Management Strategy

Menjadi Digital Company, Beginilah Telkomsel Mentransformasi Human Capital

TselWay_1

Dalam transformasi tersebut, Telkomsel telah mewujudkan milestone penting dengan pencapaian sasaran jangka menengah 3 tahunan pertama hingga tahun 2015, yang dinamakan “triple three”, yaitu meraih enterprise value telkomsel sebesar Rp. 300 triliun pada akhir tahun 2015, pertumbuhan 33% dalam tiga tahun (2013, 2014, 2015), dan kontribusi revenue dari portfolio broadband dan bisnis digital mencapai 33% pada akhir tahun.

Direktur Human Capital Management Telkomsel, Priyantono Rudito, mengatakan, “Pencapaian selama masa transformasi ini dapat dilakukan dengan meletakkan landasan terpenting bagi pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan atau competitive sustainable growth, yaitu transformasi human capital: people, culture & organization,”.

Transformasi dilakukan itu untuk mengantarkan Telkomsel dari perusahaan telekomunikasi (telecommunication company – Telco), menjadi perusahaan digital (digital company). Dalam format Telkomsel, perubahan itu berarti bertransformasi dari Telkomsel 1.0 menjadi Telkomsel 2.O. Maksud dari ‘O’ di sini adalah Opportunity. Inilah kesempatan kedua Telkomsel meraih kesuksesan di industri digital setelah booming bisnis seluler beberapa waktu lalu dan diprediksi terus melambat pertumbuhannya.

Momen penting ini dirangkum di dalam buku “Strongest by Best People: The Telkomsel Way & Transformasi Human Capital,” karya Direktur Human Capital Telkom Herdy Harman yang pada periode 2012-2014 menjabat sebagai Direktur Human Capital Telkomsel.

Dikatakan Herdy, ketika Telkomsel memutuskan untuk melakukan transformasi dari Telco ke digital company, pertanyaan awalnya adalah, siapkah SDM Telkomsel yang berjumlah 4.800-an orang menjalankannya? Manajemen Telkomsel menyadari bahwa Mindset industri digital berbeda dengan mindset industri telekomunikasi. Sangat sulit mengharapkan perusahaan bisa sukses menjalankan bisnis digital jika masih menggunakan mindset lama sebagai perusahaan telekomunikasi. Oleh karena itu, betapa pentingnya melakukan transformasi people.

Konsep dasar melakukan transformasi people, menurut Herdy, adalah bagaimana agar karyawan yang dimiliki Telkomsel saat itu mampu mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk menjadikan Telkomsel sebagai perusahaan digital. Agar insan Telkomsel mampu mengerahkan kemampuan terbaiknya maka diperlukan pengembangan karakter, sikap, daya juang, antusiasme, dan sebagainya. Komponen ini tak lain adalah komponen budaya (culture). Untuk itulah maka, selain melakukan transformasi people, culture-nya pun harus ditransformasi sehingga lahirlah corporate culture ideal Telkomsel yang disebut The Telkomsel Way.

Melalui buku ini penulis mencoba berbagi pengalaman bagaimana Telkomsel membumikan The Telkomsel Way dalam kehidupan kerja sehari-hari hingga diserap dan mampu menyatu dengan setiap insan Telkomsel sehingga insan Telkomsel diharapkan bisa jadi great people. Dimulai dari rekrutmen karyawan baru yang lebih proaktif sehingga mereka yang mendaftar benar-benar lulusan terbaik di perguruan tingginya. Hal ini penting untuk menemukan bakal great people yang dikehendaki. Pembinaan SDM yang sudah dimiliki, jenjang karier yang lebih jelas, remunerasi yang menggiurkan, kesempatan meraih beasiswa belajar di univeritas 100 top dunia, dan sebagainya.

Bahkan untuk mendorong kegairahan kerja yang optimal dilakukan perubahan tata kerja yang lebih mengasyikan, fun, dan tidak kaku. Menurut Herdy, kemampuan terbaik seseorang akan muncul jika ia bekerja dengan senang. Oleh karena itu, di kantor Telkomsel suasana kerjanya sangat cair, bernuansa anak muda, rileks, humanis, tetapi tetap menomorsatukan kualitas hasil kerja yang optimal, inovatif, dan produktif. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved