Management Editor's Choice Strategy

2017, Kimia Farma Targetkan 1.000 Apotek

2017, Kimia Farma Targetkan 1.000 Apotek

PT Kimia Farma Apotek (KFA) akan terus membuka gerai baru. Hingga pertengahan tahun ini, gerai KFA ditargetkan mencapai 700 unit dan pada 2017 menjadi 1.000 gerai. Penambahan gerai baru selain untuk membantu pemerintah dalam memberikan layanan kesehatan berkualitas dengan harga terjangkau, hal itu diperlukan untuk mengantisipasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Direktur Utama KFA Imam Fathorrahman mengatakan, pihaknya sudah mencanangkan direalisasikannya 1.000 gerai apotek baru pada 2017. Pembukaan gerai baru menghadapi sejumlah kendala, di antaranya keterbatasan sumber daya manusia (SDM). SDM handal umumnya berada di Pulau Jawa, karena itulah sekitar 60% gerai KFA masih di Jawa. Namun ke depan, KFA mengharapkan porsi apotek di Jawa dan luar Jawa mencapai 50 : 50.

“Hingga akhir tahun ini akan dibuka 125 gerai KFA baru, pertengahan tahun ini sudah 700 gerai. Pada 2017 menjadi 1.000 gerai, ini sudah kami canangkan sejak 2011,” katanya.

Selain membuka gerai baru, lanjut dia, pihaknya juga melakukan revitalisasi atas gerai KFA yang sudah ada agar kehadirannya sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Dalam proses revitalisasi itu, KFA melakukan investasi yang cukup besar untuk pengembangan layanan, terutama dari sisi informasi dan teknologi (IT), namun pihak KFA belum bersedia menyebutkan besaran investasi tersebut.

“Kami terus berinvestasi untuk buka gerai baru dan juga revitalisasi gerai lama, kami kembangkan IT-nya. Investasinya tentu besar,” ujar dia.

Imam Fathorrahman, Direktur Utama PT Kimia Farma Apotek

Imam Fathorrahman, Direktur Utama PT Kimia Farma Apotek

Saat ini, KFA memiliki apotek sebanyak 650 gerai di Tanah Air dan satu gerai apotek di Malaysia. Indonesia saat ini memiliki 527 kabupaten/kota, KFA baru menggarap sekitar 370-an kabupaten/ kota tersebut. KFA merasa memiliki tanggung jawab moral terhadap tersedianya akses layanan kesehatan berkualitas yang mudah dan terjangkau, karena itulah layanan KFA terus diperluas.

“Sebagai BUMN, perusahaan negara, kami akan ikut mempersembahkan layanan kesehatan yang berkualitas dengan harga terjangkau. Tidak akan ada faedahnya sebuah layanan kesehatan apabila tidak dapat diakses dan berkualitas,” katanya.

Imam menjelaskan, semakin banyaknya gerai KFA di Tanah Air diharapkan bisa membantu Indonesia dalam menghadapi MEA akhir tahun ini. Pemberlakuan MEA juga akan berdampak pada dunia layanan kesehatan di Indonesia, jangan sampai negara-negara Asean bisa menggarap pasar Indonesia namun perusahaan di Indonesia hanya menjadi penonton.

“Siapa yang bisa melayani masyarakat Indonesia kalau bukan orang Indonesia sendiri. Kami lihat di berbagai daerah, tiap daerah budayanya beda. Di Madura, bagaimana KFA di sana para dokter dan petugas apotek mengkomunikasikan kesehatan ke mereka harus dengan bahasa dan budaya mereka. Salah komunkkasi, bisa berimplikasi pada kesalahan pengobatan. Implikasi lain pada ekonomi, yang seharusnya pengobatan tidak perlu mahal, karena salah penanganan dan komunikasi menyebabkan pengobatan yang mahal. Inilah yang dijaga KFA,” ujar dia. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved