Marketing Technology Trends zkumparan

Inovasi dan Ekspansi Ferron untuk Negara-negara Eropa

Keberhasilan PT Ferron Par Pharmaceuticals (Ferron) menembus pasar Inggris lewat inovasinya, Metformin Sustain Release Glucient SR (Glucient SR), tak berhenti di situ saja. Konsistensi ketersediaan produk, menjaga daya saing, dan on time delivery menjadi tantangan yang kini harus mereka hadapi.

Konsistensi ketersediaan produk mereka di pasar Inggris harus diperhatikan sesuai standar yang berlaku. Kualitas produk harus terjaga sesuai ketentuan yang diberlakukan negara tersebut. “Beruntung, tidak ada produk Ferron yang reject sejak awal pengiriman hingga sekarang,” ungkap Presiden Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals (Grup Dexa Medica), Krestijanto Pandji.

Memilih Inggris sebagai pasar yang dituju menjadi standar tinggi yang dipilih perusahaan farmasi ini. Inggris yang merupakan negara tertua dengan birokrasi farmasi yang sulit dijadikan Ferron sebagai set the bar mereka. “Ketika Ferron mampu masuk ke negara dengan peraturan yang sulit, akan lebih mudah nantinya untuk masuk ke negara-negara lainnya,” jelasnya.

Kini, Ferron sedang menjajaki pasar baru. Terbukti akhir 2017 lalu, Ferron mendapat nomor induk edar di Belanda. Positioning Ferron di Negeri Kincir Angin itu cukup menjanjikan, mengingat belum ada pemain obat dengan teknologi Glucient SR dan mereka menjadi yang pertama.

Awalnya perusahaan tidak menyasar pasar Eropa sebagai wilayah bisnisnya. Namun, akhirnya diarahkan Eropa karena semakin banyak penderita diabetes dikarenakan gaya hidup dan kegemaran mengonsumsi makanan manis. Artinya, potensi yang dilihat begitu besar dan sangat potensial jika Ferron dapat menemukan terobosan melalui inovasinya, Glucient SR.

Selain Belanda yang menjadi pasar terbaru untuk tahun depan adalah Jerman dan Belarusia. “Satu per satu penetrasi pasar dilakukan, sambil mencari knowledge bagaimana kami dapat masuk. Hal ini dilakukan agar kami bisa mendapatkan produk apa lagi yang marketable di negara tersebut,” kata Krestijanto.

Grup Dexa Medica yang menjadi holding Ferron senantiasa menumbuhkan budaya inovasi dalam perusahaan. Inovasi dilakukan dengan menyelenggaraan Innovation Awards yang bertujuan untuk continous improvement para talent perusahaan yang mayoritas berumur di bawah 30 tahun. Tahun lalu, perusahaan telah menciptakan 72 gagasan inovasi, termasuk inovasi digital yang kini telah dijalankannya.

Sebagai penunjang inovasi ini, Grup Dexa Medica memiliki Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) yang merupakan pusat pengembangan dan inovasi produk obat. “Melalui DLBS ini, kami menggunakan natural resources asal Indonesia untuk dijadikan obat. Namun, obat ini juga harus mendapat clinical trial,” katanya. Saat ini sedikitya ada 6 hingga 7 produk asal DLBS yang telah ada di pasar, salah satunya adalah Stimuno yang berasal dari daun meniran untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Produk-produk hasil dari DLBS ini merupakan produk herbal yang diproses selayaknya obat berstandar. “Ini sebuah terobosan dan kami terus berusaha agar inovasi dapat diterima, terutama di pasar Eropa,” ujarnya berharap. Bagi Krestijanto, produk farmasi memiliki life cycle yang lama, seperti pengembangan parasetamol atau metformin yang dikombinasikan agar lebih efektif lagi.

Seperti halnya Ferron yang menemukan produk inlacin berbahan baku kayu manis yang apabila dikonsumsi dengan bahan metformin membuat pengobatan diabetes lebih efektif. Menurutnya, ini menjadi tantangan untuk membuat dua produk bisa disatukan, menjadi varian baru.

Pengembangan produk baru Ferron saat ini adalah cardio vascular metabolic (CVM), salah satu produk yang dihasilkan dari pengembangan metformin. Kedua, CNS atau central nervous system yang terkait dengan syaraf dan regenerasi sel-sel otak. Dan ketiga, onkologi dan gastrointestinal. “Setiap tahun perusahaan ini menargetkan penambahan 20 produk baru yang dapat mendongkrak total pendapatan perushaan hingga 10-15%,” ungkap Krestijanto.

Reportase: Herning Banirestu www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved