Management Strategy

2015, Laba Astra Terpangkas 25%

2015, Laba Astra Terpangkas 25%

Laba bersih konsolidasi PT Astra Internasional Tbk (Astra) anjlok 25% menjadi Rp 14,5 triliun di akhir tahun 2015. Pada periode yang sama, pendapatan bersih juga ikut turun tipis yakni 9% menjadi Rp 184,2 triliun. Penyebabnya adalah penurunan harga komoditas, melemahnya konsumsi domestik, persaingan yang semakin ketat di sektor penjualan mobil, dan merosotnya kualitas kredit korporasi. Inilah yang menyebabkan menurunnya kontribusi di semua segmen kecuali teknologi informasi.

“Kami masih berhati-hati terhadap prospek bisnis mendatang. Namun, dengan dukungan kemampuan menghasilkan kas yang baik serta neraca keuangan yang kuat, perseroan terus berinvestasi bagi masa depan dan siap memanfaatkan peluang dari setiap perbaikan kondisi ekonomi,” kata Presiden Direktur ASII, Prijono Sugiarto dalam rilisnya.

Penurunan laba terbesar terjadi di segmen agribisnis. PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 619 miliar, anjlok 75%. Harga rata-rata CPO mengalami penurunan sebesar 16% menjadi Rp 6.971/kg dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sementara penjualan CPO menurun 24% menjadi 1 juta ton, sedangkan penjualan olein meningkat 62% menjadi 412.000 ton.

“Keuntungan dari pelemahan mata uang Rupiah terhadap pendapatan AAL yang terkait dengan mata uang dolar Amerika Serikat tidak mampu mengimbangi dampak kerugian yang timbul atas kewajiban moneternya dalam mata uang dolar AS,” katanya.

astra

Sementara itu, laba bersih dari Grup bisnis otomotif menurun 12% menjadi Rp 7,5 triliun seiring perlambatan ekonomi. Selain itu, diskon harga di pasar mobil yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi terus memberikan dampak negatif terhadap laba bersih. Bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang lebih rendah, disebabkan oleh berkurangnya volume dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Penjualan mobil secara nasional turun 16% menjadi 1.013.000 unit. Penjualan mobil Astra turun 17% menjadi 510.000 unit dan mengurangi pangsa pasar dari 51% menjadi 50% sepanjang tahun 2015. Grup telah meluncurkan 17 model baru dan 13 model revamped selama periode ini. Penjualan sepeda motor nasional menurun sebesar 18% menjadi 6,5 juta unit.

Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) berkurang 12% menjadi 4,5 juta unit. Meski begitu, pangsa pasarnya meningkat dari 64% menjadi 69%. AHM telah meluncurkan 9 model baru dan 8 model revamped selama periode ini.

Laba bersih dari bisnis jasa keuangan melorot 25% menjadi Rp 3,6 triliun. Kenaikan laba bersih PT Federal International Finance (FIF) dan PT Toyota Astra Financial Services diimbangi oleh penurunan kontribusi dari bisnis jasa keuangan lainnya. Sektor bisnis pembiayaan konsumen menurun 6% menjadi Rp 61 triliun, termasuk melalui joint bank financing without recourse.

PT Astra Sedaya Finance yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan laba bersih 17% menjadi Rp 969 miliar. Sementara itu, FIF yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih 15% menjadi Rp 1,5 triliun, berkat kenaikan pangsa pasar dan diversifikasi produk.

Laba bersih PT Bank Permata Tbk, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, anjlok 84% menjadi Rp 247 miliar seiring meningkatnya provisi kerugian pengucuran kredit sebagai konsekuensi dari peningkatan kredit bermasalah menjadi 2,7% dari tahun 2014 yang hanya 1,7%.

Grup asuransi, PT Asuransi Astra Buana, mencatat penurunan laba bersih sebesar 10% yaitu Rp 911 miliar yang disebabkan penurunan laba dari investasi. “Perusahaan patungan bersama asuransi jiwa antara Grup Astra dan Aviva Plc, berhasil menambahkan 28.500 nasabah asuransi jiwa perorangan dan lebih dari 180.000 nasabah asuransi untuk program kesejahteraan karyawan selama periode tersebut,” ujarnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved