Management Trends zkumparan

Komitmen BCA Mengembangkan Bisnis UKM di Malang

Komitmen BCA Mengembangkan Bisnis UKM di Malang

Edy Suprapto dan isteri, pemilik Toko Oleh-oleh Selecta, binaan BCA di Malang, Jatim (Foto : Istimewa)

Modal usaha seringkali menjadi kendala UKM dalam mengembangkan bisnis. Menyadari hal itu, BCA menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk ke UKM di Kota Malang dan sekitarnya. Bagaimana kisah UKM binaan BCA ini membangun usahanya?

Buah apel yang melimpah dan murah harganya di Batu, Malang, Jawa Timur, menginspirasi Edy Suprapto untuk membuat usaha keripik apel. Maka, tahun 2005, pria kelahiran 1966 ini mengibarkan bendera “Selecta” sebagai brand produk keripik apelnya.

“Waktu tahun 2005 harga Apel Malang cuma Rp2.000 per kg. Sekarang sekitar Rp10.00 – 15.000 per kg. Daripada apel-apel segar itu jika tidak dimakan langsung cepat busuk, maka saya keringkan untuk dibuat keripik apel. Apalagi saat itu masih jarang yang produksi keripik apel,” jelas Edy yang tercatat sebagai nasabah BCA di Batu, Malang, tentang alasan pendirian usaha keripik apel.

Tidak dinyana, produksi Keripik Apel Selecta banyak disukai masyarakat. Untuk, itu Edy berusaha menambah varian buah lain agar pilihan konsumen semakin banyak. Lalu, mulai tahun 2006 produksi juga keripik buah nangka, rambutan, semangka, melon, mangga, salak lokal, Salak Pondoh, ubi ungu, kelengkeng, nanas, jambu dan lainnya.

Edy menjelaskan, untuk memproduksi aneka keripik buah itu, dia menggunakan mesin khusus buatan mahasiswa Universitas Brawijaya Malang. “Untuk produksi keripik apel, rata-rata dalam sebulan saya datangkan Apel Malang segar sekitar 15 ton. Apel-apel itu 50% saya beli dari petani apel dan 50% dari kebun apel milik sendiri,” jelas pengusaha lulusan S1 Akuntansi dari Universitas Merdeka Malang ini kepada SWA Online dalam wawancara via telepon.

Berapa omzetnya? Edy enggan menuturkan nominal penjualannya. Sebagai gambaran, dalam sebulan pembuatan keripik apel saja menghasilkan 200-300 kg. Keripik-keripik itu dikemas dengan berbagai ukuran, terkecil 250 gram dan terbesar 1 kg. Harganya dibanderol mulai termurah Rp45.000 dan termahal Rp90.000 per satu kemasan.

Menurut ayah tiga anak ini, penjualan produk Selecta 80% berada di Malang dan sekitarnya. Sementara itu, 20% sisanya tersebar di Surabaya, Jakarta dan Bali. Untuk pembelian di luar kota biasanya dilakukan secara online dengan menggunakan sistem perdagangan online atau e-commerce yang kini sedang marak.

Apakah kehadiran toko oleh-oleh para artis yang kini menyerbu Malang berdampak negatif bagi penjualan produk keripik buah Selecta? “Tidak. Justru kami berpartner. Sebab, produk keripik buah Selecta juga untuk memasok di sejumlah toko oleh-oleh para artis,” ungkap suami dari Winda ini. Toh, ia tidak menampik bahwa persaingan bisnis produk makanan buah tangan ini makin ketat. Maklum, belakangan ini semakin banyak pemain baru yang meramaikan industri produk makanan dan minuman untuk oleh-oleh.

Kini, untuk memproduksi aneka keripik buah Selecta, Edy mempekerjakan 35 karyawan di workshopnya dan dua toko Selecta. Lokasi kedua tokonya ada di kawasan Batu dan Singosari. Luas masing-masing toko Selecta Edy sekitar 96 meter persegi.

Ke depan, untuk pengembangan home industri keripik buah Selecta, Edy berniat untuk membangun gudang seluas 800 meterpersegi. “Sekarang sudah dalam persiapan, mudah-mudahan tahun 2018 sudah rampung,” ujarnya berharap dan optimistis dengan masa depan bisnis yang dia tekuni bersama isteri tersebut.

Diakui Edy, pesatnya kemajuan usaha keripik buah Selecta tidak luput dari peran BCA sebagai mitra pembiyaan. Dia tercatat sebagai nasabah BCA cabang Batu sejak tahun 2000. “Awalnya saya jadi nasabah BCA untuk kebutuhan transaksi dagang. Kini, dilanjut untuk bisnis pengembangan home industry Selecta,” dia menegaskan.

“Saya banyak dibantu BCA, mulai dari pembiayaan untuk beli ruko hingga mobil untuk pengangkutan produk keripik buah Selecta. Kalau untuk membangun gudang masih pakai modal sendiri. Nanti kalau kepepet keuangan lagi, baru minta modal BCA, ha..ha,” ujarnya dengan nada tertawa lepas penuh kepuasan.

Menurutnya, kredit pembelian ruko KPR BCA dilakukan tahun 2013 senilai Rp500 juta. Lalu, dilanjutkan kredit mobil pick up KKB tahun 2015 senilai Rp70 juta dan kredit Toyota Avanza KKB BCA senilai Rp150 juta pada tahun 2017.

“Pelayanan kredit ruko KPR BCA dan mobil KKB BCA lebih cepat dari bank lain. Bunganya juga lebih ringan dibandingkan multifinance atau bank kompetitor. Apalagi banyak jaringan ATM-nya, sehingga memudahkan bagi kami yang sehari-harinya berdagang,” jelas Edy tentang alasannya memilih BCA sebagai mitra perbankan.

Sugeng Slamet, pemilik UD Gelora yang bergerak di usaha pengepulan Apel Malang di Batu, Malang, Jatim (Foto by: Eva/SWA)

Keberhasilan usaha Edy Suprapto menggeluti bisnis di Malang juga dialami oleh Sugeng Slamet (40 tahun) yang berbisnis pengepulan apel dengan mengibarkan bendera UD. Gelora di Batu. Ada Apel Rome Beauty, Apel Manalagi, Apel Granny Smith dan Apel Anna.

Hebatnya, menurut Sugeng, dalam sebulan bisnis apelnya itu mencetak omzet lebih dari Rp1 miliar. Pasokan apel UD.Gelora didatangkan dari 350 petani yang bermitra dengan Sugeng. Sementara distribusi pemasaran apelnya menjangkau seluruh pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Medan hingga mancanegara, yaitu Timor Leste dengan total produksi sekitar 6-8 ton per hari.

Kesuksesan yang dicapai Sugeng tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjalanan panjang harus dia lalui penuh lika liku. Kiprahnya di perkebunan apel diawali tahun 1999 di Nongkojajar (Malang) ketika harga apel berada di kisaran Rp1.500 per kg dengan modal awal Rp7,5 juta. Lalu, usahanya berkembang menjadi pengepul buah-buahan khususnya apel dan jeruk di daerah Malang dan sekitarnya.

Namun, di tengah perjalanan usaha apel Sugeng nyaris bangkrut tahun 2004. Bagaimana tidak, kondisi saat itu sangat tidak mendukung lantaran biaya produksi membengkak. Mulai dari harga pupuk, peralatan, dan ongkos pemasaran. Ironisnya, kualitas apel para petani juga menurun.

Agar usahanya tetap survive, tahun 2005, Sugeng mendatangi kantor cabang BCA di Batu untuk mendapatkan kredit melalui program Kredit Usaha Kecil (KUK). Untungnya dia mendapat persetujuan KUK Rp250 juta. “Dana KUK BCA Rp250 juta itu saya pakai untuk membangun pasar,” ujar pria yang mengenyam pendidikan terakhir di SMA PGRI Kota Batu.

Kepada awak media yang menemui Sugeng di gudang apel UD.Gelora di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiajo, Kota Batu, dia mengatakan bahwa kredit KUK BCA dengan bunga 0,6% itu dimanfaatkan untuk membantu sejumlah petani apel yang lain.

Dana itu dipinjamkan lagi kepada para petani apel, tapi tidak ada beban bunga. Sementara, untuk pelunasan utangnya, para petani cukup menjual buah apel hasil panennya kepada UD. Gelora dengan harga sesuai pasar.

Selain itu, Sugeng membantu petani untuk meningkatkan mutu apel dari sisi ukuran lebih besar dan warna apel lebih ranum plus menarik. Adapun luas kebun apel milik Sugeng 24 hektare dan para petani mitranya seluas 350 hektare.

Hasilnya? Tidak sia-sia, varian apel para petani naik kelas harganya. Sebagai gambaran untuk Apel Malang yang biasanya cuma dihargai Rp5.000 per kg, kini mencapai Rp12.000 per kg. Apel jenis Rome Beauty harga di petani Rp14.000 per kg, bisa dijual ke supermarket Rp28.000. Lalu, Apel Manalagi di pasar modern Rp26.000 per kg, padahal dari petani hanya Rp12.000 per kg.

Setelah mendapat kredit usaha Rp250 juta, berikutnya Sugeng mengajukan pinjaman lagi untuk ekspansi bisnisnya. Maklum lelaki berperwakan sedang ini, akan mendirikan pabrik baru yang investasinya ditaksir sekitar Rp1,5 miliar. “Saat ini pengajuan kredit saya sudah turun Rp500 juta,” ucapnya dengan nada bangga.

Sugeng menjelaskan, pabrik seluas 1.800 meterpersegi itu akan dimanfaatkan untuk produksi keripik apel dan sari apel. Jika pabrik ini terealisasi operasionalnya, maka dia akan menambah lagi 15 karyawan baru untuk menggenapi jumlah karyawan sebelumnya 60 orang.

Boleh dibilang Sugeng dan Edy adalah potret usahawan jempolan skala UKM yang didukung oleh BCA.

Awalnya Sugeng adalah debitur KPR BCA tahun 2002. Karena hubungan Sugeng dengan BCA berjalan baik, dia dizinkan melakukan cross selling untuk Kredit Usaha Kecil (KUK) BCA dengan plafon Rp300 juta. “Pak Sugeng Slamet adalah contoh pengusaha UKM yang didukung oleh BCA,” ujar Daniel Darmawan, Senior Vice President Divisi Bisnis Komersial dan SME BCA.

Kegiatan sortir Apel Malang UD. Gelora binaan BCA di Batu, Malang, Jawa Timur (Foto by: Eva/SWA)

Daniel menambahkan, “BCA berkomitmen membantu mengembangkan UKM di Tanah Air. Kami dalam melayani transaksi perbankan dengan nasabah selalu berusaha menawarkan solusi yang dibutuhkan, termasuk KUK BCA yang merupakan kredit usaha dengan plafon maksimal Rp1 miliar dengan bunga yang menarik. Kami ingin para pengusaha UKM dapat turut berkembangn bersama dengan BCA.”

Peran BCA untuk UKM

Menyadari pentingnya UKM bagi urat nadi perekonomian nasional, sejak lama PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) berpartisipasi menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program ini untuk mendukung upaya pemerintah dalam menyediakan pembiayaan usaha mikro yang produktif dan layak, tapi belum bankable.

“Agar KUR yang disalurkan dapat tepat sasar menjangkau UKM di berbagai daerah, BCA menggandeng beragam mitra institusi lokal, seperti koperasi,” kata Liston Nainggolan, Executive Vice President Commercial & SME Business BCA, kepada media di acara peringatan Hari Koperasi Nasional 2017.

Salah satu kantor cabang BCA di Malang (Foto: Istimewa)

Menurutnya, koperasi dan UKM memiliki potensi yang sangat besar dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan dan menggairahkan produktivitas ekspor di Indonesia. Pasalnya, mereka ini memiliki peranan yang fundamental dalam mengangkat kemandirian perekonomian dari Sabang sampai Merauke dan telah menjadi andalan lapisan masyarakat menengah ke bawah dalam memperbaiki kesejahteran.

Perkembangan UKM pun berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran, memerangi kemiskinan, dan menciptakan produk-produk unggulan Indonesia yang mampu bersaing di dalam negeri, bahkan banyak juga yang menembus pasar ekspor.

Mengacu data BPS tahun 2017, total kontribusi koperasi terhadap pendapatan domestik bruto mencapai 23,27%. Ini terdiri dari 4,41% kontribusi kelembagaan koperasi, dan 18,96% kontribusi pelaku usaha. Berangkat dari optimisme akan peran koperasi dan UKM, BCA berkomitmen menggenjot penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga akhir tahun 2017 dan lebih meningkat di 2018. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved