Technology Trends

Hambatan Bisnis UMKM Dapat Diselesaikan Melalui Digitalisasi

Hambatan Bisnis UMKM Dapat Diselesaikan Melalui Digitalisasi

Riset terbaru Daya Qarsa berjudul ‘Mendorong Produktivitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Melalui Digitalisasi’ mengungkapkan bahwa 550 UMKM aktif di Jakarta dan Surabaya mengalami dua hambatan dalam mencapai kinerja lebih optimal, yakni hambatan manajerial dan non-manajerial.

Hambatan manajerial yang dimaksud merupakan hambatan dari proses pengoperasian dan perencanaan bisnis, seperti hambatan dalam manajemen sumber daya manusia, pengoperasian bisnis, keuangan/pendanaan, serta pemasaran dan penjualan. Sementara hambatan non-manajerial adalah hambatan yang dipengaruhi oleh faktor motivasi, tujuan bisnis dan keterampilan sumber daya manusia, di mana lebih didominasi oleh usaha mikro dan kecil.

Penelitian yang dilakukan pada Agustus 2020 lalu juga menunjukkan bahwa 52 % UMKM masih menggunakan modal usaha sendiri dan 1% menggunakan pinjaman online. Kemudian, 32 % UMKM mengalami kesulitan dalam mencari pembiayaan dengan suku bunga rendah, 28% mengalami kesulitan dengan persyaratan agunan, 25% dengan proses pendaftaran yang rumit, 5% menemukan jumlah pembiayaan yang cukup, dan 1% menemukan pembiayaan syariah.

Adapun pendanaan termasuk proses pencarian pembiayaan, seperti modal kerja, gaji karyawan, dan tujuan pendanaan lain yang berhubungan dengan bisnis. Apung Sumengkar, Managing Partner Daya Qarsa mengatakan, kedua hambatan tersebut dapat diselesaikan melalui digitalisasi. “Hampir semua tantangan yang kami identifikasi dapat diselesaikan melalui digitalisasi. Karena itu, sektor UMKM perlu menjalankan proses penggunaan teknologi untuk meningkatkan pendapatan, meningkatkan bisnis, dan menciptakan budaya digital dengan informasi digital sebagai inti,” ujarnya.

Apung mencontohkan, untuk pendanaan, hambatan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan teknologi atau digital financing melalui P2P Lending, Equity Crowdfunding, atau Supply Chain Financing. Kebutuhan pendanaan UMKM yang cenderung variatif juga perlu menyesuaikan penyedia layanan keuangan yang ada.

“Saat ini, di Indonesia terdapat banyak penyedia pembiayaan digital yang tersedia di pasar. Ada yang hanya termasuk dalam satu kategori, tetapi banyak juga yang termasuk dalam beberapa kategori. Untuk pendanaan skala kecil, UMKM dapat memilih layanan pinjaman konsumtif, sedangkan untuk pendanaan skala besar UMKM dapat memilih pinjaman P2P Lending atau Equity Crowdfunding,” papar Apung.

Riset juga menunjukkan meski satu UMKM mungkin tidak memiliki tenaga kerja dengan jumlah sangat tinggi, UMKM merasakan tantangan dalam manajemen tenaga kerja, seperti manajemen penggajian, tunjangan, dan melacak kinerja karyawan.

Terdapat 30 % pelaku UMKM kesulitan dalam mengelola data karyawan, 25% kesulitan mengelola penggajian, 22% kesulitan yang disebabkan oleh sistem absensi konvensional, 18% memiliki sistem absensi yang rawan manipulasi, dan 4% lainnya termasuk pendisiplinan karyawan dan kesulitan membuat keputusan karena tidak memiliki analisis yang cukup tentang karyawannya.

Tantangan yang dirasakan UMKM selanjutnya adalah proses perencanaan bisnis, dimana terdapat 37% UMKM mengalami kesalahan perhitungan, 30% kesulitan dalam melacak inventaris, 25% dalam mengelola berbagai kategori barang, dan 8% dalam melacak kurir.

Menurut Apung, tantangan ini terjadi karena hanya 14% bisnis UMKM yang sudah menggunakan sistem digital ERP sedangkan selebihnya masih menggunakan cara manual atau software Excel. Solusi digital seperti ERP menggunakan otomatisasi dan mengumpulkan data ke dalam suatu database terpusat dinilai dapat mempercepat pekerjaan.

Administrasi bisnis sehari-hari, seperti pelacakan penjualan, faktur, pembayaran, dan pembukuan transaksi juga menjadi tantangan UMKM, dimana 71% UMKM masih menggunakan cara manual. Hambatan yang paling sering dialami adalah 52% mengalami salah perhitungan, 24% komplikasi karena perbedaan bank atau cara pembayaran, 20% keterlambatan pembayaran tagihan, dan 3% dokumen tercecer maupun hilang.

‘UMKM dapat memanfaatkan Software Akuntansi, e-Faktur, dan Aplikasi Pajak sebagai solusi digital untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan nyaman, Sistem Point of Sale (POS), Payment Gateway, dan Sistem Pembayaran Digital juga dapat digunakan,” jelasnya.

Terakhir adalah pemasaran dan penjualan yang meliputi proses mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan barang atau jasa. Daya Qarsa menemukan bahwa tantangan bisnis UMKM ini dapat diatasi dengan menggunakan e-commerce, di mana model bisnisnya memungkinkan pelaku bisnis dan individu membeli dan menjual barang melalui internet. Ini dapat dijalankan baik melalui situs web individu atau e-commerce pihak ketiga ataupun keduanya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved