Management Trends zkumparan

Fleksibilitas Jadi Budaya Kerja Baru Pascapandemi

Fleksibilitas Jadi Budaya Kerja Baru Pascapandemi

Pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir memberikan dampak luar biasa terhadap semua sisi kehidupan, termasuk budaya dan sistem kerja. Saat ini banyak perusahaan mulai mengadopsi cara kerja yang lebih fleksibel, di mana karyawan tidak lagi harus bekerja dari kantor.

Operator coworking space global WeWork melihat, ada dua tren utama perubahan ruang kerja yang muncul dari pandemi dan diprediksi akan terus berlanjut pascapandemi nanti. Pertama, fleksibilitas masih akan tetap bertahan. Fleksibilitas merupakan keunggulan kompetisi yang penting bagi perusahaan. Oleh karenanya, strategi ruang kerja menjadi sebuah prioritas bagi manajemen sebagai dampak dari pandemi.

Perusahaan yang memperbolehkan karyawan untuk bekerja di mana pun dan kapan pun sesuai kebutuhan karyawan, diprediksi akan memetik keuntungan di masa depan. “Kemampuan sebuah perusahaan untuk mendukung di mana dan bagaimana karyawannya bekerja, akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan saat merekrut dan mempertahankan karyawan,” ujar Balder Tol, General Manager Australia & Southeast Asia WeWork dalam wawancara khusus dengan SWA Online.

Pandemi juga telah memaksa real estate menjadi fleksibel, sebagai sebuah inovasi bisnis yang strategis untuk mendukung perkembangan sebuah organisasi. Menurut Balder, gagasan tentang komitmen real estate dalam jangka panjang dan tidak fleksibel sudah tidak menarik lagi bagi banyak pemimpin bisnis.

Tren kedua, fokus terhadap kesejahteraan karyawan. Berdasarkan studi yang WeWork lakukan pada lebih dari 2,000 karyawan secara global mengungkapkan, banyak karyawan yang memprioritaskan pilihan fleksibilitas dan kerja secara remote disaat mereka kembali ke kantor. Bahkan, mereka kemungkinan akan pergi dari pekerjaan jika dipaksa untuk kembali ke kantor secara full-time tanpa ada pilihan bekerja secara fleksibel.

“Sebanyak 75% dari mereka akan merelakan satu manfaat dari pekerjaannya, termasuk asuransi kesehatan, bonus, dan waktu luang yang dibayar untuk kebebasan dalam memilih lingkungan kerja mereka. Hal seperti ini, para pemimpin perusahaan dapat melanjutkan untuk memastikan bahwa mereka memiliki sumber daya yang tepat untuk memberdayakan karyawan mereka agar merasa terlibat dan bahagia,” jelas Balder.

Tren besar lainnya yang WeWork lihat adalah perubahan dari rasio meja kerja tradisional 1:1, di mana setiap orang memiliki meja khusus, ke ruang kerja yang lebih kolaboratif dan fleksibel dengan opsi hot desk, area umum, dan ruang breakout. Hal ini didukung oleh fakta bahwa peran kantor telah diartikan ulang untuk fokus pada aktivitas yang lebih bernilai tinggi seperti inovasi dan kreasi bersama.

Selain itu, tenaga kerja usia muda yang terus berkembang di Asia Tenggara berupaya untuk terhubung, berkolaborasi, dan berinovasi. Untuk itu, perusahaan perlu memikirkan kembali strategi perencanaan, manajemen, dan pengalaman karyawan untuk tempat kerja.

“Fleksibilitas telah menjadi kriteria utama bagi generasi muda ketika mempertimbangkan peluang kerja. Dalam survei global oleh Deloitte, hampir setengah dari generasi millenial dan Gen Z menempatkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi sebagai karakteristik karyawan yang paling penting untuk kesuksesan organisasi mereka,” ucapnya.

Adopsi cara kerja secara hybrid ini membuat tenaga kerja akan menjadi lebih terdistribusi, dan teknologi menjadi jawaban untuk membantu manajemen mengembangkan strategi sehingga tenaga kerja memiliki pengalaman kerja yang mulus.

Balder mengungkapkan tiga manfaat utama dari pemanfaatan teknologi di dunia kerja yang baru. Pertama, kelola portofolio ruang kerja. Perusahaan dapat mengelola semua inventaris tempat kerja seperti meja, ruang rapat, ruang kantor, pada satu platform universal.

Kedua, aktifkan dunia kerja yang fleksibel. Pemesanan ruang kerja, ruang meeting, dan meja kerja dapat dilakukan dengan mudah menggunakan teknologi untuk memaksimalkan produktivitas mereka di kantor. Ketiga, analisa dan beradaptasi dengan insight. Perusahaan dapat memanfaatkan data untuk menganalisis pola dan membuat keputusan yang tepat serta mengoptimalkan pengalaman karyawan.

Balder mencontohkan, sebuah perusahaan keuangan besar yang bekerja bersama WeWork hanya menggunakan 200 meja bagi 600 karyawan yang bekerja secara hybrid. Dari sudut pandang perusahaan, pengaturan ini akan memungkinkan mereka untuk mengelola dan menganalisis ruang mereka sendiri dan membantu karyawan melakukan model kerja hybrid dengan mulus. Sementara untuk karyawan, teknologi ini akan mencakup sistem yang memungkinkan mereka untuk memesan meja, memesan ruang konferensi, dan mengelola akun mereka secara digital.

Untuk memenuhi permintaan akan fleksibilitas yang lebih besar, WeWork telah meluncurkan All Access yakni langganan bulanan yang memungkinkan anggota memiliki akses ke lokasi WeWork mana pun di seluruh dunia. Selain itu, On Demand – solusi bayar sesuai penggunaan untuk mengakses ruang meeting dan kerja WeWork terdekat, kapanpun dibutuhkan. Ruang event WeWork juga merupakan ruang yang dikurasi secara unik dan dapat digunakan untuk presentasi dengan audiens besar, workshops, networking, dan acara kelompok di luar lokasi.

Menurut Balder, All Access adalah pendorong utama pertumbuhan WeWork; dengan pendapatan untuk kuartal ini sebesar US$36 juta. Sementara membership meningkat 22% (quarter-to-quarter/qoq). Pendapatan dari akses, khususnya All Access dan On-Demand meningkat sebesar US$27 juta di kuartal pertama, seiring dengan kesadaran perusahaan akan keunggulan untuk melengkapi ruangan khusus mereka dengan berbagai pilihan tambahan.

Okupansi juga terus meningkat di seluruh pasar, baik domestik maupun internasional. Tingkat okupansi WeWork termasuk membership yang ditandatangani tetapi tidak ditempati, mencapai 70% pada kuartal akhir, meningkat 4 poin persentase dari kuartal sebelumnya. Adapun tingkat okupansi di Asia Tenggara, mengalami peningkatan 20 poin year-over-year (yoy) , dan 13 poin yoy di Indonesia.

“Di tingkat global, pendapatan WeWork mencapai US$765 juta di kuartal 1 tahun ini, dimana pencapaian ini melebihi batas atas perkiraan kami sebelumnya (US$740-760 juta) sebesar US$5 juta, dan pencapaian ini juga menyumbang kenaikan sebanyak 7% dari pendapatan kami pada kuartal 4 (US$718 juta) dan kenaikan 28% yoy. Di Asia Tenggara, pendapatan WeWork meningkat 39% yoy, dan di Indonesia meningkat 7%,” terang Balder.

Di luar layanan ruang kerja dan digitalisasi real estate, WeWork telah mengambil langkah pertama dalam memperluas penawaran platform. Melalui WeWork Workplace-software manajemen ruang kerja baru WeWork- memberi operator dan pemilik real estate teknologi untuk mengoperasikan portofolio fleksibelnya serta memperluas brand dan produk WeWork dengan cara yang unik.

WeWork juga telah digunakan untuk memberdayakan dan mengelola penawaran portofolio ruang fleksibel globalnya. Alat manajemen ruang kerja ini adalah platform tunggal di mana karyawan dapat menavigasi dunia kerja hybrid melalui pengalaman pemesanan ruang kerja yang lebih efisien, sekaligus memberdayakan para pemimpin bisnis untuk lebih memahami pemanfaatan ruang melalui peningkatan akses ke wawasan dan data.

“Secara keseluruhan, fleksibilitas bukan lagi sekadar menyenangkan untuk dimiliki, tetapi sudah menjadi sebuah keharusan dan menjadi strategi bisnis bagi perusahaan untuk berkembang pesat di dunia di mana pilihan dan kelincahan adalah kunci untuk pembuktian masa depan terhadap kemungkinan ketidakpastian,” tuturnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved