Management Strategy Trends

Kiat Garuda Menekan Angka Kerugian

Kiat Garuda Menekan Angka Kerugian

Maskapai negara ini mengalami perkembangan cukup signifikan berhadapan dengan maskapai pesaing lainnya. Garuda Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun telah berkembang menjadi airlines dengan 196 pesawat saat ini. Passangers carried Garuda 10 tahun lalu hanya berjumlah 9 juta orang, di tahun 2016 mencapai 35 juta orang yang telah Garuda bawa berkeliling. Menurut Pahala N Mansury, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, kualitas pelayanan masih banyak improvement. Jika dibandingkan airlines Amerika dan Eropa, Garuda tidak kalah bersaing. Cabin crew Garuda diklaimnya sangat berpengalaman, bahkan tiga tahun berturut-turut mendapat The World’s Best Cabin Crew untuk kelas ekonomi.

Garuda Indonesia

Produk Garuda Indonesia memiliki nilai baik soal OTP (on time performance) yang sempat mencapai 90%. Sayangnya performanya untuk tahun ini menurun. Tantangan ini dihadapi Garuda dengan kerja sama melalui semua pihak yang terlibat, bandara dan ATC. Tantangan lainnya adalah memperbaiki kinerja keuangan yang saat ini mengalami kerugian US$ 99,1 juta. “ Tim manajemen baru berusaha memperbaikinya. Penyebab utamanya adalah dari sisi revenue pertumbuhan 4%, namun revenue per passanger mengalami penurunan sampai 7%. Sementara dari sisi cost, bukan hanya dialami Garuda di mana fuel cost kurang lebih 30% dari cost mengalami peningkatan 54%,” ungkap Pahala.

Untuk membenahi performance, Garuda Indonesia memiliki 5 win-win priority yaitu mengoptimalisasi fleet dan biaya yang dihasilkan dari armada. Oleh karena itu, Garuda bersama Citilink melakukan renegosiasi dengan lessor, aircraft manufacture, dan engine maintanance. Hal ini dikarenakan 30% cost akan menentukan cost kompetitifnya dimana 70% penumpang adalah price sensitive. Kedua adalah efisiensi biaya overhead termasuk di in-flight service seperti makanan dan minuman saat on-board yang terbatas. Reduce cost ini juga terjadi di anak perusahaan Garuda Indonesia. Optimalisasi rute dimana 16 rute baik domestik maupun internasional. Masa depan Garuda Indonesia kedepannya menjadi regional airlines baik itu di ASEAN atau Asia Utara. Pasar Timur Tengah juga diharapkan karenan merupakan pasar yang besar. Karena kami adalah full services carrier dimana long haul market bisa jauh menjadi lebih kompetitif,” ujarnya.

Jurus keempat yang dilakukan, enhance value dari subsidiary Garuda Indonesia, di mana banyak pengadaan dari mereka. Anak perusahaan Garuda Indonesia berkontribusi cukup besar, 21% revenue berasal dari anak perusahaan. Ke depannya Garuda akan mengembangkan anak usahanya untuk terus profitable. Garuda Indonesia dan Citilink juga akan mengintegrasikan keduanya karena market domestik Indonesia adalah low-cost carrier (LCC). Kelima, enhance revenue management system karena revenue per available seat kilometer masih belum bagus. Sebab, average fare belum sesuai dengan yang diharapkan dan dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan signifikan.

Leverage digital juga menjadi perhatian Garuda Indonesia. App dan website Garuda sebagai media pembelian tiket baru mencapai 7-8%, sangat kecil sekali. “Ke depannya bagaimana mobile app Garuda dapat terintegrasi dengan Citilink karena yang paling banyak dicari adalah LCC market,” ujar Pahala. Dia memproyeksikan keuangan tahun ini ruginya menurun, yaitu di bawah US$ 30 juta. Biaya tetap meningkat, tapi pertumbuhan revenue ditargetkan lebih baik dari 4% menjadi 7-10%.

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved