Management Trends zkumparan

GAPMMI dan Tetra Pak Siap Dukung Era Industri 4.0

Tren digitalisasi dan strategi big data pada publikasi dunia digital kerap dimanfaatkan oleh para pelaku industri makanan dan minuman guna menghadapi persaingan yang ada di pasar.

Lansekap perilaku belanja konsumen pun kian berubah, mulai dari pembelian produk yang semakin mudah didapatkan di manapun dan kapanpun, konsumen juga memiliki kesadaran lebih tinggi terhadap lingkungan dan mulai menyukai produk yang memiliki nilai tambah bagi lingkungan.

Menanggapi fenomena tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian meluncurkan peta jalan (roadmap) ‘Making Indonesia 4.0’ untuk memetakan kebutuhan tren industri 4.0 dan digitalisasi di Indonesia, seperti: kecerdasan buatan (AI), internet of things (IoT), wearable technologies, dan robotika canggih. Roadmap diharapkan dapat mendorong para pelaku industri terus berinovasi di level operasional maupun produk yang ditawarkannya. Industri makanan minuman juga diharapkan dapat membesarkan skala usaha dan bertransformasi menjadi pengekspor makanan dan minuman pertama di kawasan regional ASEAN.

“Di industri makanan dan minuman kita mutlak harus segera ikut mengadopsi industri 4.0, karena kalau tidak kita akan tertinggal dari pasar global,” ujar Adhi S. Lukman, Ketua Umum GAPMMI. Bahkan menurut Adhi, baru 40% dari total industri makanan dan minuman di Indonesia yang menggunakan kemasan berteknologi tinggi seperti yang disediakan Tetra Pak. “Ini membuat ranking kita masih di bawah Vietnam, jadi ini yang mau kami dorong bersama dengan Tetra Pak,” jelasnya.

Adhi menjelaskan beberapa hal yang membuat para pelaku usaha di industri makanan dan minuman maish lambat mengadaptasi teknologi 4.0. Pertama, adalah masih kurangnya kompetensi tenaga kerja untuk mengoperasikan teknologi 4.0 ini. Kedua, kurikulum pendidikan khususnya di sekolah kejuruan yang menyiapkan tenaga teknisi yang belum mengikuti perkembang teknologi 4.0 ini. “Kami sudah bicara juga dengan industri, sekarang pemerintah sudah siapkan insentif juga bagi perusahaan yang mau dukung program vokasi baik di SMK maupun politeknik, jadi kalau mereka biayai pendidikan vokasi ini maka beban pajaknya akan dikurangi,” jelas Adhi.

Ketiga jaringan internet yang belum merata dan belum stabil. Padahal, nantinya seluruh proses operasional teknologi 4.0 dalam industri ini berjalan diatas jaringan internet. Keempat, jumlah provider teknologi untuk melayani industri makanan dan minuman di Indonesia pemainnya masih sedikit,

“Indonesia masih butuh lebih banyak lagi provider teknologi seperti Tetra Pak ini yang mendukung industri makanan dan minuman, karena sekarang ini kalau ada pelaku usaha yang mau menggunakan teknologi-teknologi terbaru seperti ini mereka harus antri (waiting list) sampai ke Singapura dan Selandia Baru,” lanjutnya.

Kelima adalah jaminan keamanan data. Pelaku usaha juga ada yang ragu untuk mengadopsi teknologi 4.0 ini karena belum ada jaminan keamanan data mereka tidak akan bocor. Terakhir regulasi pemerintah untuk mengawal penerapan industri 4.0 ini bisa berjalan dengan baik.

Sementara itu Managing Director Tetra Pak Indonesia, Paolo Maggi, menjelaskan pihaknya terus berusaha untuk mengedukasi dan mengeajak para pelaku usaha di bidang makanan dan minuman untuk menggunakan berbagai teknologi terkini guna mendapatkan bisnis yang lebih efisien.

“Kami bikin forum atau pertemuan seperti ini sebagai upaya untuk memperkenalkan dan mengedukasi para calon mitra kami dalamn hal ini pelaku industri mamin untuk memgadopsi teknologi-teknologi terbaru yang akan membantu mereka bisa tumbuh lebih cepat dan efisien,” jelasnya. “Kami siap dukung undustri mamin Indonesia untuk bisa masuk dalam 10 besar ekonomi dunia di tahun 2030 nanti, karena Tetra Pak kini tidak hanya soal kemasan tapi sudah jadi one stop solution bagi industri makanan dan minuman,” dia menguraikan..

Paolo juga mengatakan pihaknya akan menjawab permintaan GAPMMI untuk bisa melayani UMKM. “Kami akan pikirkan bagaimana skema yang pas untuk bisa melayani produksi kemasan dalam skala kecil dan menengah. Karena kami sadar UMKM inilah yang kelak akan tumbuh besar menjadi masa depan industri,” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved