Management Trends

Jurus Bhinneka Bertahan di Tengah Sengitnya Persaingan E-commerce

Jurus Bhinneka Bertahan di Tengah Sengitnya Persaingan E-commerce

Sebagian orang mungkin belum menyadari siapa sebenarnya pemain e-commerce pertama di Indonesia.

Jauh sebelum ada Tokopedia, Lazada, Blibli, sebenarnya Indonesia sudah punya satu toko online yang eksis sejak tahun tahun 1999 yaitu Bhinneka.com. Perusahaan yang didirikan oleh Hendrik Tio dan kawan-kawannya itu telah berhasil bertahan di tengah gempuran besar-besaran raksasa e-commerce dunia yang kini mulai mencengkramkan pengaruhnya di Tanah air.

Dalam kunjungannya ke Majalah SWA pada awal Agustus ini, Hendrik Tio mengungkapkan beberapa resep yang membuat Bhinneka tetap eksis menggarap pasar 3C (Computerm, Communications, dan Consumer Electronics). Secara terang-terangan, ia mengatakan bahwa eksistensi Bhinneka hingga saat ini adalah buah dari pilihan rasional perusahaan untuk tidak berhadapan langsung atau head to head dengan pemain e-commerce besar di segmen B2C atau bussines to consummer. “Kami tahu kapasitas kami, mereka punya dana yang besar dari para investor, kami tidak mungkin memfokuskan diri di pasar tersebut,” ungkapnya menjelaskan.

Sebagai e-commerce yang saat ini masih mengandalkan pemodal lokal sebagai bentuk independensi, Bhinneka lebih memfokuskan diri untuk menggarap pasar B2B (bussines to business) yang punya klien korporasi dan juga B2G (Bussiness to Goverment) lewat platform e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).

Hasil pilihan rasional tersebut sampai saat ini menunjukan hasil poitif. Tidak seperti para pesaing yang masih mencatatkan rugi, Bhinneka mengklaim mencatatkan laba. Tercatat sampai saat ini Bhinneka memiliki sekitar 20.000 klien korporasi dengan 6.000 klien aktif melakukan pembelian.

Jika ditarik data secara makro, ia mengatakan sektor B2G sampai saat ini mencatatkan kontribusi penjualan paling besar. “Namun, kami juga perlu berhati-hati bermain di sektor B2G tersebut,” ujarnya. Musababnya berbeda nature dengan B2B dan B2C, bermain di B2G mengharuskan pemain e-commerce memiliki arus cash flow yang baik, lantaran jangka waktu pembayarannya memiliki rentang cukup lama. “Tapi kami sangat diuntungkan bergabung dengan-katalog,” ungkapnya.

Seperti diketahui, e-katalog sendiri saat ini persaingan belum begitu ketat. Hanya ada segelintir pemain yang saat ini dibolehkan menjual barangnya di e-katalog seperti Krisbow.com, Mbiz.com, Officestore.co.id, Bhinneka.com, Ayooklik.com, Anugerahpratama.com, AXIQoe.com. “Adanya aturan yang mempersyaratkan e-commerce lokal sangat menguntungkan bagi kami,” ujarnya.

Meski diakui memang telah mencatatkan keuntungan, namun di lain pihak Bhinneka mengakui bahwa khusus untuk segmen B2C, perusahaan tidak menangguk keuntungan, malahan justru merugi. “Kerugian itu kami anggap sebagai biaya promosi lah,” ujarnya.

Ia sadar bahwa meskipun merugi, B2C harus tetap dipertahankan karena merupakan sebuah media untuk membangun merek. Kondisi persaingan saat ini yang sengit, Ia ceritakan sudah tidak mungkin untuk mematok margin tinggi di B2C.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved