Business Research Trends zkumparan

Kemasan Makanan Berbahan Polystyrene Aman Untuk Kesehatan

Kemasan Makanan Berbahan Polystyrene Aman Untuk Kesehatan

Isu miring mengenai kemasan makanan berbahan polistirena atau yang pada umumnya dikenal sebagai “styrofoam” di masyarakat kita, saat ini terpatahkan.

Para ahli dan perwakilan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia berkumpul dan menyampaikan penjelasan kepada publik mengenai fakta-fakta amannya kemasan makanan untuk kesehatan. Hal ini berdasarkan pengujian laboratorium serta berkelanjutan bagi lingkungan berdasarkan studi banding di negara lain, dalam acara Media Workshop bertema “Strawberry Tidak Menyebabkan Kanker – Mitos dan Fakta di Balik Kemasan Makanan Styrofoam” (We dont think strawberries cause cancer – the myths and facts about styrofoam food packaging), di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta (18/01/2018).

Dra. Ani Rohmaniyati MSi, Kasubdit Standarisasi Produk dan Bahan Berbahaya, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan POM Indonesia, menuturkan bahwa pengujian untuk kemasan makanan ini sudah dilakukan sejak tahun 2009 oleh BPOM.

BPOM memberi pernyataan bahwa kemasan tersebut aman untuk digunakan masyarakat Indonesia. “Di tahun 2009, BPOM telah melakukan penelitian independen untuk 17 kemasan berbahan polistirena. Dalam 17 kemasan tersebut ditemukan bahwa residu ppm masih dalam angka yang sangat aman, yakni 10-43 ppm. Angka ini jauh di bawah level berbahaya untuk residu kemasan makanan,” kata Ani.

Selain sisi kesehatan, isu mengenai kemasan makanan polistirena ini juga sering dikaitkan dengan lingkungan. Menanggapi hal ini, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (LTPM ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D memaparkan, kemasan makanan polistirena adalah kemasan yang paling berkelanjutan untuk lingkungan.

“Kita harus menilai suatu bahan ramah lingkungan adalah jika dari sisi produksi sampai ke sampahnya paling sedikit menggunakan energi dan sampah tersebut bisa didaur ulang. Jangan menyerahkan sampah untuk diurai oleh alam saja, tetapi kita harus bertanggung jawab atas sampah tersebut. Sampah polistirena adalah sampah yang 100% bisa digunakan kembali. Sampah produk dari polistirena bisa dipecah, dan kembali dibentuk menjadi produk baru,” katanya.

Pada media workshop ini, para pelaku industri polistirena dari hulu ke hilir juga diundang untuk menyampaikan kondisi perekonomian yang disokong oleh industri ini dan industri yang bangkit dari manajemen sampah polistirena.

Salah satu pembicara dari industri adalah Libby Fong, Product Stewardship Specialist dari Trinseo Hong Kong. Trinseo adalah perusahaan global penyedia solusi bahan kimia dan memproduksi plastik, pengikat lateks, dan karet sintesis.

Salah satu produk plastik Trinseo adalah resin polistirena serba guna yang dapat digunakan untuk mengemas dairy products, food service, kue dan roti, produk makanan beku, dan banyak lagi. “Dengan mengutamakan keamanan, kualitas, efisiensi, dan kemitraan masyarakat, pendekatan yang kami lakukan – yang berfokus pada masa depan – menciptakan perubahan positif setiap hari,” kata Libby.

Wahyudi Sulistya, Direktur dari Kemasan Group, yang berdomisili di Surabaya, memaparkan seberapa besar tenaga kerja yang berhasil diserap oleh industri kemasan makanan polistirena ini dan apa dampak yang terjadi jika ada pelarangan pada produksi kemasan makanan yang paling berkelanjutan bagi lingkungan ini.

“Ada sekitar 3.500 orang yang bekerja di industri polistirena, dan semua dapat terancam kehilangan pekerjaan jika terjadi pelarangan. Bukan hanya itu, ketika dilarang, maka kemasan ini akan sulit ditemukan sehingga harus diganti oleh kemasan berbahan lainnya yang dampaknya akan berat bagi pedagang kaki lima Indonesia dan nantinya pasti akan memberatkan konsumen dari segi harga,” ujarnya.

Dibandingkan sampah lainnya, plastik dan polistirena adalah sampah yang paling bernilai, karena bahannya dapat didaur-ulang dengan semaksimal mungkin. Pimpinan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim yang menjadi salah satu pembicara, membagikan tantangan apa yang mereka hadapi dalam mendaur-ulang plastik, termasuk polistirena.

“Di Indonesia, kami menghadapi beberapa tantangan yang harus diatasi dalam mengembangkan industri daur-ulang plastik. Beberapa dari tantangan tersebut adalah pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan sampah yang masih rendah dan kebijakan pemerintah yang belum dimanfaatkan secara maksimal,” jelasnya.

Dia berharap, ke depannya pemerintah Indonesia dan pelaku industri dapat bekerja sama dengan baik untuk mengembangkan industri daur ulang plastik karena industri ini sangat potensial bagi pembangunan ekonomi dan bermanfaat bagi masyarakat.

Media workshop ini bertujuan untuk memberikan fakta dan data yang selama ini tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Penggunakan kemasan makanan berbahan polistirena ini sempat digantikan dengan kemasan makanan dari kertas, yang dimana bahan kemasan makanan dari kertas pada umumnya masih dilapisi oleh plastik dan lebih mahal. Kemasan berbahan polistirena juga sangat ringan, sehingga dapat menghemat lebih banyak energi dalam hal logistik.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved