Marketing Trends

Geliat PasarPolis Garap Bisnis Asuransi

Cleosent Randing & Christopher Kustono

Praktis baru tiga tahun beroperasi, kinerja PasarPolis patut diacungi jempol. Model bisnis PasarPolis memungkinkan pelanggan mendapatkan asuransi dengan mudah melalui sistem instant claim yang dirancang PasarPolis. Perusahaan ini memanfaatkan jalur distribusi digital untuk pasar ritel dengan memotong proses administrasi hingga e-polis dapat diterima oleh pelanggan dalam hitungan detik. PasarPolis menawarkan lebih dari 100 produk asuransi dari sekitar 40 mitra perusahaan asuransi global, lokal, dan usaha patungan.

PasarPolis didirikan oleh Cleosent Randing, Christopher Kustono, dkk. Saat ini, Cleosent menjabat sebagai CEO dan Christopher sebagai COO. “Penetrasi pasar asuransi Indonesia masih rendah dan didominasi agensi dalam penggarapannya dengan produk asuransi jiwa sebagai andalannya. Produk-produk asuransi yang bersifat proteksi kurang tersentuh,” ujar Chris, panggilan Christopher.

Jadi, banyak yang bisa digarap, terutama agar masyarakat mendapat perlindungan menyeluruh. Belum lagi alasan mahalnya polis asuransi dan tantangan proses klaim yang susah. “Dengan berbagai tantangan itulah, kami melakukan revolusi di industri asuransi dengan berpegang pada visi perusahaan: Asuransi untuk Semua,” kata Chris yang pernah berkarier di bidang perbankan dan industri asuransi, yaitu di MNC Bank, Bumiputera, Permata Bank, dan AIA Finansial.

Menurut Chris, asuransi mikro belum tersentuh maksimal. Itu sebabnya, produk yang dikembangkan PasarPolis dengan para mitranya lebih menggarap asuransi mikro. “Produk yang kami luncurkan bersama Go-Jek dengan polis Rp 15 ribu per bulan. Kami kerjasama dengan mereka sudah sejak 2016,” katanya. Kala itu Go-Jek belum investasi di PasarPolis. Go-Jek kemudian tertarik ikut investasi –ia tak mau memerinci angkanya– karena sejalan dengan visi mereka: memeratakan akses asuransi ke masyarakat.

Ketika awal-awal berdiri, sebenarnya PasarPolis seperti portal supermarket asuransi, dengan banyak merek dan produk asuransi yang ditawarkan. Namun seiring waktu, mereka melihat ternyata pasar Indonesia belum banyak yang mengerti pasar asuransi. Setelah beberapa bulan berjalan pada 2016, PasarPolis melakukan shifting lebih fokus dalam pengembangan, salah satunya menggandeng Go-Jek dan beberapa mitra lain agar bisa menyediakan produk asuransi yang lebih terjangkau dengan kesempatan lebih luas lagi.

Selain dengan Go-Jek, mitra lain yang digandengnya adalah Citibank, Traveloka, Tokopedia, dan Jd.id. Walau demikian, multibrand asuransi tetap dijalankan bersama 40 perusahaan asuransi. “Jadi, asuransi kami itu dikembangkan dengan dua konsep: B to C, yaitu langsung ke customer, dan B to B to C, yaitu ditawarkan melalui partner lain hingga sampai ke customer seperti yang kami lakukan bersama Go-Jek, Traveloka, Citilink, JD.id, dan Tokopedia,” kata lulusan Manajemen Bisnis Ohio State University itu.

Bekerjasama dengan institusi-institusi tersebut membuat jangkauan asuransinya lebih cepat berkembang. Pasalnya, PasarPolis “menunggangi” ekosistem yang sudah terbangun dari institusi tersebut. “Di Go-Jek, misalnya, ada customer dan driver. Sebagai institusi awal di 2016 yang kami gandeng waktu itu, kami ditantang untuk bisa memenuhi kebutuhan akan asuransi yang terjangkau untuk para driver, tapi memberikan perlindungan yang fantastis,” kata Chris.

Chris dkk. kemudian berdiskusi dengan Go-Jek dan beberapa perusahaan asuransi. Hingga akhirnya, lahirlah produk asuransi seharga Rp 15 ribu, yang selain dapat menjadi asuransi jiwa, juga melindungi ponsel jika terjadi kecelakaan. Bahkan, menjadi asuransi makanan yang dibawa para driver Go-Food, serta perlindungan motor jika terjadi kehilangan. Itu bisa dibayar polisnya melalui Go-Pay.

“Tantangan menggarap PasarPolis yang menyasar segmen bawah adalah, kala itu pemain asuransi menganggap kalau premi tidak besar, buat apa dikerjakan,” ungkapnya. Pihaknya sempat kesulitan meyakinkan perusahaan-perusahaan asuransi. Chris dkk. lalu meyakinkan tentang besarnya populasi sebagai potensi segmen ini, walau secara besaran premi memang tidak menarik.

Nadiem Makarim, CEO dan pendiri Go-Jek, mengatakan bahwa Go-Jek dan PasarPolis memiliki visi yang sama dalam memanfaatkan teknologi untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kerjasama strategis dengan PasarPolis akan mendukung ekosistem Go-Jek karena mitra driver Go-Jek dapat mengakses layanan asuransi dengan premi terjangkau. “Hal ini akan sangat bermanfaat bagi mitra kami, khususnya melindungi dari risiko saat bekerja. Saat ini, sudah ada lebih dari 250 ribu mitra kami yang memanfaatkan program asuransi yang ditawarkan PasarPolis. Kami berharap selain memberikan manfaat maksimal bagi para mitra, kerjasama ini juga dapat mendukung akselerasi program inklusi keuangan Pemerintah Indonesia,” kata Nadiem.

Sekarang PasarPolis sudah mengeluarkan 600 ribu-700 ribu polis. Jika digabung dengan produk yang dijual melalui Tokopedia, Go-Jek, JD.id, dan Citilink, bisa mencapai satu jutaan polis. Chris senang respons pasar terhadap PasarPolis ternyata sangat bagus. Apalagi, fokusnya bukan sekadar produk polis yang terjangkau, tetapi juga kemudahan dalam klaim. “Kami buat customer service 24 jam, yang dilayani melalui chatbot, telepon, WhatsApp, juga telepon,” katanya. Karyawannya pun terus bertambah, dari awalnya empat orang sekarang sudah mencapai 80 orang.

Lalu, monetisasinya dari mana? Diakui Chris, memang salah satunya dari fee setiap polis yang ditawarkan (tidak ada fee dari klaim). Namun, ia menegaskan, saat ini fokusnya bukan pada pendapatan dulu, melainkan pengembangan dulu, bagaimana asuransi bisa menyentuh lebih banyak orang. “Walau saat ini kami sudah bisa memenuhi biaya operasional dari pendapatan sendiri hingga tahun ketiga. Kami sudah BEP, bukan dalam hal investasi, tapi dalam hal operasional tidak minus, mengingat setiap pendapatan lebih banyak kami investasikan kembali,” ia menjelaskan.

Chris mengaku PasarPolis pun sudah melayani klaim ke pelanggan. Dengan teknologi yang dikembangkan, klaim di PasarPolis terus didorong agar lebih cepat. Ia menyebutkan, bersama Citilink dikembangkan produk asuransi SuperShield bersama Asuransi Simas Net yang di dalamnya ada fitur instan klaim. “Penumpang yang menggunakan asuransi ini, jika pesawat delay lebih dari dua jam, pas pada dua jam itu penumpang akan mendapat SMS pemberitahuan melalui ponselnya bahwa karena keterlambatan itu, klaimnya sudah disetujui. Mereka diminta menginfokan nomor rekening untuk proses transfer klaim sebesar Rp 460 ribu. Jika terlambat dua jam lagi, penumpang itu berhak atas klaim Rp 450 ribu lagi,” katanya. Proses otomatis ini membuktikan PasarPolis mampu memberikan kemudahan klaim bagi nasabah.

Hingga saat ini total klaim yang sudah dibayarkan melalui PasarPolis, menurut Chris, mencapai miliaran rupiah. Ia tidak mau menyebut detail angkanya. “Kami terus memperbaiki proses klaim agar lebih cepat lagi. Semula bisa sebulan, dengan dukungan pengembangan teknologi, plus dukungan artificial intelligence untuk mengecek dokumen klaim asli atau tidak, kini prosesnya terus menurun secara bertahap, dari 25 hari kerja, lalu 14 hari kerja, sekarang klaim bisa satu hari kerja jika dokumen semua komplet dengan maksimal klaim Rp 1 juta,” paparnya.

Ke depan, pihaknya menargetkan PasarPolis.com bisa menjadi insurance tech paling dipercaya masyarakat Indonesia. “Kami tidak akan kembangkan ini ke aplikasi. Jadi, fokus di web based, karena kami melihat keengganan masyarakat mengunduhnya. Kalau web, orang bisa membukanya kapan saja,” katanya. Setidaknya setiap bulan ada 100 ribu-200 ribu visitor PasarPolis.com. Sekitar 10% dari pengunjung itu merupakan pengguna/pembeli polis aktif.

Pihaknya menargetkan tahun depan bisnisnya bisa tumbuh 20-30%. Chris bersyukur pertumbuhan bisnis justru di atas angka yang ditargetkan itu. “Kami melihat ada beberapa follower, tapi ini jadi tantangan bagi kami untuk terus meningkatkan layanan dan menawarkan produk lebih baik lagi ke masyarakat,” tuturnya. Cleosent menambahkan, pihaknya juga ingin terus mengembangkan layanan dan fitur PasarPolis agar dapat memberikan akses yang lebih luas lagi terhadap asuransi, khususnya bagi mereka yang tinggal di luar perkotaaan, terutama di kota-kota kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.(*)

Herning Banirestu dan Dede Suryadi

Riset: Armiadi Murdiansah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved