Marketing Trends

Kemajuan Teknologi Dongkrak Kemeriahan Industri Event

Kemajuan Teknologi Dongkrak Kemeriahan Industri Event

Salah satu sektor pariwisata yang punya peluang besar untuk dikembangkan dan bernilai ekonomis tinggi di Indonesia adalah bisnis event. “Dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan pengguna internet yang begitu pesat di Indonesia, industri event dewasa ini meningkat tajam”, ujar Vice President of Marketing Loket.com, Mohamad Ario Adimas, pada sesi Event Talks bertajuk Tren Literasi Event Management di Indonesia di Universitas Prasetiya Mulya, Cilandak, (4/10/2019).

Diukur dari besarnya kelompok orang yang berkumpul, sejumlah event di Indonesia bisa diklasifikasikan dalam event besar, menengah atau kecil, dan personal. Dari data yang terkumpul di perusahaan pengelola event itu tercatat event skala besar berkisar antara 300 hingga 400 event setahun. Secara keseluruhan, dilihat dari industri hiburan, tahun 2018 tercatat ada 5 ribu event lebih, yang terdiri dari 360 penayangan film, dan 100 event per minggu.

“Dari data penjualan tiket tahun 2017 ke 2018, pertunjukkan musik itu naik 500%, MICE naik 225%, lalu sport ada di 250%. Sehingga industri event itu prospeknya besar sekali. Pertumbuhan ini ditunjang oleh penerapan teknologi yang mendekatkan semakin banyak orang ke pengalaman mengakses banyaknya dan beragamnya event dari telepon genggamnya sendiri. Artinya, di samping membuka-buka untuk memilih barang di e-commerce platform, orang Indonesia itu juga suka cari-cari hiburan dari aplikasi-aplikasi di handphone mereka”, tambah Ario.

Dari data besar yang terkumpul dari sistem manajemen tiket terungkap beberapa kecenderungan pola perilaku konsumen yang semakin suka melakukan pembayaran secara online, dan dengan e-wallet atau uang elektronik.

“Dengan makin meningkatnya pembayaran tanpa cash, penjualan tiket terus meningkat. Ini berdampak positif pada peningkatan minat orang untuk mendapatkan layanan hiburan”, jelas Ario.

“Kemudahan-kemudahan itu membangkitkan minat banyak orang untuk membuat event, menciptakan kreasi-kreasi menarik, kreator-kreator konten dalam event. Maka, dengan sendirinya, sekarang ini dan masih terus akan meningkat, jumlah wirausaha event atau eventpreneur juga bertambah banyak”, kata Ario.

Dengan fenomena pertumbuhan pengguna internet yang begitu pesat di Indonesia, event creator dituntut makin ‘melek data’. Dengan teknologi digital terintegrasi pada seluruh layanan sebuah event seorang eventpreneur harus bisa menganalisa segala informasi yang mengungkapkan ‘pengalaman’ dari data yang terkumpul. “Dalam sebuah event siapa yang datang, mereka bayar tiketnya pakai apa, di dalam mereka spending berapa, apa saja yang dibeli, berapa lama mereka tinggal di tempat event, jam berapa mereka pulang dan seterusnya. Tujuannya untuk membuat lebih baik event berikutnya yang akan diselenggarakan. Bahkan bisa dimanfaatkan ketika kita mencari sponsor,” ujar Ario.

Wakil Ketua Forum Program Studi MICE di Universitas Podomoro, Santi Palupi, meyakini bahwa perkembangan event, khususnya bidang MICE (meeting, incentive, conference, and exhibitions) begitu pesat, sehingga peluang siapa pun untuk menjadi wirausaha bidang event masih begitu besar.

“Di Indonesia, universitas atau sekolah tinggi yang memiliki program studi MICE itu hanya 5 perguruan tinggi. Sisanya hanya melekat dalam bentuk konsentrasi bidang ilmu atau mata kuliah pariwisata; apakah di perhotelan, usaha perjalanan wisata, atau manajemen pariwisata. Jadi MICE itu masih ‘barang langka’. Itu artinya peluangnya masih banyak”, ungkap Santi.

Industri pariwisata, khususnya di event MICE, menurut Santi membutuhkan data-data hasil riset yang memadai untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas event. Penelitian-penelitian itu umumnya bisa dilakukan para peneliti dari kalangan akademisi. “Maka, riset di ilmu ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan industri pariwisata, khususnya bidang Event. Dari beberapa penelitian ilmiah misalnya, kaum milenial itu khususnya di Jakarta, cenderung menyukai special event, khususnya life style event, seperti exhibitions, Gaikindo dan sejenisnya. Ini masih jarang penelitiannya, padahal bisa jadi itu peluang industri event di Indonesia”, kata Santi.

Peningkatan industri pariwisata, khususnya event, menurut Pakar City Branding, Jakarta Tourism Forum, Silih Agung Waseso, tak bisa lepas dari semangat kolaborasi semua pihak, baik kalangan akademisi maupun praktisi.

“Sudah waktunya kita bicara soal collaborative event. Sehingga sebuah event besar bisa terselenggara dengan baik karena seluruh elemen ditangani oleh masing-masing ahli di bidangnya. Dan tidak satu ahli pun bisa mengklaim mampu melakukan semua sendiri selain dengan kerja sama”, ujar Agung.

Seirama dengan gagasan Agung, President of APIEM (Asia Pacific Institute for Events Management) Prof. David Hind, meyakini bahwa pendalaman ilmu pariwisata khususnya event begitu penting untuk praktisi industri pariwisata. Untuk itu, salah satu yang digalakkan APIEM di Asia Pasifik adalah menawarkan standarisasi event berskala internasional, khususnya bagi penyelenggara event setingkat manajer.]

“Untuk standarisasi event misalnya, saya menulis sebuah buku berjudul International Best Practice in Event Management. Based on The APIEM Certified Event Manager yang bisa dimanfaatkan para mahasiswa bidang event untuk mendalami lebih detil bagaimana sebuah manajemen event sebaiknya dijalankan”, jelasnya.

Dalam buku tersebut, David menyebut terdapat beberapa data aplikatif yang dihasilkan dan ditulis oleh beberapa penulis dari berbagai negara di Asia Pasifik, sehingga pembaca dapat memahami bagaimana sebuah event bisa disebut berskala international dengan berbagai kriteria standar yang terungkap dalam buku tersebut.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved