Trends

Inisiatif Tiga Pilar Bisnis Berkelanjutan Uniqlo

Inisiatif Tiga Pilar Bisnis Berkelanjutan Uniqlo

Menurut data SIPSN KLHK tahun 2021, Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil atau fasyen. Ini setara dengan 12% dari total sampah yang dihasilkan di Indonesia. Namun hanya 0,3 juta ton limbah fasyen yang didaur ulang. Kondisi ini tentu harus menjadi perhatian para pelaku di industri fasyen.

Uniqlo, merek fast fashion dari Jepang, memahami bahwa merek fasyen bertanggung jawab pada sampah fasyen yang kian meningkat dari tahun ke tahun yaitu dengan sebuah inisiatif dengan menggandeng Grup Astra, Sarinah, desainer dan UMKM.

Seperti diketahui, fasyen sirkular bertumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Tren ini membangun kepedulian bahwa produk fasyen memaksimalkan sumber daya yang memperpanjang manfaatnya baik itu melalui rantai produksi maupun konsumsinya. Linbah sampa tekstil atau fasyen bisa diteman dengan melakukan daur ulang (recycle) atau didayagunakan kembali (upcycle) baik itu menjadi produk fasyen baru atau produk lain.

Inilah yang dilakukan Uniqlo dalam upayanya berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat melalui ‘Remake Project’, inisiatif berkelanjutan sebagai implementasi dari program Re.Uniqlo yang memfasilitasi siapa pun yang ingin berkontribusi secara signifikan dalam menghijaukan bumi dengan memberikan kehidupan baru bagi pakaian Uniqlo yang sudah tidak terpakai.

Melalui proyek ini, Uniqlo menampilkan 40 pakaian upcycled yang telah didaur ulang dari pakaian yang sudah tidak terpakai untuk menginspirasi masyarakat agar lebih menghargai pakaian dalam waktu yang lama.

Daniel Pieter, Marketing & E-commerce Director PT Fast Retailing Indonesia (Uniqlo Indonesia) mengatakan Uniqlo memandang bahwa sebagai pelaku di bisnis fasyen turut bertanggung jawab di tengah berbagai masalah lingkungan dan kemanusiaan yang ada saat ini hingga di masa depan.

“Remake Project merupakan salah satu implementasi dari program Re.Uniqlo dalam memberikan nyawa baru pada koleksi LifeWear favorit agar bisa dimanfaatkan secara jangka panjang. Projek ini juga mempertegas inisiatif Neighborhood Collaboration sebagai upaya serius untuk memberikan kesempatan bagi pelaku bisnis lokal dan UKM dalam mengembangkan potensi dan konsep bisnis yang berkelanjutan agar bisa berkontribusi bersama untu lingkungan,” ujar Daniel.

Re.Uniqlo merupakan program yang bertujuan untuk menciptakan pakaian bernilai dan memberi kesempatan bagi pecinta LifeWear untuk menikmati pakaiannya lebih lama. Langkah yang dilakukan adalah Uniqlo mengumpulkan pakaian merek ini yang sudah tidak digunakan dari para pelanggan melalui Re.Uniqlo box yang disediakan di toko Uniqlo di seluruh Indonesia untuk kemudian didonasikan kepada yang membutuhkan hingga didaur ulang menjadi pakaian baru.

Sedangkan Re.Uniqlo: Remake Project membawa gaung lebih luas dengan mengajak lebih banyak orang lagi untuk menyadari penyingnya konsep keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari sebagai salah satu aksi nyata dalam melindungi bumi, mendukung sesama manusia, dan berkontribusi untuk masyarakat yang diwujudkan dengan pengalaman yang berbeda.

Dalam upaya ini, Uniqlo mengajak Adrie Basuki, salah satu desainer yang dikenal kerap menciptakan pakaian dari bahan daur ulang yang bisa digunakan dalam jangka waktu panjang. Adrie Basuki merupakan UKM Kolaborator Uniqlo Neighborhood di toko Uniqlo Botani Square, sekaligus juga UKM mitra binaan dari mitra Uniqlo pada projek ini, yaitu Sarinah.

Inisiatif ini ini sejalan dengan dua dari tiga pilar keberlanjutan (People, Planet dan Society) yang diusung Uniqlo. Pilar Planet dengan memberikan nyawa baru bagi pakaian yang sudah tidak terpakai untuk mengurangi limbah dan menjadikannya lebih bernilai karena bisa digunakan dalam jangka waktu lama. Pilar Society melalui upaya serius untuk memberikan kesempatan bagi pelaku bisnis lokal dan UMKM dalam mengembangkan potensi dan konsep bisnis yang berkelanjutan agar bisa berkontribusi bersama untuk lingkungan.

Ada 40 desain pakaian upcycle baru dari Uniqlo dan Adrie Basuki bertema “Godai” yang merepresentasikan lima elemen dalam budaya Jepang, yakni Bumi (Earth), Air (Water), Api (fire), Angin (Wind), serta Langit (Sky). Keseluruhan pakaian tersebut dihasilkan dari proses daur ulang dengan teknik recycle dan upcycle.

Adrie menyebut membutuhkan 5-6 bulan sejak baju bekas Uniqlo diterima yang 70% -nya digunakan sebagai material untuk kemudian dirancang menjadi produk fasyen baru yang lebih bernilai guna.

Uniqlo juga menggandeng Sarinah dan Menara Astra sebagai mitra untuk mengumpulkan pakaian-pakaian Uniqlo yang tidak terpakai melalui penempatan box Re.Uniqlo untuk menarik perhatian publik, khususnya anak muda yang tinggal dan bekerja di sana. Gedung tersebut juga menyediakan salah satu area di gedungnya untuk menampilkan program ini. Sarinah bersama Uniqlo juga akan mengadakan rangkaian seminar bertajuk Sarinah Pandu bagi para pemilik usaha lokal untukmenambah peluang dalam mengembangkan konsep bisnis berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved