajemen NAKI tidak tinggal diam. Fitra bersama tim pengembangan bisnis dan R&D memutuskan untuk menghasilkan inovasi baru sebagai solusi di tengah pandemi, yakni menghadirkan produk lapisan disinfektan. Dari sini, lahirlah produk dengan brand Pro Guard.

Fitra menjelaskan, produk ini memakai bahan dasar kimia yang siap pakai untuk menonaktifkan atau merusak secara cepat mikroorganisme pada permukaan. Lapisan Pro Guard diklaimnya dapat bertahan selama 90 hari dan efektif diaplikasikan pada berbagai permukaan seperti meja, gagang pintu, tombol lift, dan interior kendaraan.

Fitra kemudian membentuk tim pemasaran ritel agar lebih gencar memasarkan Pro Guard melalui berbagai kanal, seperti marketplace, serta melakukan aktivitas promosi di media sosial seperti Instagram. Selain itu, Pro Guard juga ditawarkan secara B2B untuk sektor perhotelan, building management, pertokoan, dan perusahaan jasa transportasi. “Kami berharap inovasi ini dapat berkontribusi terhadap kinerja bisnis perusahaan,” ujarnya.

Di tahun 2021 ini Fitra optimistis penjualan dapat kembali tumbuh. “Kami yakin, peluang ke depan untuk terus tumbuh masih sangat besar. Apalagi, kami merupakan salah satu pionir untuk produk coating buatan Indonesia,” katanya. “Jika keadaan semakin membaik, kami juga akan melakukan ekspor, di mana kami akan berperan sebagai principal,” tambahnya. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved