Management Trends zkumparan

Indonesia Kekurangan Partisipasi Perempuan di Bidang STEM

Menristek Bambang Brodjonegoro bersama penerima penghargaan GE Women in STEM 2019.

Sektor Sains, Teknologi, Teknik, dan Matemika (STEM) sangat terdampak akibat kurangnya partisipasi wanita. Akibatnya, kemajuan dan kontribusi yang sebenarnya dapat dicapai sektor-sektor tersebut terhadap perekonomian menjadi tertahan.

Di Indonesia, tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan masih berada di bawah laki-laki, padahal secara pendidikan, perempuan memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik. Rata-rata Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki adalah 84%, sementara perempuan hanya 50%.

Hal tersebut disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro saat memberikan sambutan dalam acara GE Woman in STEM 2019 di Jakarta, (27/11/2019).

“Artinya masih banyak perempuan yang belum bekerja. Memang berbeda dengan laki-laki, banyak unsur alamiah yang membuat perempuan tidak bisa bekerja seperti menjadi ibu rumah tangga atau melahirkan. Namun, untuk menjadi negara maju Indonesia membutuhkan semua talent yang terbaik tidak melihat dia laki-laki atau perempuan,” katanya.

Saat ini mahasiswa yang mengenyam pendidikan di bidang STEM memang relatif banyak. Namun, Bambang menyayangkan sebab tidak semuanya berkarier di bidang STEM, padahal Indonesia perlu mengembangkan teknologi untuk menjadi negara yang lebih maju. Untuk mendorong perempuan bekerja di bidang STEM, menurut Bambang, perusahaan harus memberikan kemudahan terhadap pekerja wanita seperti menyediakan fasilitas penitipan anak dan tempat menyusui.

“Perempuan pasti memiliki banyak kewajiban alami sebagai istri dan ibu sehingga harus dimudahkan dalam bekerja. Apalagi di era digital saat ini, perempuan harus dimungkinkan untuk bisa bekerja dari rumah, jadi tidak harus datang ke kantor 8 jam sehari dan 5 hari seminggu sehingga dia bisa menjaga keseimbangan antara kebutuhan alami dengan bekerja,” ujar Bambang.

Sementara itu, dalam laporan McKinsey 2019 mengenai ’Masa depan wanita di tempat kerja: Transisi di era otomatisasi’, terungkap bahwa sekitar 40-160 juta wanita di seluruh dunia diprediksi perlu beralih ke pekerjaan lain pada 2030, dan meraih peranan baru dengan keterampilan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan Iebih banyak wanita yang terkelompok dalam profesi atau industri yang lebih rentan terhadap otomatisasi.

Di negara-negara ASEAN, wanita Iebih rentan kehilangan pekerjaan mereka sekaligus Iebih sedikit lagi yang mendapat pekerjaan dengan peranan yang Iebih tinggi. International Labor Organization (ILO) juga melaporkan bahwa 56% karyawan di berbagai pusat hub manufaktur di negara -negara ASEAN termasuk Kamboja, Indonesia, Thailand, Filipina dan Vietnam mungkin akan kehilangan pekerjaan karena disrupsi otomatisasi.

Editor: Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved