Management Technology Trends zkumparan

Langkah RedDoorz Menuju Travel-tech Unicorn

Media Gathering RedDoorz, Selasa (22/10/19)

RedDoorz terus berekspansi dalam rangka menjadi unicorn Travel Tech pada akhir 2020. Perusahaan hotel chain yang saat ini telah ada di empat negara yaitu Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Filipina ini telah mendapatkan pendanaan seri C pada Agustus 2019. Sejak berdiri pada 2015, tercatat RedDoorz telah mendapatkan pendanaan US$ 140 juta.

Mohit Gandas, Country Head RedDoorz Indonesia, mengatakan, sat ini Indonesia merupakan pasar terbesar RedDoorz. Total 75% market share dari empat negara yang telah dijajaki berasal dari pasar Indonesia. Rencananya, RedDoorz akan merambah Thailand pada awal 2020.

Model bisnis yang dikembangkan RedDoorz pada awalnya adalah sharing apartemen. Kemudian beralih pada sewa kos-kosan untuk jangka pendek hingga pada Agustus 2017 mengelola seluruh properti mitra hotel.

Sandy Maulana, Country Marketing Director RedDoorz Indonesia, menambahkan, tujuan mengelola seluruh properti hotel mitra adalah untuk menyeragamkan fasilitas yang sesuai dengan standar RedDoorz sehingga para pelanggan yang menginap di hotel mitra RedDoorz dapat merasakan fasilitas yang sama.

Model bisnis ini tidak luput dari tantangan. Diantaranya pemilik hotel mitra masih belum familiar dengan sistem pengelolaan, belum familiar dengan branding, dan masih ragu menyerahkan operasional hotel pada orang lain.

Sampai dengan akhir tahun 2018, RedDoorz memiliki 400 properti di Indonesia dan telah menjangkau 26 kota. Untuk lingkup Asia Tenggara, sejauh ini sudah ada 1500 properti yang dikelola di lebih dari 120 kota di empat negara seperti yang disebutkan di atas.

Menghadapi pemain serupa, RedDoorz menawarkan berbagai pilihan akomodasi yang disesuaikan dengan segmentasi yang ada. Yaitu RedDoorz Basic, RedDoorz Plus, RedDoorz Premium, dan Residences by RedDoorz. Sedangka RedDoorz syariah masih menyesuaikan kebijakan pemilik hotel.

Terkait market co-living dan indekos, RedDoorz memang sudah melihatnya sebagia potensi bisnis. Namun, Sandy mengaku saat ini masih melakukan market testing dan masih jauh untuk tahap tersebut.

IPO pun menjadi rencana RedDoorz dalam tiga tahun ke depan. Untuk mencapai pasar terbuka tersebut, RedDoorz masih fokus berkekspansi di Asia Tenggara dan menambah unit properti.

Kolaborasi juga digencarkan RedDoorz sebagai bagian dari ekspansi pasar. Platform yang berkolaborasi dengan RedDoorz diantaranya adalah Pegipegi.com, Tiket.com, dan Tokopedia. Bahkan, lembaga kursus bahasa Inggris LIA pun digandeng sebagai partner pembelajaran bahasa bagi karyawan hotel mitra RedDoorz.

Lima kota besar dengan okupansi RedDoorz tertinggi adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Sandy menjelaskan, kelima kota tersebut memiliki aktivitas bisnis dan pariwisata yang hampir seimbang, sehingga okupansi RedDoorz pun tinggi dan stabil. Berbeda dengan Bali, meski RedDoorz memiliki banyak properti di sana, high season hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu saja. Sehingga lonjakan okupansi pun tidak sering terjadi di Pulau Dewata. Kota-kota besar lainnya yang menjadi market terbesar RedDoorz adalah Medan, Makassar, Semarang, dan Manado.

Menapaki langkah menjadi unicorn, RedDoorz menargetkan ingin memiliki 4500-5000 properti di seluruh Asia Tenggara pada akhir 2020. Meski belum mau menyebutkan valuasi, RedDoorz berupaya meningkatkan pertumbuhan tiga kali lipat dibanding saat ini.

Saat ini RedDoorz sedang meluncurkan kampanye #BisaAja, sebuah kampanye yang memudahkan masyarakat Indonesia liburan tanpa harus khawatir soal penginapan. Secara tidak langsung, program ini juga mendukung destinasi pariwisata Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved