Business Research SWA100 Trends zkumparan

Kiprah BRI Mencetak WAI Tertinggi

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI), Suprajarto.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) berhasil meraih Wealth Added Index (WAI) 2018 dengan cemerlang, yakni Rp183,43 triliun. Bank BUMN ini bmenempati peringkat pertama WAI, menggeser PT HM Sampoerna yang menjuarai tahun sebelumnya.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI), Suprajarto, mengapresiasi dan bangga atas peringkat WAI tersebut. Menurutnya, kondisi ini memicu BRI untuk bekerja lebih baik lagi dan terus berinovasi menjadi pilihan utama perbankan masyarakat Indonesia. BRI berkomitmen untuk terus mempertahankan pelayanan dan komunikasi yang terbuka serta transparan dengan menyampaikan program-program yang konkret. “Kami selalu menyampaikan bahwa bisnis BRI tetap berfokus kepada UMKM dan digitalisasi proses kredit masih terus dilakukan. Kondisi tersebut setidaknya dapat terlihat dengan performa pertumbuhan kredit BRI di atas industri dan tingkat profitabilitas tetap terjaga hingga saat ini,” ungkap Suprajarto.

BRI mampu mengantongi laba bersih konsolidasi sebesar Rp29,04 triliun atau tumbuh 10,7% dari tahun sebelumnya. Penyaluran kredit BRI secara konsolidasi hingga akhir Desember 2017 sebesar Rp739,3 triliun atau tumbuh 11,4% dibandingkan penyaluran kredit pada posisi akhir Desember 2016 yang mencapai Rp663,4 triliun. Menurutnya, dengan terjaganya indikator ekonomi seperti nilai tukar dan inflasi, tingkat return yang diterima oleh investor akan lebih terjaga.

Ia memandang ekonomi Indonesia saat ini termasuk 16 besar dunia dan diprediksikan pada 2030 akan menjadi 7 besar dunia. Consuming class juga diperkirakan akan meningkat dari 45 juta menjadi 135 juta orang dengan 71% populasi dari kota-kota akan menyumbang 86% Produk Domestik Bruto dan kebutuhan skilled workers meningkat hingga 113 juta. Hal tersebut menjadi peluang yang terus dipantau dunia perbankan.

Walaupun kondisi ekonomi belum stabil akibat pengaruh kenaikan kurs US$ terhadap Rupiah, prediksi peningkatan tersebut bisa menjadi stimulus yang baik. Peluangnya besar, terutama pada layanan consumer dan pertanian, pertambangan, serta pendidikan. “Sebetulnya kondisi sekarang lebih tepat disebut sebagai anomali, karena ternyata di triwulan II – 2018 pada segmen mikro dan menengah, kinejra BRI bisa naik sampai 15%. Tadinya kami prediksi di bawah itu. Pengusaha masih banyak yang mengajukan permohonan kredit,” jelasnya.

BRI melakukan pengembangan bisnis ke depannya dengan melakukan berbagai strategi. Pertama, refocusing bisnis ke segmen mikro, kecil, dan consumer yang menjadi kekuatan BRI yang terlihat dengan share dari segmen tersebut terus meningkat. Kedua, memfokuskan segmen korporasi pada profitabilitas seperti transaction banking dan value chain. Ketiga, meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui digitalisasi proses bisnis untuk segmen mikro, kecil, dan consumer yang saat ini sudah ada seperti BRISpot dan MyBRI.

Keempat, meningkatkan kapasitas teknologi informasi yang akan menjadi tulang punggung pertumbuhan bisnis BRI ke depan. Kelima, meningkatkan kontribusi dan sinergi anak perusahaan agar menjadi integrated financial solution, tidak hanya conventional banking, tapi juga syariah banking, insurance, multifinance, dan venture capital.

Transformasi bisnis dilakukan BRI terkait maraknya kehadiran financial technology (fintech) yang menyasar nasabah ritel dan langkah yang dilakukan BRI untuk menghadapi disrupsi di industri perbankan. Pemerintah juga sedang mempersiapkan untuk masuk ke industri 4.0. “Industri 4.0. sangat penting bagi bank sehingga kami harus antisipasi ini. Mau tidak mau harus mengubah pola pikir lebih inovatif, kreatif, dan praktis,” ujarnya.

Model tansformasinya akan menerapkan pola digital, tidak lagi menerapkan pola-pola tradisional perbankan. Secara umum, pada setiap perusahaan perlu ada lima domain yang ditransfromasi menuju digital, yakni customers, value, competition, data, dan innovation. “Kami harus berubah dari yang tadinya passive target menjadi customer network, dari defending ke adapting, dari top-down ke experimentation. Kami juga harus melihat bahwa data adalah aset untuk penggunaan big data,” kata Suprajarto.

BRI juga sedang memperkuat ekosistem digitalnya dengan mengintegrasi banking solution (e-channel, keagenan, open banking services, government & corporat institutions, enterprise service, data analytic, dan fintech & e-commerce players) untuk mendukung menjadi bank as a platform. Hingga saat ini BRI juga telah bekerja sama dengan berbagai fintech dan e-commerce, serta institusi pemerintah.

Ke depan, BRI akan memaksimalkan lagi kerja sama dengan fintech dan e-commerce. “Dalam waktu dekat ini kami akan fokus mengembangkan ini. Target akhir kami adalah agar transaksi yang dilakukan menggunakan BRI. Sehingga ke depannya, BRI tidak lagi bertumpu hanya pada suku bunga, tetapi juga dari fee based income yang mungkin bisa menggeser interest income tersebut,” jelasnya.

Terkait unit kerja di luar negeri, BRI berencana membuka kantor cabang penuh (full branch) di Hong Kong dan Taiwan. Targetnya, paling lambat akhir semester II/2018 dapat beroperasi. Namun, semua itu tergantung pada perizinan di Indonesia ataupun di negara tujuan.

Reportase: Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved