Management Trends zkumparan

Kiat Sukses Zaky Mengembangkan Bukalapak

Kiat Sukses Zaky Mengembangkan Bukalapak

Achmad Zaky, CEO Bukalapak, saat memberikan presentasi di Universitas Indonesia, Depok.

Bukalapak salah satu perusahaan jual-beli berbasis digital di Indonesia, baru-baru ini berhasil naik level menjadi perusahaan unicorn di Indonesia. Unicorn merupakan sebutan bagi startup yang berhasil mengumpulkan valuasi sebesar US$ 1 miliar atau Rp14,2 triliun. Pencapaian ini membuat marketplace yang fokus pada pengembangan UKM ini menyusul Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.

Achmad Zaky, Pendiri Bukalapak, menuturkan, hal ini tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dia mengakui awalnya setelah lulus kuliah, ia ingin bekerja di perusahaan bagus dan tenama. Namun, meluasnya lingkaran pertemanan Zaky membuat dirinya berpikir untuk bisa berkontribusi untuk orang banyak, salah satu alternatifnya adalah dengan berbisnis.

“Saat masih mahasiswa saya berpikir, kami adalah bagian dari 1% penduduk Indonesia dan tentunya kami harus memberikan impact kepada banyak orang . Dalam Islam juga diajarkan berzakat, bersedekah, dan berlomba dalam kebaikan. Nah, saya temukan itu dalam berbisnis,” ujarnya.

Dia menambahkan, di zaman ini, berbisnis adalah alat yang ampuh untuk menciptakan pengaruh dan manfaat. Seperti diketahui, jumlah wirausaha di Indonesia saat ini berkisar antara 1,6 – 1,8%, padahal jumlah idealnya mencapai 4% dari total penduduk atau setara dengan 10,6 juta penduduk Indonesia. “Ini pekerjaan rumah untuk kita semua. Kita harus lebih kreatif dan fokus kepada diri sendiri, apa yang sekiranya bisa di kontribusikan kepada orang lain. Harus menjadi value creator,” ujar Zaky.

Zaky mengatakan, untuk menjadi seorang pengusaha tidak dibutuhkan bakat, tapi belajar dari pengalaman secara terus menerus. “Saya tidak percaya dengan bakat. Berbisnis adalah mengombinasikan antara art dan science,” kata pria lulusan ITB angkatan 2004 ini. Selain itu, kejujuran menurutnya menjadi hal penting dalam berbisnis. Aspek ini sangatlah penting, namun sering diremehkan oleh banyak orang. “Menjadi profesional, jujur, berani mengambil risiko dan bisa diandalkan itu adalah basic entrepreneur. Setelah basic ada kreativtas, being different and strategic. Kalau dalam Islam seperti fathonah yang bisa diartikan pintar yang kreatif. Hal itulah yang harus dikembangkan oleh diri kita jika ingin berbisnis.” kata dia.

Pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 ini juga mengakui bahwa platform yang dibangunnya ini juga berbeda dari yang lain. Dari awal, Bukalapak dibentuk untuk mengembangkan UKM di Indonesia yang saat ini tercatat sebanyak 50 juta UKM. Keputusan untuk terjun mengembangkan UKM diakuinya juga bukan semata-mata urusan bisnis, lebih dari itu, ia ingin memberikan impact yang besar kepada masyarakat sebagai sarana ibadah. “Kalau kita fokus untuk membantu orang lain jadi happy. Setelah itu, keativitas akan uncul, kamudian yang penting adalah menerapkan customer centric, dalam Islam itu amanah,” ujarnya.

Titik terendah juga pernah dialami Zaky, yakni pada saat pertama kali merintis bisnisnya. Kalai itu, Bukalapak dijalankan di kamar kos-kosan, tidak ada ekspektasi untuk menjadi besar. Namun, ia tetap menjalani bisnisnya selama satu tahun. “Tentunya ada benturan idealisme antara bekerja di kantor dan bagaimana caranya memberikan manfaat riil kepada UKM. Waktu itu juga awal tidak ada yang mau investasi untuk pengadaan server sebesar Rp100 juta. Karena pada masa itu, bisnis startup belum tumbuh, sehingga orang-orang tidak ada yang percaya dengan kami. Namun yang paling emosional adalah ketika kami bertemu dengan para pelapak yang benar-benar terbantu dengan kehadiran Bukalapak” kata dia.

Titik terang muncul ketika hadirnya investor dari Jepang yang menyuntikkan dana sebesar Rp 2 miliar. Darisanalah kepercayaan diri mulai muncul dan platform kembali merekrut orang-orang baru. Saat ini Bukalapak telah mempekerjakan 1.500 orang karyawan dengan jumlah total pelapak mencapai 30 juta.

Ke depan platform yang telah berusia 8 tahun ini akan fokus pada pengembangan riset dengan membuka pusat riset teknologi di Bandung seeluas 4.000 meterpersegi dan menjajaki kerja sama dengan Fasilkom UI. Nantinya, pusat riset ini akan diperuntukkan bagi pengembangan teknologi seperti Augmented Reality, Drone Delivery, dan Mechine Learning.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved