Technology Trends

Gandeng Idea, Himbara Merilis DigiKU Kredit Tanpa Bunga Melilit

Gandeng Idea, Himbara Merilis DigiKU Kredit Tanpa Bunga Melilit

Kebutuhan dana tunai untuk membangun kembali usaha yang sempat terdampak pandemi menjadi isu utama yang dihadapi pelaku UMKM di Indonesia. Membangun usaha kembali, sama artinya dengan membangun perekonomian keluarga sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sayangnya, sebagian dari mereka, tak lagi berpikir panjang untuk bisa mendapat pinjaman hingga berujung pada jeratan masalah baru yang lebih pelik.

Kondisi tersebut terbukti, salah satunya, dengan terus bertambahnya orang yang akhirnya melapor sebagai korban dari menjamurnya pinjaman online ilegal atau yang dikenal dengan sebutan pinjol. Ya, pinjol ilegal bermunculan bak sebuah solusi bagi pelaku UMKM yang menawarkan kemudahan dan kecepatan proses pengajuan pinjaman. Hanya KTP dan akses pada ponsel pribadinya, seseorang akan dengan mudah mendapat pinjaman bahkan hingga Rp20 juta.

Kemudahan dan kecepatan seperti ini sebelumnya tidak bisa diperoleh dari perbankan. Banyak masyarakat yang urung mengajukan kredit ke bank dan memilih pinjol karena menginginkan pencairan yang lebih cepat tanpa harus menyerahkan berlembar-lembar dokumen. Situasi yang kini akan dijawab oleh hadirnya Gerakan DigiKU.

Transformasi digital yang terdorong dengan cepat pasca-pandemi juga terjadi di sektor keuangan dan perbankan. Kemudahan khas industri digital diterapkan dalam DigiKU dengan dimotori empat bank milik negara yang tergabung dalam Himbara, yaitu BRI, Mandiri, BNI, dan BTN.

Menggandeng industri e-commerce, DigiKU membuka akses sangat luas bagi pelaku usaha yang sudah onboard di platform. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam sambutannya menegaskan pentingnya mendukung transformasi digital dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi pelaku UMKM. “Kami berharap digiKu dapat semakin menyasar para pelaku usaha secara daring dan mempermudah pengajuan pinjaman dengan suku bunga kredit yang rendah dan terjangkau, dengan jangka waktu yang sesuai,” ujarnya.

Gubernur BI ini juga berharap ada penyelarasan digiKU dengan QRIS agar semua transaksi pelaku usaha bisa tercatat secara digital. “Hal ini nantinya dapat menjadi parameter kredit scoring sehingga membantu pelaku usaha dalam mengajukan kredit,” katanya menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan juga menyampaikan dukungannya pada DigiKU. Menko Luhut menyambut baik kerja sama perbankan dengan industri e-commerce melalui Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) untuk penyelarasan data. “Himbara dan e-commerce sudah selaraskan data sehingga proses pengajuan kredit bisa dipercepat tanpa tatap muka dan dengan bunga yang kompetitif,” jelas Luhut.

Menko Luhut optimistis serapan kredit melalui digiKU akan cukup signifikan. “Dari target pada 2020 sebesar Rp4,2 T telah terealisasi sebesar Rp2,9 T, dan akan terus bertambah seiring peningkatan pelaku UMKM yang sudah onboarding,” ujarnya menjelaskan.

Yang menarik dari DigiKU adalah kerja sama lintas industri dengan tujuan yang sama. Kerjasama industri perbankan yang menggandeng e-commerce dalam penyaluran kredit permodalan ini menarik dengan memanfaatkan teknologi.

Sesuai namanya, Digital Kredit UMKM, DigiKU dirancang secara digital membantu pelaku UMKM yang kesulitan permodalan. Jadi, pelaku usaha diharapkan bisa onboard ke platform agar bisa memiliki pencatatan usaha secara digital yang nantinya digunakan sebagai parameter penilaian saat mengajukan pinjaman. Pelaku usaha tak lagi harus susah payah melampirkan lembaran-lembaran dokumen lagi.

Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (Idea) Bima Laga antusias dengan kerja sama ini karena akan membantu pelaku usaha. “Kami berharap banyak pelaku UMKM yang akan terbantu. Selama penyelenggaraan Gernas BBI saja penambahan jumlah yang onboard ke platform e-commerce sudah mencapai 8 juta pelaku usaha. Belum lagi yang sudah lebih dulu onboard,” ujar Bima. Dia yakin hal ini akan secara signifikan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.

Sementara itu Ketua Himbara, Sunarso menambahkan, “Selain bisa membantu permodalan pelaku UMKM, kami juga berharap dapat menekan permasalahan yang disebabkan menjamurnya pinjol illegal. “DigiKU diharapkan membuka akses bagi masyarakat di seluruh daerah untuk bisa menjangkau produk perbankan yang lebih aman dan nyaman.”

Bagaimana Mengakses DigiKU? Menurut Sunarso, nantinya pelaku usaha bisa mengajukan kredit yang termasuk dalam DigiKU langsung melakui platform e-commerce. Namun di tahap awal ini, pelaku UMKM bisa mengakses digiku.id terlebih dulu. Pelaku usaha bisa memilih salah satu produk dari empat bank Himbara. Pengajuan bisa melalui laman digiku.id yang nanti diarahkan ke halaman pengajuan masing-masing bank, serta akan divalidasi dan verifikasi oleh bank yang dituju.

Pengajuan akan lebih mudah layaknya pinjaman online. Perbedaannya tentu dari suku bunga yang diterapkan. Produk-produk digiKU menawarkan pinjaman dengan bunga sangat ringan dan tenor pembayaran yang bisa disesuaikan. Sementara pinjaman online ilegal menerapkan tenor yang sangat singkat, yakni sekitar 7-14 hari saja.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved