Management Trends

Ini Jurus KKP Mengencangkan Ikat Pinggang

Ini Jurus KKP Mengencangkan Ikat Pinggang

Turunnya anggaran APBN membuat beberapa Kementerian harus mengencangkan ikat pinggang. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadi salah satu departemen yang harus melakukan efisiensi. Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti, menghimbau bahwa pihaknya harus melakukan penghematan belanja hingga 20-30%. Himbauan tersebut disambut Slamet Soebjakto, Direktur Jendral Perikanan Budidaya KKP dengan positif. Pasalnya, selama ini Menteri KKP selalu meminta untuk memanfaatkan anggaran secara efisien.

“Selama ini kami memang banyak diminta untuk lihat ke dalam untuk pemanfaatan anggaran. Hal ini bertujuan agar tahu apakah anggaran ini efisien atau tidak, apakah betul betul sampai di tangan masyarakat atau tidak. Budidaya juga melakukan efisiensi terutama untuk yang menghabiskan dana besar tergantung pada kondisi real yang ada,” ujar Slamet.

KKP

Untuk membantu menekan angka belanja KKP, Dirjen Perikanan Budidaya, menunda beberapa kegiatan yang overlapping. Selain itu, kegiatan yang tidak mungkin tercapai dan ada potensi untuk terbengkalai juga bisa diprediksi, sehingga tidak akan diprioritaskan. Adapun kegiatan yang bersifat overlapping adalah program penanaman mangrove di sekitar tambak serta pengadaan keramba jaring apung.

“Untuk penenaman magrove kan diadakan juga oleh Ditjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL). Oleh sebab itu, kami minta mereka tanam di sekitar tambak, sehingga Ditjen Budidaya tidak perlu mengadakan penanaman mangrove. Sedangkan efisiensi untuk kegiatan bantuan masyarakat yang akan dibatasi adalah yang sifatnya sulit seperti keramban jaring apung. Saat ini masyarakat mungkin akan sulit mengisi benihnya. Sekarang saja masih sedikit keramba yang terisi. Jadi prioritas adalah bantuan-bantuan yang bisa dilakukan,” tambah Slamet.

Saat ini, Slamet mengklaim bahwa beberapa program Ditjen KKP mulai terlihat hasilnya. terlebih untuk menujukan kemandirian pakan ikan air tawar yang diberikan tahun 2015 silam.

“Hasil sudah bisa dilihat di beberapa wilayah seperti Sleman, Banjarnegara dan Kalimantan Selatan. Alat-alatnya akan didistribusikan dan identifikasi kelompoknya agar alat yang diberikan bisa beroperasional,” Slamet menjelaskan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved