Business Research Management Trends zkumparan

Kesetaraaan Gender 3X Tingkatkan Inovasi di Lingkungan Kerja

Kesetaraaan Gender 3X Tingkatkan Inovasi di Lingkungan Kerja
Budaya kesetaraan menjadi pendorong utama pola pikir inovatif yang memiliki dampak signifikan bagi kemajuan perusahaan

Lingkungan kerja yang ideal memungkinkan karyawan di dalamnya dapat berinovasi dengan bebas. Melalui inovasi, perusahaan dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

Lantas, hal apa yang dapat membantu perusahaan untuk memfasilitasi kenyamanan karyawannya? Accenture melakukan riset bertajuk #EqualityDrivesInnovation 2019 di 27 negara dengan 18 ribu responden terkait dengan dampak budaya terhadap lingkungan kerja yang mendorong kemampuan inovasi karyawan. Sebanyak 700 responden penelitian ini merupakan orang Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa budaya kesetaraan dapat meningkatkan innovation mindset hingga tiga kali lipat.

Menurut Debby Alishinta, Managing Director Women in Accenture Sponsor, budaya kesetaraan menjadi pendorong utama pola pikir inovatif yang memiliki dampak signifikan bagi kemajuan suatu perusahaan. “Dari seluruh faktor yang menjadi fokus riset, budaya selalu menang. Budaya kesetaraan bahkan memegang peranan jauh lebih signifikan dibandingkan faktor geografis, demografis, atau sektor perusahaan,” ungkapnya di Jakarta, Jumat (22/3/2019).

Debby menambahkan, karyawan menunjukkan pola pikir inovatif lebih kuat pada lingkungan kerja dengan budaya kesetaraan yang lebih baik. Riset menunjukkan bahwa penghargaan setara pada kemampuan pekerja laki-laki maupun perempuan menjadi kunci innovation mindset yang memberi kemungkinan lebih besar ntuk perusahaan bersaing secara global.

Era disrupsi digital memang menuntut karyawan memiliki pola pikir inovatif untuk mendukung eksistensi dan persaingan perusahaan. Kemampuan inovasi karyawan menjadi indikator sukses untuk memenuhi kebutuhan pasar yang bergerak cepat. Constellation Research: Disrupting Digital Business memaparkan bahwa 52 persen perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 bangkrut akibat disrupsi digital, sekaligus menunjukkan bahwa inovasi memegang peranan penting dalam keberlangsungan perusahaan.

Indonesia saat ini menduduki urutan ke-85 dalam Indeks Inovasi Dunia. Secara positif, #EqualityDrivesInnovation mengungkapkan bahwa pentingnya inovasi sudah disadari oleh 95 persen pemimpin perusahaan dan 96 persen karyawan ingin menjadi lebih inovatif. Sementara itu, 80 persen organisasi di Indonesia mendorong dan memungkinkan karyawan menjadi inovatif dalam kerja sehari-hari.

Secara global, kekuatan budaya kesetaraan untuk menggiring pola pikir inovatif juga sangat kuat, bahkan lebih berdampak dibandingkan usia atau gender. Riset ini juga menunjukkan bahwa diversitas atau keberagaman dalam perusahaan secara signifikan berdampak pada innovation mindset.

Innovation mindset secara global lebih besar 6 kali lipat ketika diversitas dikombinasikan dengan budaya kesetaraan dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak menerapkan kedua faktor tersebut. Selaras dengan temuan tersebut, Accenture menyampaikan jika setiap negara meningkatkan innovation mindset hingga 10 persen, produk domestik bruto global dapat meningkat hingga US$8 triliun tahun 2028.

Apa yang disebut dengan innovation mindset? Accenture mengategorikannya menjadi tiga. Pertama, kepemimpinan yang tegas dan open minded. Kedua, lingkungan yang memberdayakan pekerja. Ketiga, tindakan komprehensif yang berupa penerapan kebijakan mengenai keramahan keluarga, mendukung hak setiap gender dan tidak bias dalam mempekerjakan serta melatih karyawan untuk bekerja secara fleksibel.

Dari ketiga poin tersebut, lingkungan yang memberdayakan pekerja menjadi kunci utama dalam meningkatkan innovation mindset. Kategori tersebut melingkupi kemudahan akses terhadap pelatihan, lingkungan yang dapat diandalkan dan pemimpin atau mentor yang dapat mengembangkan skill mereka, membudidayakan remote work atau bekerja di luar kantor, dapat mengakses pelatihan perusahaan dengan waktu dan format yang fleksibel dan memiliki kesempatan untuk bekerja berdasarkan passion.

Selain itu, riset Accenture ini melaporkan bahwa faktor-faktor yang mendukung budaya kesetaraan memiliki dampak yang lebih besar dalam meningkatkan innovation mindset dibandingkan tingkat pendidikan setiap individu.

Dalam rangka memperkuat kedalaman riset, Accenture melakukan Focus Group Discussion (FGD) di Indonesia, bekerja sama dengan Femina dan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) dengan sembilan responden level direktur dan sebelas responden level sampai dengan senior manager. Para peserta mengeungkapkan bahwa budaya keseopanan dan keramahan dalam pekerjaan menjadikan Indonesia memiliki keunikan dalam memandang diversitas.

Petty Fatimah, Pemimpin Redaksi Femina dan Editorial Director Prana Group menyampaikan, “Upaya menjunjung budaya kesetaraan di lingkungan kerja sejatinya merupakan salah satu langkah awal untuk menerapkan budaya kesetaraan yang lebih luas lagi dalam berbagai bidang. Kesetaraan dalam perusahaan akan memberikan kesempatan lebih banyak lagi bagi perempuan Indonesia untuk menduduki posisi strategis dan membangun situasi kerja yang memberikan keberanian bagi seluruh karyawan untuk berinovasi lebih tanpa takut mencoba dan takut gagal. Ketika budaya setara berkembang, maka pola pikir inovatif turut berkembang.”

Pada kesempatan yang sama, Maya Juwita, Executive Director IBCWE menjelaskan bahwa IBCWE terbentuk sebagai koalisi dari sejumlah perusahaan, termasuk Accenture, yang berkomitmen untuk mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan dan kesetaraan gender. “Kami percaya bahwa bisnis, bersama dengan pemerintah dan masyarakat sipil, memiliki peran penting dalam mengurangi ketimpangan, mengentaskan kemiskinan, dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” ujar Maya.

Maya melanjutkan, hasil riset Accenture #EqualityDrivesInnovation ini sejalan dengan misi perusahaannya yang mendukung kalangan bisnis agar berperan secara optimal dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan dan kesetaraan gender.

“Kami melihat bahwa riset ini dapat menjadi satu lagi landasan pijakan bagi pemerintah agar mendorong pelaku bisnis dalam memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan. Bersama-sama kita harus mendorong perempuan dalam ekonomi dan pemberdayaan perempuan di dunia kerja, menghapuskan halangan bagi perempuan mencapai karir yang tinggi,” paparnya.

Penelitian ini merupakan upaya Accenture untuk mencapai kesetaraan gender di lapangan kerja pada thaun 2050. Accenture yakin dalam mencapainya, harus ada tujuan yang tegas, yakni memiliki lapangan kerja global yang menjunjung kesetaraaan gender tahun 2025.

Tujuan lain adalah untuk meningkatkan persentase wanita yang menjabat sebagai managing director hingga 25 peresen secara global tahun 2020.

Penghargaan terhadap budaya kesetaraan serta kesadaran akan pentingnya inovasi menjadi modal yang luar biasa bagi suatu perusahaan untuk bertahan. Jajaran manajemen puncak memiliki posisi strategis dalam menggiring budaya perusahaan dalam menjunjung kesetaraan serta memberdayakan pekerja.

Selanjutnyam pemimpin harus mempu membimbing karyawan untuk menepis tantangan-tantangan yang menghalangi penerapan budaya kesetaraan di lingkungan kerja. “Dengan demikian penerapan budaya kesetaraan dapat diterapkan dengan baik dan menghasilkan kemajuan inovasi yang berguna bagi perusahaan,” jelas Debby.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved