Marketing Trends zkumparan

Generasi Ketiga Grup Rodamas Produksi Fitmee

Bambang Reguna Bukit (kedua dari kiri), Jeff Budiman (kiri), Christopher Tanuwidjaja (paling kanan) dan Head of Business – Official Store Tokopedia Erika Agustine (kedua dari kanan)

Selama ini kita hanya mengenal tiga merek mi instan yang menguasai pasar Indonesia yaitu Indomie, Supermi dan Mi Sedaap.

Generasi ketiga Grup Rodamas, konglomerat yang bergerak di bidang distribusi barang elektronik, alat pendingin, kimia, makanan, dan alat-alat berat, Christopher Tanuwidjaja mencoba menggoyang tiga pemain besar ini dengan pembeda di sisi distribusi dan produknya.

Christopher mendirikan PT Fit Indonesia Tama bersama tiga sahabatnya yaitu Bambang Reguna Bukit—yang dikenal sebagai penyanyi Bams, Jeff Budiman dan Mikhavita Wijaya. Dihadirkannya produk mi instan ini, karena banyak stigma pada produk makanan cepat saji ini. “Produk kami dengan merek Fitmee ini merupakan mi instan lokal berserat tinggi, jadi rendah kalori,” ujarnya di Tokopedia Tower, (09/05/2018).

Produksi Fitmee perdana ada dua varian, yakni rasa mi soto dan mi goreng ini. Bahan mi menggunakan olahan serat Shirataki Kering (sejenis tanaman umbi-umbian dari Jepang yang kemudian diolah dan dikenal menjadi konyaku. Menurut Bams, mi ini teksturnya kenyal seperti jeli dan berwarna putih bening , mengandung air hampir 97% dan 3% serat.

“Kandungan kalori yang terdapat dalam shirataki sangatlah rendah, sehingga memang sangat baik sebagai pengganti mi untuk mereka yang gemar makan mi, tapi takut mengalami kenaikan berat badan,” katanya.

Jeff menambahkan, ide ini sudah ada sejak 2016. Waktu itu ia bersama tiga rekanannya menemukan bahwa bahan baku shirataki banyak digunakan di Jepang. “Menariknya, bahan bakunya justru diimpor dari Indonesia, jadi mengapa kita tidak gunakan di negara sendiri?” sergahnya.

Bams meyakinkan bahwa dalam setiap Fitmee rasa soto kalorinya hanya 60 kalori dan untuk rasa mi goreng 150 kalori, sedangkan mi instan pada umumnya berkisar antara 360 – 500 kalori per bungkusnya, sehingga Fitmee jauh lebih rendah kalorinya dan lebih aman dikonsumsi dibandingkan mi instan lainnya.

Selain rendah kalori, Fitmee juga dikliam gluten free, rendah kolesterol, rendah gula dan sangat tinggi dalam kandungan seratnya, rendah lemak, rendah karbohidrat sehingga jauh lebih aman dan cenderung lebih sehat daripada mi instan lainnya.

“Masa kadaluarsanya juga setengah tahun dari masa produksi. Ini bisa menjadi solusi yang pas bagi mereka yang ingin diet tapi tidak bisa menahan lapar oleh karena aktivitas mereka sehari-hari,” kata Bams yang didaulat sebagai brand ambassador Fitmee.

Menurutnya, ide membuat Fitmee diawali mereka hobi olahraga dan suka makan khususnya mi instan, tapi di satu sisi juga tidak ingin gemuk. Untuk itulah mereka membuat produk mi instan rendah kalori. “Kenapa namanya kita pilih Fitmee, mengambil bagian dari nama perusahaan, Grup Fit (20fit, fitstop, fitlokal), kami ingin selalu memakai kata fit ke depannya dalam pengembangan bisnis, Fitmee juga berarti cocok buat saya, kami pemilik bisnis juga Anda para konsumen,” kata Bams yang pernah menjadi vokalis grup band Samsons.

Menurut Jeff, sebenarnya Fitmee sudah hadir di pasar sejak 2 Mei 2018, yang mendapat respons baik. “Terlihat dari transaksinya termasuk yang paling tinggi di Tokopedia dan banyak customer yang repeat order,” ujarnya tanpa mau menyebut angka penjualan.

Fitmee saat ini hanya bisa dibeli melalui Tokopedia. “Fitmee membidik segmen A dan B, walau tidak menutup kemungkinan segmen di bawahnya masuk. Target mereka yang berusia 25-35 tahun,” kata Jeff.

Mulai distribusi di toko online, tentu dengan alasan, menurut Jeff karena pihaknya ingin mendapat masukan dulu dari konsumen. Melalui Tokopedia memungkinkan masukan itu didapat langsung, yang bisa dilihat di fitur komen dan chat. “Setelah mendapat masukan, kami perbaiki, setelah sempurna, baru kami masuk ke toko offline,” imbuhnya. Pihaknya juga membuka peluang untuk menjadi reseller offline juga. Dan era ekonomi digital saat ini memungkinkan produk bisa merata sampai ke berbagai pelosok negeri ini, bahkan kini sudah sampai ke Sorong tanpa dibatasi oleh supply chain cost tinggi.

“Peluang bisnis di industri makanan sangat potensial. Untuk itu sebelum kami jauh ke depan ada beberapa hal yang harus kami akan lengkapi dan sedang proses, seperti mendapatkan proses halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam waktu dekat semoga bisa kami dapatkan tapi untuk ijin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah kami dapatkan,” tutur Christopher.

Fitmee dipasarkan dengan kemasan 2 bungkus, 6 bungkus dan 24 bungkus dan dengan sistem offline contact. Ia menambahkan, selama ini 98% distribusi makanan di offline, dengan memulai penjualan melalui ecommerce, stigma itu ingin dipatahkannya. Bahkan targetnya Fitmee bisa merambah pasar ekspor. Untuk kampanye pun Fit Group menggunakan kanal digital, dengan membuat kampanye menarik di youtube dan media sosial lain.

Disebut Christopher, untuk pembuatan mi menggunakan beberapa pihak yang sudah berpengalaman memproduksi mi, juga memberdayakan pabrik Rodamas. “Tapi ini murni bisnis saya tidak ada hubungannya dengan Grup Rodamas, hanya titip produksi saja,” tegasnya.

Head of Business- Official Store Tokopedia ,Erika Agustine, mengatakan kehadiran Fitmee, dengan keunikan yang ditawarkan, dapat menjadi alternatif menarik bagi Toppers (sebutan pengguna Tokopedia). “Apalagi, mi instan tergolong makanan yang popularitasnya tinggi di Indonesia. Selanjutnya, dukungan terhadap Fi mee juga merupakan bagian dari komitmen Tokopedia untuk mendukung pengembangan bisnis kreator lokal,” ucap Erika.

Editor : Eva Martha rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved