Management Trends zkumparan

Jababeka Targetkan 6 Juta Pengunjung Tanjung Lesung

Sektor pariwisata Indonesia digadang-gadang akan menjadi penyumbang devisa terbesar tahun 2019 mendatang, setelah sebelumnnya tumbuh sebesar 25,68%. Sektor ini berada di bawah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) yang memiliki pendapatan US$ 15,97 miliar, serta di atas sektor minyak dan gas yang hanya mencapai US$ 13,11 miliar tahun 2016 lalu.

Besarnya potensi pariwisata Indonesia dengan pendapatan mencapai US$ 13,568 pada 2016, ditambah dengan keseriusan pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung pendapatan, membuat Jababeka Group melirik bisnis yang menjanjikan ini. Tidak tanggung-tanggung, dana Rp5 triliun digelontorkan guna pembangunan kawasan seperti pembuatan hotel, jalan, pengadaan listrik, dan pembuatan sekolah. “Kami ingin membangkitkan potensi pariwisata Indonesia, sekaligus mensejahterakan masyarakat daerah,” ujar Pendiri PT Jababeka, Setyono Djuandi Darmono.

Ke depannya perusahaan akan menyiapkan investasi Rp9 triliun untuk menyulap Tanjung Lesung menjadi sekelas Nusa Dua, Bali. “Rencana kami adalah menjadikan kawasan ini seperti Nusa Dua Bali. Kami membutuhkan Rp9 triliun lagi untuk merealisasikan hal itu,” ujarnya. Dana itu rencananya akan digunakan untuk penambahan hotel, ladang golf, taman, cultural center, convention hall, dan penambahan jalan. Adapun dananya akan berasal dari modal perusahaan, investor, dan pinjaman bank.

Setyono mengakui perusahaanya akan bermain di sektor pariwisata, mengingat tren pertumbuan pariwisata yang secara konsisten meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditambah dengan usaha pemerintah dalam menjadikan pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar di tahun 2019. “Kami harus masuk kesana, terutama di daerah. Arahan menteri adalah membangun tourism dulu seperti infrastruktur, kemudian treat, baru setelah itu investement,” kata dia.

Setyono optimistis Tanjung Lesung akan menjadi destinasi wisata pilihan masyarakat Jawa, khususnya Jabodetabek. Maka dia akan terus melakukan promosi propaganda untuk menarik wisatawan domestik. “Warga jabodetabek ini mencapai 35 juta, 70% perputaran uang ada disini. Uang mereka habis di luar negeri, karena promosi wisata luar negeri itu besar. Makanya kami juga akan menggencarkan promosi propaganda untuk menarik mereka kembali. Sekarang ini sudah mulai menggeliat, kita lihat dari tren wisatawan domestik yang terus naik,” ujar Setyono.

Diakuinya, saat ini Tanjung Lesung masih belum siap untuk semua turis, utamanya untuk kalangan atas. Namun ia mengaku dibutuhkan waktu yang agak panjang untuk mengembangkan sektor pariwisata menjadi pusat bisnis. “Untuk kalangan menengah kami sudah siap sekali, namun untuk kalangan atas rasanya masih belum. Yang perlu di garisbawahi adalah kami tidak takut dengan keterbatasan infrastruktur. Saat saya pertama kali ke Beijing, China kondisinya infrastruktur belum ada, kondisinya masih jorok. Tapi 100 juta pengungjung ada saat itu pada tahun 70-an. Karena mereka kuat di propaganda promo, dan itu yang akan kita lakukan,” tegasnya.

Optimisme lain untuk mendatangkan 6 juta pengunjung tahun 2020 datang dari penyelesaian pembangunan jalan tol Serang-Panimbang yang ditargetkan akan selesai tahun ini. Selain itu, rencana pengoperasian kembali jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan yang akan selesai pada tahun 2020 juga akan meningkatkan aksesibilitas destinasi wisata di kawasan banten selatan ini. Sejalan dengan itu, Jababeka kini juga tengah mempercepat pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Tanjung Lesung seluas 1.500 Ha dari yang awalnya ditargetkan rampung pada 2025 menjadi tahun 2022.

Selain Tanjung Lesung, Jababeka kini telah mengentaskan proyek kawasan Cikarang, Kendal, Morotai, dan juga meredevelop kawasan Kota tua, Jakarta. “Sampai saat ini tawaran untuk pengembangan daerah kawasan banyak sekali, apalagi ditambah target pemerintah yang ingin membuat 100 kawasan KEK,” ujarnya menutup penjelasan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved