Management Trends

Kolaborasi Cara Perkuat UMKM Lepas Pandemi COVID-19

Bisnis model pengelolaan, distribusi dan pemasaran produk unggulan pedesaan melalui ekosistem digital

Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PDT, Kemendes PDTT RI Drs Samsul Widodo mengungkapkan bahwa sebelum COVID-19, hanya 25% produk lokal yang hadir di penjualan daring, 75% produk di nama-nama e-commerce papan atas Indonesia merupakan produk impor.

“Padahal kita mampu, buktinya petani wilayah Indonesia timur berhasil meningkatkan nilai penjualan hasil kopranya, dari kopra hitam ke kopra putih salah satunya. Saya ikut hadir saat ekspor perdana produk ini, sebenarnya bisa, karena tidak mahal untuk membuat produk ditingkatkan nilainya,” jelasnya pada Seminar dengan tema Akselerasi Bisnis di Era New Normal (17/06/2020).

Seminar yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), diikuti sekitar 500 UMKM yang merupakan kolaborasi antara Divisi Environment & Social Responsibility PT Astra International Tbk dengan YDBA yang memang banyak melakukan pembinaan UMKM. Ketua Pengurus YDBA, Sigit P. Kumala, Sigit dalam sambutannya menyampaikan bahwa di masa penuh tantangan ini UMKM tidak boleh menyerah, namun tetap optimis dan kreatif serta dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk melakukan terobosan baru.

“Hasil survei yang dilakukan YDBA kepada UMKM Kerajinan di Jabodetabek menunjukkan, 60% UMKM melakukan perubahan produk atau diversifikasi produk, seperti pembuatan masker atau Alat Pelindung Diri (APD) serta beralih ke sektor kuliner,” tuturnya.

Upaya UMKM melakukan diversifikasi merupakan cara mereka untuk bisa survive melawati krisis akibat pandemi ini, lanjut Sigit, walau sebenarnya belum bisa meningkatkan omset seperti semula karena mereka tetap mengalami penurunan omset.

“Tetapi, hal tersebut lebih baik, dibandingkan tidak melakukan apa-apa. Kamipun terus mendorong UMKM melakukan terobosan demi kemajuan bisnisnya,” tegasnya.

Seperti disampaikan Samsul, ia yakin bahwa melalui kreativitas UMKM Indonesia, banyak pencapaian yang dapat ditorehkan UMKM di masa sulit ini, karena UMKM Indonesia bisa dan hebat. Sigit juga berharap para UMKM mendapatkan banyak ilmu baru yang dapat menginspirasi untuk dapat diterapkan di bisnis masing-masing.

Samsul mengatakan, UMKM di desa, baik petani, petani dan peternak sudah lumayan melek digital. Yang ia ketahui, mereka sudah menggunakan Facebook untuk menjadi kanal penjualan digital mereka.

Hanya saja mereka masih kurang terarah, dengan dukungan YDBA yang sudah berpengalaman mengelola UMKM, ia yakin, berbagai usaha dibawah BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang berada di bawah Kemendes PDTT, akan lebih maju lagi. Terus mencari terobosan.

Samsul mengungkapkan, pihaknya sebenarnya sudah memberikan kanal digital untuk penjualan hasil pedesaan yaitu melalui laman Dapurkita.bundesmart.com, juga menggandeng e-commerce papan atas seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. “Tantangan mereka adalah jalur pemasarannya, YBDA bisa mendukung dari sini juga,” katanya.

Di masa pandemi ini, tidak semua sulit, katanya, ada banyak UMKM berhasil menembus ekspor. Justru pandemi ini menjadi kesempatan bagi para petani, misalnya untuk tidak harus ke pasar untuk menjual hasil panennya, dengan dukungan digital seperti di Dapurkita.bundesmart itu. Bahkan Samsul yakin para petani siap memasuki tata kelola baru di new normal, tetap bisa berjalan menjual hasil panennya. “Pekerjaan rumah kita adalah bagaimana mereka bisa memiliki kemampuan memotret yang bagus untuk di pasar online dan memiliki kemampuan packaging yang baik, serta skill menjual secara online. Dukungan YBDA bisa ada di sini, kita bersama-sama,” katanya.

Untuk di ketahui, aplikasi Dapurkita.bundesmart diciptakan khusus untuk orang desa desa, tidak makan RAM ponsel dan bandwith, jadi kalau dibuka lebih kecil dari kita buka foto dan video, paket data yang dimakan rendah, memang khusus dibuat untuk yang beli pulsa ngeteng. Dari aplikasi ini, mereka sudah melayani banyak resto dan ritel besar.

Ekonom Indonesia, Dr. Aviliani SE, M. Si, yang ikut menjadi salah satu pembicara dalam seminar ini menambahkan produksi hasil desa biasanya kecil volumenya, maka itu harus ada yang mengelola, agar memenuhi standar volume pemesan, ini yang sulit jika tidak ada yang bantu mengelola. Salah satu kenari yang bisa diekspor.

Aviliani menyarankan agar produk UMKM dapat terus diterima pasar, harus terus mengevaluasi perilaku dan kepuasan konsumen agar yang mereka hasilnya bisa terus diterima. Kedua, Inovasi dan kreatifitas, harus terus dikembangkan agar ketika kompetitor masuk mereka bisa menjaga pasar. Ketiga, Jaminan purna jual menjadi kunci penting dalam pelayanan. Keempat, jangan lupa membangun branding, agar lebih dikenal luas produknya. Kelima, di era yang sangat informatif, pasar terbuka, harga harus ditentukan dengan sangat hati-hati agar bisa bersaing atau kompetitif.

Editor: Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved