Trends Economic Issues zkumparan

Ini Faktor Utama Pendorong Pertumbuhan Kredit

Ketua Himbara sekaligus Direktur Utama BRI Sunarso.

Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang terdiri dari BRI, Bank Mandiri, BNI dan BTN menilai penurunan suku bunga bukan merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan kredit. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Himbara sekaligus Direktur Utama BRI Sunarso pada acara Gathering Himbara dan Pemimpin Redaksi secara virtual (06/01/2021).

Ia menjelaskan, tren penurunan suku bunga pinjaman (produktif dan konsumtif) telah berlangsung sejak 2015 seiring dengan penurunan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate. Sebaliknya, perbankan justru menurunkan suku bunga pinjaman perbankan pada saat BI 7 DRR naik di 2018.

Namun, penurunan suku bunga pinjaman tidak diikuti kenaikan pertumbuhan pinjaman. Trend penurunan pertumbuhan pinjaman – termasuk pertumbuhan pinjaman Bank Himbara – sejak 2012 terjadi pada saat suku bunga perbankan cenderung turun. Penurunan suku bunga KUR juga tidak mendorong peningkatan agregat pinjaman perbankan, pada tahun 2015 dan 2016 pada saat suku bunga KUR menurun signifikan, loan growth justru menurun sampai di bawah 10%.

“Oleh karena itu, secara bijaksana kita harus mencari variabel apa saja yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, karena turunnya suku bunga tidak selalu bisa mengatrol pertumbuhan kredit yang diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Dengan menggunakan analisa model ekonometrika, secara umum terungkal bahwa pertumbuhan kredit dipengaruhi secara signifikan oleh variabel konsumsi rumah tangga (consumption), daya beli masyarakat (real M2), suku bunga (interest rate), NPL, dan penjualan eceran (retail sales).

“Variabel yang paling sensitif (elastisitas paling tinggi) adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Inilah yang harus menjadi fokus kita jika ingin mengatrol pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, kata dia, sudah sangat tepat dalam kondisi pandemi ini pemerintah mengeluarkan berbagai stimulus langsung kepada masyarakat,” papar Sunarso.

Lebih lanjut Sunarso mengungkapkan, Bank Himbara telah mendominasi market share baik secara aset, pinjaman dan simpanan bank umum di Indonesia. Market share Himbara untuk aset tercatat sebesar 41,59%, pinjaman 43,54% dan simpanan 43,46%.

Namun ternyata Bank Himbara bukan pemilik Cost of Fund (COF) terendah, sehingga memiliki keterbatasan sebagai price leader kredit. Tercatat COF Bank Himbara sebesar 3,28%, sedangkan bank swasta nasional sebesar 1,47%.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan, COF Himbara saat ini belum bisa rendah karena portofolio pendanaan bank-bank milik negara masih memiliki porsi dana mahal yang relatif besar. Kedepannya, perlu ada diversifikasi jenis pendanaan yang dilakukan Himbara, khususnya jenis simpanan dana murah untuk menekan tingkat biaya dana.

“Kalau dilihat, rasio CASA (dana murah) di salah satu bank swasta nasional sudah di atas 70%, sementara di kami mungkin kisaran 65% sampai mendekati 70%. Artinya, depositonya itu memiliki porsi cukup besar sehingga akan berkontribusi cukup tinggi bagi COF. Ke depan, kita harus melihat bagaimana Himbara menumbuhkan CASA rasionya,” ujar Darmawan.

Plt. Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan, kini BTN terus berinovasi untuk meningkatkan CASA. “Dalam isu CASA, benar bahwa deposito kami masih paling banyak. Belakangan kami mulai masuk ke arah perbaikan strategi CASA dan transaksi. Sebab kami kreditnya panjang, di mana tenor KPR bahkan ada yang 25 tahun dan average maturity-nya rata-rata di atas 10 tahun. Sementara dananya mengandalkan DPK relatif pendek-pendek,” tambah Nixon.

Dengan kondisi seperti ini, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memprediksi pertumbuhan kredit industri perbankan di Indonesia akan ada di kisaran maksimal 5% dalam kurun 6 bulan ke depan. “Saya yakin perbankan sekarang melihatnya lebih banyak ke proyeksi jangka pendek, belum melihat setahun penuh. Dalam 6 bulan ke depan saya yakin ini (pertumbuhan kredit) semua rata-rata tertinggi 5%,” kata Royke.

Menurutnya, industri saat ini dalam proses beres-beres atau recovery sehingga masih membutuhkan waktu. Jika ekonomi sudah membaik dan daya beli di segmen menengah atas pulih, ia menegaskan pihaknya akan tancap gas untuk mencapai pertumbuhan double digit. “Saat ini semua pasti akan lihat lebih pendek, periode 3-6 bulan. Itu make sense dengan perubahan saat ini yang begitu cepat,” ujarnya.

Terkait pertumbuhan kredit, Darmawan menambahkan, tidak ada perbedaan antara ekspektasi Bank Indonesia (BI) dengan Himbara karena sama-sama memproyeksikan single digit. Namun BI mengatakannya di atas, menurutnya, Himbara di tengah. Pihaknya kini melihat pertumbuhan ekonomi tidak lagi secara nasional melalui PDB, tetapi secara kewilayahan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

“Dari situ kita bisa melihat ada pertumbuhan namun tidak sebesar sebelum pandemi. Kita jalankan 2020 tanpa persiapan di 2019, tetapi kita menghadapi 2021 ini kita sudah antisipasi apa saja yang akan dilakukan berdasarkan pengalaman kita di 2020. Kita optimistis ada pertumbuhan? Iya, karena kita sudah melewatinya. Tetapi apakah pertumbuhan di 2021 tinggi? Hitungan kami belum, kami lebih kepada bagaimana bisa meng-entertain demand dari masing-masing wilayah,” jelas dia.

Sunarso melanjutkan, Himbara akan fokus pada strategi peningkatan daya beli masyarakat sebagai kunci pertumbuhan kredit. Selain itu masing-masing bank anggota Himbara akan fokus pada pertumbuhan kredit sesuai dengan Core Business-nya.

“Kita harus bisa menyalurkan cashflow ke masyarakat, yang paling baik melalui penyaluran stimulus dan cara lain dengan memberikan lapangan pekerjaan. Untuk itu, proyek-proyek infrastruktur yang memiliki paling panjang multiplier effects-nya dan mempekerjakan banyak orang tidak boleh berhenti, harus selesai tepat waktu. Kami Himbara siap mendukung itu apalagi jika menciptakan permintaan kredit. Karena sesungguhnya kami tidak ingin tumbuh kecil-kecil saja, kami ingin tumbuh seperti yang diharapkan regulator,” ujarnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved