Management Trends

Likuid Project Perkenalkan Layanan Pembiayaan untuk Industri Kreatif

PT Likuid Jaya Inovasi, perusahaan fintech yang berfokus pada pembiayaan proyek di ranah industri kreatif, menyatakan ada 3 temuan menarik yang muncul terkait dampak pandemi Covid-19 terhadap industri kreatif.

Pertama, stage krisis atau tahapan pergerakan pandemi di masyarakat. Di masa-masa awal pandemi masuk di Indonesia sekitar Maret lalu, industri rata-rata mengalami shock. Kondisi ini merupakan imbas dari menurunnya daya beli masyarakat secara drastis. Namun kini, menurut CEO Likuid Projects, Kenneth Tali, industri sudah berada di fase survival mode.

“Kemampuan sebuah bisnis bertahan akan ditentukan dari pondasi bisnis yang dimiliki selama ini dan pengambilan keputusan manajemen untuk langkah ke depan,” kata dia. Kedua dari skala usahanya, pelaku industri kreatif datang dari skala usaha yang beragam, mulai dari UMKM, perusahaan rintisan, hingga perusahaan skala menengah.

Perbedaan skala ini membuat akses permodalan tidak bisa dimiliki oleh semua kalangan. Terlebih, bisnis yang masih belum memiliki aset yang cukup sebagai jaminan pembiayaan. ketiga, terkait subsektor industri. Kenneth mengakui tidak semua subsektor mengalami dampak yang sama, sebagian mengalami penurunan pendapatan dan sebagian lainnya justru mengalami dampak positif atau kenaikan pendapatan. Industri yang diuntungkan tersebut misalnya aplikasi permainan, teknologi, dan produk kesehatan.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi dari empat marketplace terbesar mengalami kenaikan 9.85% pada Mei 2020 dibandingkan April 2020. Sementara, industri yang berdampak negatif adalah film dan hiburan di mana produk dan jasanya terkait aktivitas massal.

“Layanan project financing dapat menjadi akses pembiayaan alternatif bagi para pelaku industri kreatif di tengah pandemi ini, khususnya perusahaan rintisan hingga skala menengah yang nilai valuasinya masih minim untuk mendapat pendanaan dari institusi pembiayaan,” kata dia menambahkan.

Menariknya, dia menuturkan bahwa selama pandemi tiga bulan lalu, Likuid Projects mengalami lonjakan permintaan pembiayaan dari para creativepreneur atau calon project owners, hingga 300%. Hal ini menandakan industri kreatif memiliki banyak sekali peluang usaha dan potensi untuk survive.

“Likuid Projects bisa menjadi ruang yang strategis agar semakin banyak akses kolaborasi yang terbuka dan nantinya menjadi stimulus agar inovasi dan kreativitas bisa tetap berkembang. Tentunya, dukungan dari publik sebagai pendana menjadi sangat besar perannya disini,” ujarnya.

Meskipun mengalami lonjakan permintaan pembiayaan, perusahaan tetap menerapkan kurasi yang ketat kepada project owners. Salah satu pertimbangannya adalah menakar minat end-user dalam mengkonsumsi proyek-proyek tersebut.

Sehingga, khususnya di saat pandemi seperti saat ini, perusahaan memprioritaskan sejumlah industri yang tumbuh seperti misalnya, industri game. “Namun, kami akan tetap menganalisa potensi-potensi industri lain, seperti film dan hiburan, dan menunggu momentum yang tepat untuk bisa mendukung mereka rebound,” kata dia.

Sejak pertama kali didirikan hingga saat ini, Likuid Projects sudah memfasilitasi beberapa proyek dari sub-sektor industri yang berbeda seperti film, iklan, tenaga listrik, dan yang paling terbaru ialah aplikasi permainan Capsa Susun yang dikembangkan oleh Touchten dan tersedia pada platform Hago.

Mengusung konsep bagi hasil atau revenue sharing antara kolaborator dan project owner, maka semakin besar pendapatan proyek, akan semakin besar pula keuntungan yang bisa didapatkan oleh kolaborator. Adapun proyeksi return untuk kolaborator dari skema bagi hasil pembiayaan suatu proyek berkisar 12% – 25% per tahun. Saat ini, perusahaan menyasar enam subsektor industri, yaitu kuliner, entertainment, e-sports, kecantikan, kesehatan, dan startup.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved