Technology Trends zkumparan

Konsep Inkubasi Indigo Dipresentasikan di IEEE Conference

Indigo.id melakukan sejumlah inisiatif strategis guna makin mengikis jarak antara industri dengan perguruan tinggi, caranya memberikan sarana magang, sharing knowledge, hingga sinergi seminar akademik teknologi kekinian.

Hal tersebut disampaikan Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo.id, saat menjadi pembicara bersama Karen Bartleson, President & CEO IEEE. Mereka sepanggung dalam sesi diskusi panel dalam IEEE Region 10 Flagship Conference (TENCON 2017) di St. Giles Premier Hotel, Penang, Malaysia, 5-8 November 2017 lalu.

Lebih jauh pada rilis yang diterima SWA Online (15/11/2017), ia menyampaikan media berbagi pengetahuan dilakukan dengan membuka laboratorium digital startup miliknya, Telkom Digital Valley dan Telkom Digital Innovation Lab, untuk terbuka dikunjungi pelbagai perguruan tinggi di tanah air.

Bahkan di beberapa kampus seperti di Universitas Padjadjaran kampus Bandung, juga sejak lama mengoperasikan bersama pusat kreativitas digital bagi generasi muda bertajuk Digital Lounge (DiLo). Secara kumulatif, fasilitas yang bisa dimanfaatkan gratis ini tersedia di berbagai kota di Indonesia sebanyak 20 lokasi pada 12 kota di Indonesia dengan anggota komunitas sedikitnya 10.447 member.

Anggota Digital Valley sendiri tak kalah signifikan, misalnya di Bandung Digital Valley sedikitnya ada 3.421 member, Jogya Digital Valley 4.122 member, serta Jakarta Digital Valley 1.179 member.

”Kami di Indigo juga berikan kesempatan magang bagi mahasiswa dengan durasi enam bulan hingga 1 tahun. Tak ketinggalan, kerjasama intensif dengan Telkom University menyelenggarakan seminar dan eksibisi teknologi yang memaparkan teknologi dan hasil riset mutakhir, ” katanya.

Melalui sesi diskusi utama berjudul Bridging The Gap between Industry and Academy, Ery juga memaparkan kiprah Indigo.id terhadap bangsa Indonesia secara umumnya. Yakni inkubasi, akselerasi, sekaligus menaungi digital startup di Tanah Air.

”Termasuk memberikan pendanaan kepada digital startup, karena kami melihat mereka bukan sekedar mitra, namun juga inovasi bisnis yang inspiratif. Selain itu, untuk mendigitalisasi Indonesia, jelas perlu kolaborasi antara perusahaan, startup, perguruan tinggi, komunitas, hingga media massa, ” tambahnya.

Pembicara lainnya, Dr Nor Azmi Alias yakni Senior Vice President of Research CREST (Collaborative Research in Engineering, Science, and Technology) menambahkan, kesenjangan industri dan akademik harus disatukan dengan kolaborasi antara industri, akademis, dan pemerintahan.

 CREST, sambung dia, antara lain fokus dalam penelitian pengembangan, pengembangan sumber daya manusia, serta komersialisasi hasil riset.

Lewat kolaborasi tersebut, maka pengembangan manufaktur perangkat elektronik cerdas bisa terus dilakukan.

Diskusi juga membahas cara lain mengelaborasi kampus dengan bisnis, yang secara natural keduanya berbeda orientasi. Kampus mengarah pada penemuan riset dan ilmu sementara bisnis menekankan pengembalian modal dari sebuah layanan komersial.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved