Setelah menuai sukses saat pertama kali dihelat tahun lalu, Balingkang Festival, tahun ini dengan nama Kintamani Chinese Festival, akan kembali digelar pada 8 Pebruari mendatang. Festival yang akan dilaksanakan di kawasan Geopark Kintamani Bangli Bali tersebut, akan menampilkan sejumlah kesenian akulturasi budaya antara Bali dan Tiongkok yang sudah terjalin sejak jaman dahulu dan masih berlangsung turun temurun hingga sekarang. Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Bali, Putu Astawa setelah memimpin rapat persiapan Kintamani Chinese Festival 2020 di Denpasar, Kamis (15/1).

Tujuan utama penyelenggaraan festival ini, menurut Astawa, adalah untuk membidik pasar Tiongkok yang potensial untuk datang ke Bali. “Seperti kita ketahui, wisatawan Tiongkok yang datang sangat banyak, selain wisatawan Australia. Jadi pangsa pasar ini harus kita manfaatkan,” jelasnya.

Dalam pelaksanaannya, pihaknya telah menggandeng ASITA (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) yang menangani wisatawan Tiongkok dengan mendatangkan sekitar 1.500 wisatawan untuk menonton parade tersebut. “Tidak menutup kemungkinan jumlah wisatawan yang datang bisa lebih banyak lagi, sehingga gaung dari festival ini bisa lebih luas di dunia internasional”.

Dengan menampilkan pertunjukan tradisional Bali dan Tiongkok, Astawa berharap masyarakat Bali bisa menyaksikan pertunjukan dari negeri tirai bambu, begitu juga sebaliknya, wisatawan bisa menyaksikan pertunjukan tradisional Bali, sehingga bisa terjadi pertukaran budaya.

Selain seni pertunjukan, hal berbeda juga terdapat pada festival kali ini, yaitu adanya parade anjing kintamani. “Seperti yang kita ketahui trah anjing kintamani adalah spesies asli dari Kintamani yang perlu kita lestarikan dan perkenalkan kepada dunia. Jadi saya harap melalui festival ini, keberadaan anjing Kintamani akan diketahui dan kelak bisa sejajar dengan jenis anjing kelas dunia,” tambahnya.