Marketing Management Trends zkumparan

Kimia Farma Giatkan Ekspor ke Afrika dan Arab Saudi

Kimia Farma Giatkan Ekspor ke Afrika dan Arab Saudi
Apotek Kimia Farma

PT Kimia Farma Tbk (KF) mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 18,78% yoy atau dari yang sebelumnya berjumlah Rp3,80 triliun menjadi Rp4,52 triliun pada Kuartal II 2019. Penjualan ini disokong oleh penjualan obat generik yakni Rp718,92 miliar, obat ethical Rp 506 miliar, dan obat over the counter (OTC) Rp381 miliar.

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk., Honesti Basyir, mengatakan, saat ini KF masih banyak disokong oleh penjualan di sektor domestik yakni sekitar 97%. “Tahun ini ekspor kami masih terbatas, sekitar 3%. Saya mencoba untuk menambah produk baru yang berstandar internasional sehingga bisa menambah kontribusi untuk ekspor. Tahun ini targetnya bisa lebih dari 5%,” kata Honesti saat ditemui di kantornya kepada SWA Online. Tambahan ini menurutnya dapat dicapai dengan mengoptimalkan potensi ekspor ke wilayah Nigeria dan Angola.

Aktivitas ekspor ini, menurutnya bukan barang baru di Kimia Farma. Perseroan saat ini telah melakukan ekspor ke sejumlah wilayah seperti Arab Saudi, Nigeria, dan Yaman. Namun, masih dalam jumlah yang terbatas karena adanya keterbatasan produk dan masalah standarisasi. “Saat ekspor standarnya juga harus internasional dan global. Produk kami akan bersaing dengan produk yang telah berstandar internasional,” kata dia menambahkan.

Saat ini, KF tengah fokus ada pengembangan produk-produk untuk iklim tropis dan produk lifestyle. Adapun negara yang fokus untuk disasar adalah Nigeria dan Arab Saudi. Selain itu, Honesti juga berencana untuk membangun pabrik farmasi di Afrika untuk lebih mengoptimalkan peluang dan pertumbuhan bisnis di sana.

“Kalau masuk ke Amerika dan Eropa persaingannya sangat ketat, makanya kami mencari celah di mana bisa compete dengan produk yang hampir mirip kebutuhannya,” ujarnya. Namun, dia enggan untuk membocorkan kapan tepatnya pabrik akan dibangun.

Selain gencar melakukan ekspansi ekspor, tahun ini Kimia Farma juga akan menambah jaringan apotik, klinik dan laboratorium sebanyak 200 outlet pada tahun ini. Penambahan ini bukan tanpa alasan, KF memang berencana untuk membangun ekosistem bisnis kesehatan di Indonesia dengan mengintegrasikan bisnisnya dari hulu ke hilir.

“Saat ini yang belum kami miliki adalah rumah sakit, asuransi sudah ada walaupun masih minority. Once kami punya rumah sakit, itu akan lengkap. Dengan bantuan teknologi, kita berusaha untuk mengintegrasikan semua bisnis dan value chain di Kimia Farma,” kata dia menegaskan.

Tidak main-main, untuk merealisasikan hal ini, KF sedang menggarap dan bersiap untuk mengaplikasikan data analitik untuk memetakan setiap outlet yang dimilikinya. Penggunaan data analitik, menurutnya, akan lebih mengefisiensi inventori dan pekerja. Serta dapat menggenjot margin dan produktifitas. “Pabrik kami saat di Banjaran yang juga merupakan pabrik terbesar di Asia Tenggara juga sudah menggunakan teknologi IOT. Jadi memang masuk ke digital itu bukan gagah-gagahan, tapi kita punya objektif kesana,” katanya.

Sementara itu, KF juga sedang menyiapkan National Distribution Center (NDC) di daerah Cikarang untuk men-support regional di bagian barat, tengah, dan timur. NDC juga direncanakan akan menggunakan teknologi digital dan IOT.

Per Juni 2019, pertumbuhan penjualan KF telah mencapai 28%, lebih tinggi dari target awal tahun sebesar 25%. Lainnya, KF juga telah memiliki 1.300 jaringan apotik, 600 klinik, dan 60 apotik.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved