Management Trends

Jacob Oetama Raih Penghargaan Achmad Bakrie

Jacob Oetama Raih Penghargaan Achmad Bakrie
Malam penghargaan Achmad Bakrie ke-17

Tahun ini Yayasan Achmad Bakrie bersama Freedom Institute dan Bakrie Group kembali menyelenggarakan penghargaan Achmad Bakrie ke-17. Acara ini digelar juga dalam rangka 74 tahun Kemerdekaan Indonesia, sekaligus memperingati 77 tahun Kelompok Usaha Bakrie.

Penghargaan ini rutin diselenggarakan, demi menjaga amanah H. Achmad Bakrie (alm.) bahwa setiap rupiah yang dihasilkan oleh Bakrie harus bermanfaat bagi orang banyak. Amanah ini juga menjadi falsafah dasar Bakrie Untuk Negeri. Falsafah ini ditambah Nilai-Nilai Dasar Trimatra Bakrie kemudian diwujudkan dalam bentuk apresiasi Achmad Bakrie.

Nilai-Nilai Dasar Trimatra Bakrie terdiri atas Keindonesian, Kemanfaataan dan Kebersamaan. Tiga matra (dimensi) ini merupakan tekstualisasi dari core values yang dianut serta dijalankan oleh H. Achmad Bakrie (1916-1988). Nilai dasar tersebut hingga kini tetap terjaga serta diimplentasikan oleh generasi penerusnya dalam Grup Bakrie.

Penghargaan ini diberikan kepada para tokoh inspirasional yang telah berjasa bagi kehidupan bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh yang dipilih adalah insan-insan terbaik dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, serta mereka yang telah membaktikan hidupnya di bidang kemanusiaan. Selama kurun waktu 17 tahun berturut-turut, penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 76 penerima yang terdiri dari 72 individu dan 4 lembaga.

“Penghargaan Achmad Bakrie diberikan kepada anak bangsa yang telah menuangkan pikirannya dalam menghasilkan karya inspiratif yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat. Semoga penghargaan ini juga mampu memotivasi anak-anak bangsa untuk terus berjuang menghasilkan karya-karya terbaik mereka bagi masyarakat,” ujar Ketua Penyelenggara PAB XVII/2019, Ardiansyah Bakrie.

Ardi menjelaskan, ada empat penerima penghargaan Achmad Bakrie yaitu Jakob Oetama (Jurnalisme) yang dikenal kecerdikan visionernya membangun jurnalisme kepiting yang memungkinkan Kompas bertahan sebagai bagian pilar demokrasi yang keempat di tengah iklim politik yang otoriter, sekaligus kelompok usaha yang dinamis di tengah situasi ekonomi yang tak menentu.

Lalu, Ashadi Siregar (Sastra Populer), melalui karya trilogi “Cintaku di Kampus Biru” (1974), “Kugapai Cintamu” (1974), dan “Terminal Cinta Terakhir” (1975), ia dianggap berhasil membuka babak baru penulisan novel populer di negeri ini. Temanya memang lazim dalam genre sastra pop: dunia anak muda dan mahasiswa yang diwarnai liku-liku percintaan, pendobrakan, dan pencarian diri. Namun semua itu dituturkan Ashadi dengan bahasa yang segar- lugas, dengan pandangan yang lebih terpelajar.

Anna Alisjahbana (Kedokteran) atas dedikasinya memperbaiki kualitas anak Indonesia secara holistik dan integratif, antara lain mengilhami pengembangan perangkat inovatif dan tepat guna DDTK. “Deteksi Dini Tumbuh Kembang” temuannya ini bertujuan menjaring anak dengan gangguan perkembangan pada masyarakat rentan dan kurang mampu, yang diterapkan pada Taman Posyandu, PAUD dan pendidikan keluarga, untuk mempersempit kesenjangan anak desa – kota.

Anawati (Sains) yang rela meninggalkan gemerlap karier dan gemerincing mata uang Euro karena melihat kualitas air minum pedesaan di Sumbawa hampir sebagian terkontaminasi logam berat. Risetnya tentang Tubular Anodic Aluminium Oxide dan gagasannya memanfaatkan teknologi pelapis bahan lokal, telah membantu masyarakat Sumbawa.

Konsep malam puncak penghargaan ini menghadirkan motif batik khas nusantara yaitu Truntum dan Megamendung. Motif batik Truntum menggambarkan cinta tulus tanpa syarat yang abadi dan semakin lama terasa subur berkembang (tumaruntum). Warna biru yang ada pada batik Megamendung melambangkan warna langit yang luas, tenang, bersahabat dan melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nanti sebagai pembawa kesuburan dan memberi kehidupan.

Ardi berharap gelaran ini dapat membangun rasa bangga kepada bangsa atas karya yang dipersembahkan keempat tokoh di atas. Mereka merupakan orang-orang yang telah berdedikasi besar dengan menghadirkan karya-karya terbaik bagi masyarakat dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sehingga bisa menjadi contoh bagi putra-putri Indonesia lainnya dalam berkreasi, berinovasi dan berkarya untuk Indonesia.

“Inilah wujud penghargaan terhadap karya–karya terbaik anak bangsa, khususnya kepada tokoh penerima Penghargaan Achmad Bakrie beserta karya luar biasanya yang telah disumbangkan bagi negeri kita tercinta, Indonesia,” tambahnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved