Trends zkumparan

Diplomasi Ekonomi & Duta Besar Keliling Pasifik Tantowi Yahya

Oleh Keg
Dubes Tantowi Yahya di Ruang Pajang Produk-produk Indonesia di Kedutaan Besar RI di Selandia Baru.

Tugas Tantowi Yahya semakin berat dan menantang. Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga itu sejak awal Januari 2020 ini mendapat tambahan tanggung jawab baru sebagai Duta Besar Keliling RI untuk Kawasan Pasifik.

Tantowi mulai diberi kepercayaan sebagai Dubes RI di Selandia Baru mulai Maret 2017. Sejak menancapkan kakinya di Wellington, Ibu Kota Selandia Baru, Tantowi langsung bergerak gesit. Tantowi segera menyusun agenda mengunjungi sejumlah wilayah dan bertemu dengan berbagai pihak untuk menjajaki berbagai kemungkinan peningkatan perdagangan, investasi, pariwisata, dan kemungkinan-kemungkinan kerja sama lainnya antara Indonesia dan Selandia Baru. Dan langkah-langkah itu terus dia jalankan secara berkelanjutan.

Dan tak hanya terbatas di area Selandia Baru, Samoa dan Tonga. Tantowi juga berencana memperluas area kerja sama. Pada Juli 2019 lalu, misalnya, Indonesia dengan dukungan Selandia Baru dan Australia berhasil menggelar Pacific Expo 2019 di Auckland, Selandia Baru. Melalui expo ini, ujar Tantowi pada waktu itu, Indonesia ingin mengenalkan diri jika Indonesia juga merupakan salah satu dari negara-negara di Pasifik. Dan pada kenyataannya, Indonesia memang memiliki lima provinsi di Pasifik: Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat.

Dengan acara ini, Tantowi menjelaskan, diharapkan akan terjadi kolaborasi antar negara-negara di Pasifik misalnya di bidang pariwisata.

Tantowi Yahya (tengah) bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (di sebelah kiri Tantowi), Presiden Jokowi, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (paling kanan), pada Rapat Kerja para Dubes di Istana Negara 9 Januari 2020.

Selama sekitar dua setengah tahun sebagai Dubes Indonesia di New Zealand, seperti apa catatan keberhasilan yang ditorehkan Tantowi? Berikut petikan wawancara SWA dengan Tantowi Yahya:

SWA: Tahun 2019 sudah berakhir, kita memasuki 2020. Dari segi ekonomi dan perdagangan, apa saja capaian yang sudah dicapai dalam hubungan Indonesia dan Selandia Baru?

Tantowi Yahya (TY): Sepanjang tahun 2019 kinerja ekspor Indonesia ke Selandia Baru semakin meningkat. Berdasarkan data New Zealand Statistics, ekspor Indonesia ke Selandia Baru naik menjadi USD 745,33 juta atau naik 11% hingga bulan November 2019. Disisi lain nilai impor turun menjadi USD 772,19 juta. Dengan demikian, saat ini neraca perdagangan Indonesia dengan New Zealand semakin mendekati titik keseimbangan/trade balance dengan selisih sangat tipis, yakni: USD 26,85 juta.

Perhitungan neraca perdagangan di atas jika memasukkan unsur jasa, maka posisi Indonesia sudah surplus atas Selandia Baru. Devisa dari sektor jasa yang masuk ke Indonesia tercatat USD 358,50 juta. Sehingga total ekspor Indonesia baik dari sektor barang dan jasa saat ini mencapai USD 1,10 miliar. Jumlah ini lebih besar dari pada total ekspor Selandia baru yang hanya USD 1,05 miliar. Sehingga, untuk pertama kali dalam sejarah di tahun 2019, Indonesia mengalami surplus dengan Selandia Baru.

Menlu Retno Marsudi dan Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama Tantowi di acara Pasific Exposition 2019 di Selandia Baru.

SWA: Selama 3 tahun terakhir (2017, 2018 dan 2019), bagaimana perkembangan perdagangan (ekspor dan impor antara Selandia Baru dan Indonesia)?

TY: Berdasarkan data dari New Zealand Statistic, Indonesia saat ini merupakan mitra dagang ke-11 Selandia Baru dengan nilai ekspor yang terus meningkat dalam 3 tahun terakhir (2017 – 2019), sebagaimana terlihat dalam tabel: *

SWA: Apa saja 10 komoditas dan produk utama dari Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar dalam hal nilai impor Selandia Baru dari Indonesia? Dan sebaliknya, apa saja 10 komoditas dan produk utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam hal nilai ekspor Selandia Baru ke Indonesia? Berapa masing-masing nilainya?

TY:

10 komoditas dan produk utama dari Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar dalam hal nilai ekspor Indonesia ke Selandia Baru:

10 Komoditas dan produk utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam hal nilai ekspor Selandia Baru ke Indonesia:

Ruang Pajang Produk-produk Indonesia di Kedutaan Besar RI di Selandia Baru.

SWA: Apa saja peluang ekspor dari Indonesia yang masih terbuka ke Selandia Baru?

TY: Ada beberapa, antara lain:

Pertama: Sektor Agrikultur, ini meliputi;

Dalam hal ini, Selandia Baru menyaratkan biosecurity yang cukup ketat untuk buah tropis impor, dimana semua produk buah harus memiliki Import Health Standard (IHS). Saat ini, Indonesia hanya mempunyai IHS untuk buah manggis (mangosteen). Sedangkan untuk IHS Salak, saat ini sedang dalam proses review karena pada buah Salak impor ditemukan ada yang mengandung ulat.

Diperlukan promosi kopi Indonesia yang masif melalui coffee cupping dan bentuk promosi lainnya.

Kedua: Sektor Manufaktur;

Segmen pasar kendaraan produksi PT. Astra International Tbk. jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) seperti Toyota Avanza belum terisi karena sebagian besar segmen pasar di Selandia Baru yaitu: Sedan, SUV dan Van. Namun demikian, Toyota Avanza belum dapat memasuki pasar Selandia Baru karena persyaratan EURO 5 yang diterapkan pemerintah Selandia Baru.

Dalam hal ini, telah dilakukan survei di beberapa tempat bahwa Teh Botol Kotak, biskuit Astor, Kusuka dan beberapa jenis teh Indonesia sangat diminati di Selandia Baru dan siap untuk masuk pasar di supemarket mainstream.

Ketiga: bidang Industri Strategis;

SWA: Ada berapa banyak impor Selandia Baru atas komoditas dan produk dari Indonesia yang masih melalui negara pihak ketiga? Berapa perkiraan nilainya? Terdiri dari komoditas dan produk apa saja? Apa saja upaya yang sebaiknya dapat dilakukan oleh Pemerintah dan eksportir Indonesia supaya ekspor dapat dilakukan langsung tanpa melalui negara ketiga?

TY: Terdapat beragam produk ekspor Indonesia di Selandia Baru melalui negara ke-3 seperti Australia, Singapura, Malaysia dan UAE.

Palm Oil Kernel (ampas sawit), batu bara dan BBM diimpor melalui Singapura.

Ban mobil, Kecap ABC, Sambal botol ABC, Sambal Belibis, dan santan Kara diimpor oleh perusahaan dari Australia. Dan produk chemical serta fertiliser via Malaysia dan UAE.

Untyuk mengatasi ini KBRI telah melakukan pendekatan kepada importir di Selandia Baru untuk mengimpor langsung produk – produk dari Indonesia.

SWA: Dalam hal investasi dari perusahaan-perusahaan Selandia Baru ke Indonesia, bagaimana perkembangannya selama 3 tahun terakhir? Berapa total nilainya? Siapa 3 besar perusahaan yang melakukan investasi tersebut? Investasi itu di bidang apa saja? Dan sebaliknya bagaimana perkembangan investasi dari Indonesia di Selandia Baru? Kalau ada, berapa nilainya? Siapa 3 besar perusahaan yang melakukan investasi itu? Di bidang apa saja?

TY: Investasi Selandia Baru ke Indonesia berada di peringkat ke-32 dengan total investasi sebesar US$ 4,1 juta (2018) dengan 28 proyek. Pada triwulan kedua tahun 2019, Selandia Baru berada di peringkat ke 37 dengan nilai investasi sebesar US$ 1,6 juta dengan 30 proyek. Adapun sektor investasi Selandia Baru, antara lain: makanan, bahan kimia, hotel, properti dan metal.

Yang perlu dicatat, para investor Selandia Baru tergolong pada kelompok risk adverse. Sehingga, bagi investor yang sudah mengetahui potensi pasar Indonesia masih bersikap wait and see, sambil menunggu kebijakan Indonesia yang pro investment dan adanya peningkatan peringkat ease of doing business Indonesia. Selain itu, dengan karakteristik ekonomi Selandia Baru yang psedo sosialis (perekonomian di kuasai koperasi, bukan individu), maka agak sulit bagi suatu korporasi dalam berekspansi ke luar negeri.

Sejumlah perusahaan Selandia Baru yang telah berinvestasi di Indonesia, antara lain: Fonterra, ETEL dan Beca. Fonterra berinvestasi di bidang produk susu, ETEL berinvestasi di bidang manufaktur travo dan Beca adalah konsultan properti.

SWA: Apa saja peluang investasi dari perusahaan-perusahaan di Selandia Baru ke Indonesia yang masih memungkinkan di garap? Apa saja insentif investasi yang mereka harapkan dari Indonesia?

TY: Ada sejumlah investasi yang bisa digarap.

Pertama, Sektor kelistrikan.Sektor kelistrikan di Selandia Baru diperoleh dari pembangkit listrik terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang menghasilkan 82% dari kebutuhan energi Selandia Baru. Selandia Baru memiliki keahlian dan pengalaman panjang dalam eksplorasi teknologi Panas Bumi yang saat ini memproduksi 17% dari kebutuhan energi atau kapasitas terpasang sebesar 900 MW.

Berlokasi di Pacific Ring of Fire, Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia yang perlu pemanfaatan dari investasi luar negeri. Contact Energy, salah satu perusahaan produsen panas bumi di Selandia Baru sudah berminat untuk investasi di Indonesia namun terkendala harga jual listrik dibanding nilai investasi yang belum masuk.

Kedua, investasi di bidang pertanian. Perusahaan produsen benih Crop Mark dari Selandia Baru saat ini tengah melakukan percobaan penelitian untuk benih rumput kualitas tinggi asal Selanmdia Baru yang dapat meningkatkan berat ternak secara signifikan. Penelitian bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada di area sekitar 8000 hektar yang berlokasi di Kabupaten Tulang Bawang di Provinsi Lampung sejak tahun 2018.

Ketiga, investasi di bidang sektor publik & pendidikan.Selandia Baru memiliki kualitas pendidikan tingkat dunia. Saat ini ada lebih dari 50.000 mahasiswa internasional belajar di Selandia Baru. Dalam program rencana 20 tahun ke depan, Selandia Baru akan ekspansi di sektor pendidikan yang dapat bekerjasama dengan institusi pendidikan di Indonesia utamanya pendidikan tinggi dan menengah.

Keempat: Investasi di bidang infrastruktur.Sejalan dengan program pemerintah Indonesia dalam membangun infrastruktur, Selandia Baru memiliki keiinginan untuk berpartisipasi di bidang properti, sarana dan prasarana publik.

Yang perlu diperhatikan, pada umumnya calon investor Selandia Baru mengharapkan adanya stabilitas politik dan keberlanjutan iklim investasi di short run maupun long run. Indonesia sudah menunjukan stabilitas di bidang politik yang baik dalam 40 tahun terakhir, namun adanya bencana banjir di Jakarta menunjukan tidak ada sustainability dari investasi.

SWA: Sekarang tentang pariwisata. Dalam hal jumlah wisatawan dari Selandia Baru yang mengunjungi Indonesia, bagaimana perkembangan jumlahnya selama 3 tahun terakhir (2017, 2018 dan 2019)? Apa upaya yang sebaiknya dilakukan supaya lebih banyak lagi wisatawan dari Selandia Baru ke Indonesia?

Mengenalkan pariwisata Indonesia di Selandia Baru.

TY: Berikut saya sampaikan datanya:

Kedepan, upaya yang sebaiknya dilakukan:

Pertama, peningkatan konektivitas kedua negara dengan pembukaan jalur penerbangan baru. Kedua, promosi paket Bali Beyond, sehingga turis yang sudah berada di Bali dapat memperpanjang liburan di 10 Bali baru. Ketiga, promotion & sales mission yang lebih intensif dan terkoordinasi. Dan terakhir, integrasi wisata Indonesia Timur dengan Pasifik (One Pacific Destination).

SWA: Sampai sekarang ada berapa banyak restoran Indonesia di Selandia Baru? Bagaimana perkembangan restoran-restoran tersebut? Berapa banyak dari restoran tersebut yang ditujukan untuk segmen kelas atas dan menengah? Sejauh ini bagaimana peran restoran Indonesia itu dalam upaya untuk lebih mengenalkan obyek wisata, budaya dan makanan Indonesia? Apa sebaiknya dukungan yang harus dilakukan Pemerintah Indonesia supaya jumlah restoran Indonesia di Selandia Baru dapat bertambah?

TY: Sampai saat ini ada 15 restoran besar dan kecil di Selandia Baru yang tersebar di kota-kota seperti Wellington, Auckland, Christchurch, Napier, Palmerston North. Segmen pasar restoran tersebut untuk kelas menengah dan juga kelas atas. Sejauh ini hampir keseluruhan restoran tersebut berkontribusi dalam promosi wisata dan budaya Indonesia.

Pemerintah Indonesia dapat mendukung keberlanjutan usaha restoran Indonesia melalui, antara lain, bantuan asistensi pembukaan restoran baru dalam hal bantuan pengiriman bahan baku, analisa kebutuhan pasar, aturan setempat, survei lokasi, pelatihan kuliner Indonesia oleh chef dari pusat.

Upaya mengenalkan masakan-masakan Indonesia.

SWA: Ada berapa banyak jumlah diaspora Indonesia di Selandia Baru? Berapa banyak dari mereka sebagai pengusaha menengah ke atas, dan profesional yang menduduki fungsi/posisi penting di perusahaan? Bagaimana kemungkinan untuk merangkul mereka supaya dapat memberikan kontribusi bagi Indonesia?

TY: Jumlah diaspora yang berada di Selandia Baru sekitar 8 ribu orang. Adapun demografi para diaspora tersebut terdiri dari profesional, WNA yang pernah menjadi WNI, WNA yang menikah dengan WNI, pengusaha, pelajar, dll. Mereka terdiri dari: akademisi (pelajar, dosen, dan peneliti), pegawai di institusi pemerintahan Selandia Baru maupun swasta, retail, kesehatan, IT, industri film, digital art/animasi, seni musik, pelatih badminton hingga bisnis (food truck, car workshop, cleaning agent, property, dan lain-lain).

Belum terdapat data resmi jumlah diaspora yang menduduki posisi penting di perusahaan dan sebagai pengusaha menengah ke atas.

Upaya KBRI Wellington dalam merangkul para diaspora tersebut antara lain melalui pertemuan langsung kekantong-kantong masyarakat di kota-kota seperti Wellington, Auckland, Hamilton, Tauranga, Napier, Dunedin, Christchurch. Pembentukan Kelompok Ketua Organisasi Masyarakat/ Persatuan Pelajar Indonesia di Selandia Baru untuk memudahkan dan mempercepat diseminasi informasi yang dibutuhkan masyarakat maupun KBRI melalui pemanfaatan media sosial yang dimiliki KBRI seperti website, Facebook dan Twitter agar komunikasi antar KBRI dan diaspora tetap terjaga dan terjalin dengan baik.

KBRI Wellington mempunyai kerja sama dengan masyarakat Indonesia di Selandia melalui organisasi masyarakat yang tersebar di 12 wilayah, yaitu Auckland (KIA/Komunitas Indonesia Auckland), Tauranga (BOPIC/Bay of Plenty Indonesian Community di Tauranga), Hamilton (KBMI-Ham/Keluarga Besar Masyarakat Indonesia di Hamilton), New Plymouth (KINTARI/Keluarga Indonesia Taranaki), Hawke’s Bay (KAMI Bay/Keluarga Masyarakat Indonesia di Hawke’s Bay), Palmerston North/Wanawatu (PREMIUM/Persatuan Masyarakat Indonesia untuk Manawatu), Wellington (KAMASI/Keluarga Masyarakat Indonesia), Nelson (IndoNelson/Indonesian Society in Nelson), Christchurch (CIS/Canterbury Indonesia Society, Inc.), Queenstown (IMIQ/Ikatan Masyarakat Indonesia di Queenstown), Invercargill (KIS/Komunitas Indonesia Southland), dan Dunedin (KID/Komunitas Indonesia di Dunedin).

SWA: Bagaimana perkembangan hubungan kerja sama di bidang-bidang lainnya? Apa saja kerja sama yang sudah dan akan dicapai? Umpamanya, bagaimana supaya ada perlakukan khusus dengan bea masuk untuk komoditi-komoditi dan produk-produk dari Indonesia ke Selandia Baru? Bagaimana dengan sebaliknya? Juga mengenai ketentuan bebas visa bagi warga Indonesia ke Selandia Baru dan sebaliknya?

TY: Capaian hubungan kerjasama dibidang lainnya, antara lain:

Untuk Bidang Politik:

– Adanya peningkatan status hubungan bilateral Indonesia-Selandia Baru pada 2018, dari strategic partnership menjadi comprehensive partnership, yang dideklarasikan bersama oleh Presiden RI dan PM Selandia Baru.

– Peningkatan intensitas saling kunjung tingkat tinggi, antara lain kunjungan PM Selandia Baru ke Indonesia, Kunjungan Presiden RI ke Selandia Baru, Kunjungan Menlu Selandia Baru dan Parlemen Selandia Baru ke Indonesia dan kunjungan berbagai delegasi Indonesia dan Selandia Baru.

– Kerjasama bilateral di bidang Counter-Terrorism, pencegahan dan penanggulangan bencana alam, pendidikan, pariwisata.

– Indonesia, Selandia Baru dan Australia bekerja sama dalam penyelenggaraan Pacific Exposition 2019, yang dihadiri oleh 3 kepala pemerintahan dan sekitar 17 orang menteri dari 19 negara dan teritori di kawasan Pasifik.

– Pembukaan hubungan diplomatik dengan Cook Islands dan Niue di sela-sela Pacific Exposition.

Di bidang Konsuler:

Saat ini KBRI Wellington telah mengupayakan kerjasama Working Holiday Visa antar Indonesia dan Selandia Baru. Pada tahun 2020, Imigrasi New Zealand (INZ) dan Ditjen imigrasi Indonesia akan membahas kerjasama tersebut.

Di bidang Pensosbud:

– Penerbitan majalah INZIST, buletin triwulanan yang memuat kegiatan KBRI Wellington dan di diseminasikan kepada pemangku kepentingan di Selandia Baru.

– Pelatihan bahasa Indonesia yang dimulai sejak tahun 2018 dan telah diikuti lebih dari 100 WN Selandia Baru.

– Pelatihan angklung dan gamelan kepada para mahasiswa di Victoria Univetsity dan Auckland University of Technology

– Story telling mengenai cerita rakyat kepada para anak – anak di Selandia Baru.

SWA: Apa rencana-rencana Bapak di 2020 dalam bidang diplomasi TTI (Trade, Tourism, Investment) Indonesia di Selandia Baru? Apa saja dukungan atau kerja sama dengan kementerian dan lembaga-lembaga lain yang Bapak perlukan untuk mewujudkan rencana-rencana tersebut?

TY: Ada beberapa hal yang akan kami lakukan.

Pertama, di bidang perdagangan, kami akan mengadakan:

Kedua, di bidang pariwisata:

Beberapa hal yang akan kami lakukan meliputi:

Ketiga, di bidang Investasi:

Ada sejumlah bidang yang akan digarap, seperti tadi yang sudah kami jelaskan di atas. Yang penting dalam hal ini, KBRI Wellington mengharapkan adanya sinergitas dan koordinasi yang lebih erat antara perwakilan dengan Kementerian / Lembaga terkait. Dalam hal perdagangan, diharapkan Kementerian Perdagangan dapat langsung membantu memberikan informasi produk-produk utama Indonesia. Kemendag juga diminta untuk membantu secara reguler analisa pasar masing-masing negara tekait dengan demografi, tren pasar produk utama, dll.

Penutup

Dengan sejumlah langkah-langkah yang sudah dijalankan dan hasil yang disampaikan di atas, mestinya tugas dan tanggung jawab tambahan baru Tantowi sebagai Dubes Keliling RI di Pasifik yang lebih menantang – dan harus dirangkap dengan posisi lamanya sebagai Dubes Selandia Baru, Samoa dan Tonga –mestinya dapat dijalankan Tantowi dengan hasil tak jauh beda, bahkan bisa jauh lebih baik.

swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved