Trends zkumparan

IPMI Luncurkan MBA Maritime Supply Chain Management Program

Penandatangangan Kerja Sama IPMI Business School, STC International, dan PT ETSI Hutama Maritim

Bekerja sama dengan STC International dan PT ETSI Hutama Maritim, IPMI International Business School meluncurkan MBA Maritime Supply Chain Management Program di Jakarta (28/5/2018). Program ini terdiri dari empat fokus studi, di antaranya port development and regionalization, port and terminal management, transport chain management, serta maritime and commercial law.

STC Rotterdam akan memberikan modul di dalam program tersebut. Adapun STC International merupakan lembaga yang menawarkan pelatihan, konsultasi, dan riset untuk rantai maritime, port, transport, dan logistic.

Jimmy Gani, Executive Director and CEO IPMI Business School menuturkan, “Kami telah menunggu momen ini selama beberapa tahun. Selama empat tahun ke belakang, kami bergulat dalam isu mengenai daya saing, di mana kami telah mereview dan riset kecil mengenai daya saing. Kami menyadari bahwa daya saing Indononesia perlu ditingkatkan dalam bidang logistik.” Ia menjelaskan bahwa biaya logistik dari barang yang distribusikan di dalam Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia, yaitu sekitar 24%-26% dari GDP. Padahal, biaya logistik di negara lain hanya sekitar 9%-13% saja.

Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia, yang merupakan alumni IPMI sedang menjalankan program bernama Prukades. Prukades adalah program di mana kawasan pedesaan memiliki produk daerahnya masing-masing. Mereka diarahkan untuk fokus memproduksi produk tersebut yang mana akan meningkatkan daya saingnya. “Melalui pengembangan supply chain, kami berharap produk mereka bisa didistribusikan tidak hanya di Indonesia, tapi juga diimpor ke luar negeri,” tambah Jimmy.

Eko turut membuka acara peluncurkan dengan menjelaskan, “Indonesia adalah negara yang besar. Kita memiliki lebih rari 17 ribu pulau dan garis pantai terbesar kedua di dunia, merupakan negara terbesar kedua di dunia, serta memiliki banyak 700 suku dan 800 bahasa. Karena sumber daya tersebut, Indonesia telah menjadi satu dari 16 negara yang memiliki GDP di atas US$ 1 triliun. Tidak hanya itu, banyak agensi yang memprediksi bahwa GDP Indonesia pada tahun 2030 akan mencapai US$ 7,3 triliun, yang akan membuat Indonesia menjadi negara dengan ekonomi keempat terbesar di dunia.”

Eko menuturkan, untuk mencapai tahap itu, Indonesia harus memiliki efisiensi di bidang logistik. Permasalahan biaya logistik yang besar bisa menjadi hambatan untuk bersaing dengan negara-negara lain seperti Vietnam dan Kamboja yang memiliki biaya logistik lebih rendah. “Cara termurah untuk memindahkan barang adalah dengan menggunakan jalur laut. Karena itu, Presiden Joko Widodo mengencarkan aktivitas jalur laut untuk menekan biaya logistik. Tahun ini, Gorontalo mengekspor 70 ribu ton jagung ke Filipina. Namun, kita masih mengimpor jagung. Kenapa? Karena ongkos pengiriman jagung dari Gorontalo ke Surabaya atau Jakarta lebih mahal daripada dari Argentina ke Surabaya atau Jakarta. Hal tersebut adalah masalah yang sedang kita hadapi,” ia menambahkan.

Melalui program MBA ini, diharapkan akan muncul kader di bidang kemaritiman yang berkualitas. Diharapkan pula akan muncul ide-ide untuk memecahkan permasalahan di bidang maritim.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved