Business Research Trends zkumparan

Jakarta Masih Optimistis dalam Mendukung Transformasi Digital

Disrupsi digital pada dunia bisnis dirasakan makin kencang dalam dua tahun terakhir. Nama-nama besar ritel modern berjatuhan. Salah satunya Toy’s R Us.

Bukan saja di ritel, disrupsi digital juga terjadi di industri pendidikan, kesehatan, manufaktur, telko, dan otomotif. Untuk itulah penting bagi pelaku bisnis melakukan transformasi digital. Perlu diketahui seberapa mendukung suatu negara atau kota di mana perusahaan itu dalam melakukan transformasi digital.

Economist Intelligence Unit (EIU) merilis hasil temuan sebuah proyek riset global yang diprakarsai oleh Telstra, laporan risetnya dipaparkan Charles Ross, Editorial Director Asia EIU di kantor Telkomtelstra Jakarta (18/01/2017). Ini merupakan Riset Connecting Commerce yang di dalamnya mengukur Barometer Kota Digital.

Riset yang melibatkan 2.620 eksekutif di 45 kota di dunia termasuk Jakarta ini dilakukan pada Juni dan Juli tahun lalu mencakup 11 jenis industri. Disebut dalam riset responden terbanyak diambil dari industri jasa profesional, jasa keuangan, manufaktur, ritel dan pendidikan, tanpa memasukkan responden dari sektor telekomunikasi dan teknologi. Dalam riset ini 42% responden merupakan eksekutif perusahaan dengan posisi C-level, selebihnya eksekutif senior.

Dipaparkan Charles, 86 persen eksekutif percaya bahwa transformasi digital sangat penting bagi organisasi mereka untuk tiga tahun ke depan. Ada lima faktor yang memotivasi pentingnya transformasi digital yaitu biaya operasional lebih rendah, efisiensi operasional, inovasi dan pengembangan produk lebih baik, perluasan jangkauan market baru dan menjangkau segmentasi pelanggan baru.

Dalam hal tingkat kapabilitas eksekutif terhadap transformasi digital Jakarta secara skor tidak beda jauh dari San Francisco Amerika yang berada di posisi kedua dengan skor 7,71, sedangkan Jakarta 7,25 di posisi ke-8.

Posisi pertama ditempati Bangalore dengan skor 8,25, selain kota ini untuk India, Mumbai (7,65) juga menempati posisi atas yaitu ketiga. Untuk ASEAN, Jakarta bersaing dengan Manila yang berada di posisi ke-6 dengan skor 7,39,” terangnya. Tahun 2016 posisi Jakarta berada di peringkat 11, jadi naik tiga peringkat kepercayaan kapabilitas eksekutifnya terhadap transformasi digital pada 2017.

Menariknya dalam hal pengembangan teknologi baru, bahkan Jakarta menempati posisi lebih baik yaitu ke-7, lalu untuk inovasi dan entrepreneurship menempati posisi ke-8, sedangkan dari sisi dukungan finansial dan infrastruktur ICT berada di posisi ke-7.

Menariknya dari riset ini, tujuh dari 10 kota yang memiliki tingkat kepercayaan terhadap transformasi digital dipegang kota-kota di Asia. “Hanya San Fransisco yang ada di lima besar, kota-kota lain di Eropa seperti London dan Madrid berturut-turut di posisi kesembilan dan sepuluh, dibawah Jakarta yang ada di posisi delapan. “Ternyata negara-negara maju cenderung lengah, terlihat 10 kota negara maju ada di urutan 10 terbawah, seperti Berlin, Yokohama, Tokyo, dan Taipei, menunjukkan tingkat kepercayaan terendah,” ujarnya.

Charles juga mengungkapkan bahwa para eksekutif yang disurvei memandang bahwa pemerintah kota justru memiliki peran lebih besar daripada pemerintah pusat. Jakarta misalnya 71% eksekutifnya menyebut demikian, sedangkan kota lain di dunia 57%. “Secara ekstrim bahkan 54 persen dari responden eksekutif di Jakarta menyatakan akan memindahkan lokasi mereka yang lebih mendukung transformasi digital,” tambahnya.

Sayangnya level kepercayaan para eksekutif Jakarta ini tidak didukung dengan tersedianya SDM yang andal. Erik Meijer, Presiden Direktur Telkomtelstra, mengamini hal ini. Tidak heran posisi Jakarta ada di peringkat 12 diantara 45 kota yang disurvei.

Bukan hanya SDM, tantangan transformasi digital di Indonesia ia sebut ada tiga. Pertama, manajemen tahu bahwa perubahan itu penting tapi tidak tahu harus bagaimana. Kedua, alokasi bujet masih menjadi polemik klasik dalam perusahaan. “Belum banyak yang mengalokasikan secara sadar dan strategik untuk transformasi digital, masih banyak tuntutan pada CIO (Chief Information Officer) atau direktur TI perusahaan untuk menunjukkan ROI (return on investment) dari investasi TI sebelumnya,” ujarnya. Ketiga, dibutuhkan dukungan sponsor kuat dari eksekutif puncak atau CEO agar transformasi digital bisa diwujudkan. “Ketika mentok di owner atau CEO, sudah, selesai,” ujarnya.

Untuk meningkatkan kapabilitas SDM TI, Telkomtelstra dijelaskan Erik telah melakukan beberapa langkah mendukung pengembangannya. Bersama para partner sepeti Microsoft dan Cisco misalnya, bekerja sama dengan perguruan tinggi papan atas untuk memasukkan kurikulum yang benar-benar dibutuhkan di dunia kerja TI.

“Bahkan dengan Cisco, kami memasukkan sertifikasi Cisco dalam kurikulum, agar ketika mahasiswa lulus, sudah bisa langsung bekerja,” katanya. Langkah lain adalah melalui jalur internship, memungkinkan mahasiswa untuk turut merasakan bekerja dalam tim Telkomtelstra.

Dari riset UEI itu, kemampuan akan keamanan digital menempati porsi paling banyak dibutuhkan (41%), disusul SDM yang memahami perubahan bisnis (25%), penawaran produk layanan (24%), dan jaringan bisnis serta pengelolaan big data dengan porsi sama 22%. Kebutuhan akan kemampuan SDM tersebut untuk mendukung kebutuhan akan produk dan ide baru dalam perusahaan (58%), teknologi baru (41%), sumber data (31%) dan kebutuhan pencarian data sumber daya atau skill yang sesuai dengan perusahaan (31%).

Level kepercayaan diri para eksekutif akan kota Jakarta yang tinggi sehingga dapat menunjang transformasi digital mereka juga harus didukung oleh dukungan pemerintahan yang terbuka.

Sebanyak 51 persen responden Jakarta memandang sangat penting karena data yang terbuka memberi kesempatan terbuka. Ini dinyatakan oleh 49% responsen bahwa data terbuka membuka peluang bisnis baru, kemampuan untuk meningkatkan efektifitas organisasi (31%) dan menciptakan pemerintahan yang lebih baik dengan lebih transparan (39%). Pada akhirnya memang dibutuhkan ekosistem yang mendukung transformasi digital untuk meningkatkan kualitas organisasi yang makin menantang ke depan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved