Management Trends

Lanny Juniarti Mengembangkan Klinik Miracle dengan Etika

Lanny Juniarti Mengembangkan Klinik Miracle dengan Etika

Siapa yang tidak mengenal Inul Daratista, pedanggut papan atas asal Jawa Timur. Kalau yang memperhatikan perubahan wajah penyanyi yang terkenal dengan goyang ngebornya itu sejak awal karir hingga sekarang, tentu mengira wajahnya dioperasi plastik. Isu operasi plastik itu dibantah keras istri Adam Suseno ini. Ternyata, yang disampaikan Inul benar. Pemilik jaringan karaoke Inul Vista itu menurut dr. Lanny Juniarti, Dpl. AAAM, Presiden Direktur dan Pemilik Klinik Miracle adalah pelanggan setianya sejak masih di Jawa Timur. “Dia sudah jadi pelanggan saya dari dulu masih belum dikenal orang, hingga sekarang pun masih setia jadi pelanggan kami,” ujar Lanny.

Miracle didirikan 20 tahun lalu di Surabaya oleh Lanny. “Tidak mudah mempertahankan dan mengembangkan bisnis itu tantangannya beda, memulai usaha mungkin mudah,” ujarnya. Apa yang membuatnya bertahan hingga 20 tahun menurut Lanny sebagai klinik estetika harus memiliki komitmen kuat dalam memberikan solusi terbaik dari problem-problem estetik dari setiap pelanggan yang datang padanya. Klinik Miracle memiliki visi menjadi klinik estetik terdepan, terpercaya, dan dikenal oleh masyarakat serta selalu mengikuti teknologi terkini dengan tetap menjaga keamanan pasien.

drlanny

“Mereka jangan sampai datang ingin menjadi cantik tapi tidak aman. Tidak aman bisa jadi karena produk yang digunakan tidak bagus atau SDM nya tidak mumpuni,” imbuh wanita berusia 45 tahun ini. Menurutnya perkembangan teknologi terkini banyak tapi tidak semuanya aman bagi pasien. Apakah cocok dengan kulit orang Asia apalagi orang Indonesia, itu sangat diperhatikan Lanny, tidak harus diadopsi begitu saja. Begitu teknologi diadopsi, orang yang menjalankannya haruslah kuat dari segi knowledge dan skill.

Pengembangan produk merupakan salah satu inovasi Miracle untuk tumbuh terus hingga 20 tahun. Pengembangan produk Miracle dilakukan dua kategori. Pertama sejak tiga tahun lalu Miracle bekerjasama dengan perusahaan kosmetik di Korea untuk produknya. Kategori kedua adalah produk yang dikembangkan sendiri di Indonesia, berdasarkan resep dokter yang harus ditebus di apotek. “Saat ini kami sedang memperkenalkan produk luxury kosmetik yang pembuatannya di Korea,” ujarnya.

Menurut Lanny, sejak awal berdiri Miracle menyasar segmen atas. Mengapa membidik pasar premium? “Dua puluh tahun lalu saya melihat pasar premium banyak lari ke luar negeri hanya sekadar perawatan wajah,” jawabnya. Kala itu ia ingat, kelas menengah atas Indonesia banyak perawatan ke Singapura, menggunakan dokter dan produk luar negeri. Maka itu ia sangat tertantang kala itu untuk membuktikan dokter-dokter dan produk Indonesia tidak kalah kualitasnya. Apalagi setelah Lanny kemudian melanjutkan studi di Amerika, makin yakin mestinya di Indonesia bisa memberikan layanan seperti di sana dengan teknologi yang sama, juga dengan dokter Indonesia.

Dalam perjalanannya, Lanny merasakan beratnya membangun bisnis ini, meski segmen yang disasarnya tergolong tidak tergoyang krisis. “Waktu krisis 1998, banyak orang saat itu yang banyak uangnya menyimpan uang di deposito, karena bunga bank tinggi, seingat saya sampai 60 persen. Nah, mereka habiskan waktu di klinik, ongkang-ongkang,” kenangnya. Tahun 2008 Miracle mulai bertumbuh cepat karena ia mulai berani mengembangkan cabang dengan waralaba. Saat ini ada 18 cabang Miracle di seluruh Indonesia, 10 merupakan cabang milik Lanny sendiri, yang 8 cabang merupakan waralaba. “Kami akan buka satu cabang lagi di mall, cabang ke-19 bulan September ini. Dulu kami yang pertama buka klinik estetika di mal, waktu itu di Tunjungan Plaza Mall tahun 2004, setahu saya belum ada yang buka di mall waktu itu,” ujarnya. Kala itu belum trend membuka klinik estetika di mal, karena mal masih dianggap sebagai tempat belanja.

Persaingan tidak bisa dihindari menurut Lanny, apalagi produk dan teknologi di bisnis estetik sebenarnya kurang lebih sama. “Kita ini di Indonesia tidak melahirkan teknologi baru, sebagai user untuk teknologi yang dikembangkan di luar Indonesia. Pasti akibatnya produk sejenis bermunculan di klinik lain. Agar kami tetap eksis adalah inovasi,” ujarnya. Berani melakukan inovasi bukan sekadar meluncurkan produk baru. “Mengutip teori inovasi itu yang bisa dinovasi banyak, seperti teh botol kemasannya bukan botol lagi tapi beragam, itu analoginya,” katanya.

Menurut Lanny permintaan membuka cabang di Singapura dan Malaysia sudah banyak tapi ia masih memikirkan kembali mengingat regulasi tiap negara harus dipelajari dengan mendalam lagi, terlebih ini menyangkut masalah kesehatan. “Perawatan kecantikan harus mengikuti aturan di negara tersebut, di sini kami harus mengikuti aturan Depkes,” katanya. Disebut Lanny cabang terjauh Micacle ada di Manado, Lombok, Batam, Medan, juga Makasar. Dalam 1-2 tahun ke depan pengembangan masih fokus di Jakarta.

Mengapa Jakarta? “Pasarnya masih besar dan seksi dengan tiga gerai di Kemang, Taman Anggrek dan Kelapa Gading ternyata masih kekurangan. Arah sekitar Tangerang, Alam Sutera dan sekitarnya lari ke Jakarta,” jawabnya. Disebut Lanny, saat ramai pasien harus booking seminggu sebelumnya untuk bisa perawatan di Miracle. Musim ramai biasanya menjelang Lebaran, Tahun Baru, musim Nikahan (baik yang akan menikah dan keluarganya pun ikut perawatan).

“Biasanya enam bulan sebelum menikah, penganten ingin perawatan. Kami ikut jadwal yang diatur WO (wedding organizer), kami ada personalize services, inilah signature kami di Miracle, pelayanan dan program tidak semua sama satu dengan yang lain,” jelasnya.

Biaya perawatan di Miracle mulai dari harga Rp 700 ribuan, yaitu untuk treatment facial saja. Sedang yang mahal ultera (pengencangan wajah dengan ultra sound—pengencangan wajah dengan gelombang suara), yang banyak digunakan oleh pasien kelas premium Miracle karena bisa menguras kocek Rp 25-30 juta per treatment. Ultrasound itu suara dengan frekuensi tertentu yang bisa diterapi ke wajah mendorong produksi collagen lebih banyak yang membuat kulit kencang. Lanny mengaku sudah mengerjakan ribuan pasien sejak lima tahun terakhir dengan metode ini. Karena ini dengan teknologi tinggi, software selalu ia update agar bisa memenuhi layanan terbaik ke pasien.

“Minimal sekali setahun untuk bisa menghasilkan hasil terbaik dengan ultrasound ini,” ujarnya. Layanan ini dikombinasi dengan produk perawatan Miracle lain, termasuk obat dari Miracle agar hasilnya maksimal. Meski memiliki layanan ini, Miracle sebenarnya juga memberikan layanan tanam benang bagi pasien yang ingin mengencangkan kulit mukanya. Memang lebih murah biaya pelayanannya. “Tanam benang ini sering salah kaprah, bukan karena ditarik benang jadi kencang wajah, tapi karena ditanam benang collagen di wajah produknya makin banyak, inilah yang bikin kulit kencang,” jelasnya.

Dikenal sebagai klinik dengan teknologi yang selalu terdepan, menurut Lanny yang selalu diperhatikannya bukan sekadar ikut-ikutan menggunakan teknologi terbaru. Ia selalu memikirkan teknologi terbaru yang benar-benar dibutuhkan pasien Indonesia, keamanan teknologi ini, hasilnya bagus atau tidak, dan tim dokter harus dibekali dengan knowledge dan skill yang baik. “Pasien ultrasound saya itu puas, rata-rata balik-balik lagi treatment ke Miracle,” katanya. Dengan harga segitu, mereka lebih memilih perawatan ini katanya daripada operasi plastic. Hanya membutuhkan 1 jam perawatan, wajah bisa berangsur kencang dan lebih muda.

Menariknya 18 persen dari pasien Miracle adalah laki-laki. Kebanyakan dari mereka datang ke Miracle untuk meningkatkan penampilan mereka karena tuntutan posisi dan karir yang makin meningkat. “Kalau usia muda, laki-laki biasanya karena jerawat, yang dibawa orang tuanya karena kasus diwajahnya. Sedang yang dewasa, memasuki 20 tahun lebih masalah bekas lubang jerawat, lalu yang 40 tahun ke atas mulai memikirkan wajah lebih cerah dan kencang terlebih kala karir sudah diatas,” jelasnya. Bukan saja artis yang rajin perawatan, banyak pebisnis juga yang rajin perawatan.

“Bisnis bukan how fast going run, but hoe far going run. Maka itu penting memikirkan regenerasi agar bisa bertahan lama. Makanya Miracle bench mark ke Mayo Clinic, klinik estetik yang sudah 100 tahun lebih, sudah geberasi keempat, mereka masih eksis dan dihormati,” tambahnya. Miracle sudah mempersiapkan system, manajemen dan regenerasi agar bisa menuju 20 tahun tambahan usia lagi. Miracle artinya mukjizat, itu yang ingin disampaikan ke pasien bahwa datang ke klinik ini ada sentuhan-sentuhan keajaiban yang bisa diberikan untuk orang bisa tampil lebih baik, lebih percaya diri dan kualitas hidup meningkat.

Lanny menegaskan, sebagai klinik estetika, pihaknya tidak yang mudah meluluskan keinginan pasien. Misal pasien ingin hidungnya diubah, terlalu mancung tidak proporsional melalui operasi plastic, dokter di kliniknya sudah dilatih untuk memberikan pengertian penting tidaknya hal tersebut. “Harus logic layanannya, dalam praktik estetik kami bukan hanya treatment tapi juga memotivasi dan memberi inspirasi, itu yang sebenarnya dibutuhkan pada beberapa pasien,” jelasnya. Ada beberapa pasien masuk dalam arah patologis, yang menginginkan perubahan wajah sudah tidak wajar lagi. Disinilah tugas dan kebijaksanaan dokter di Miracle untuk memberikan layanan yang wajar. Ini memang tantangan memberikan pengertian yang tepat, diakui Lanny, agar etika tetap dijaga dalam menjalani bisnis.

“Jangan sampai kita memilih karir dan bisnis di estetik, sebagai dokter kita jadi longgar semuanya, keamanan, standar kesehatan dilepaskan, kita lupakan karena jadi seniman, jangan sampai ini terjadi di Miracle,” katanya. Pasien harus dilihat benar kebutuhannya. Contoh treatment ultra sound therapy, kalau belum membutuhkan ia tidak akan sarannya karena masih muda. Keunggulan Miracle dengan banyak pilihan terapi membuat pasien bisa mendapat perawatan sesuai kebutuannya dan mana yang lebih tepat.

“Secara rutin kami mengedukasi, tidak semua perawatan dan perubahan wajah dilakukan, tidak boleh emosi dan obsesi,” tegasnya. Ini penting menurutnya agar sebagai klinik, para dokter harus memiliki kemampuan untuk meyakinkan pasien. Ia tahu pasien banyak yang unlimited budget-nya tapi sebagai dokter, pihaknya harus menyampaikan yang benar dan tepat bagi mereka. “Uang kan bukan segalanya, keamanan itu penting. Banyak yang datang bawa foto bisa tidak seperti artis ini dagunya, bibirnya atau hidungnya,” katanya sambil tersenyum. Padhaal jika dituruti wajah dia bukan jadi lebih cantik malah tidak serasi, ujarnya karena struktur tulang orang berbeda satu denga lainnya.

Lanny terus mendorong melalui organisasi Perdestri (Perhimpunan dokter estetika Indoensia) dan juga Kemenpar agar Indonesia bisa menjadi tujuan wisata layanan kesehatan terutama di layanan estetik. Karena menurutnya Indonesia mampu, melihat Thailand dan Korea mampu. “Di weekend royal Ubud, Bali, diundang raja Ubud setahun sekali, kami di sana brain storming pariwisata dan seni. Di sana saya mengungkapkan kepada dirjen pariwisata tentang potensi wisata perawatan estetika, untuk beauty toursm seperti Singapura, Thailand dan Korea,” jelasnya.

Sayangnya dukungan ini memang dirasakan masih kurang dirasakannya. Di acara tersebut didepan Hermawan Kertajaya menurutnya Korean Beauty itu meningkat berkat dukungan pemerintahnya dikolaborasi dengan pendidikan, seni dan film mereka. “Padahal pasar Indonesia ini jadi sasaran pasar bisnis beauty dan estetika negara-negara lain lho, di business summit level Asia sudah terungkap hal itu,” katanya. Anggota Perdesti ada 3.000 lebih, sedang klinik estetika diperkirakan Lanny ada 1000 lebih di Indonesia, tapi jumlah tersebut masih kurang mengingat besarnya pasar Indonesia.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved