Management Strategy

Tiga Orang Berpengaruh bagi Mochtar Riady

mr

Orang yang pertama adalah Li A Pi. Ia tak lain adalah ayah dari Mochtar Riady. Sejak usia 9 tahun, Mochtar kehilangan ibunya. Sejak saat itulah ayahnya menjadi sosok yang berpengaruh bagi pengembangan karakternya. Ia banyak mengajarkan filosofi hidup sekaligus berkontribusi dalam membentuk dirinya. Mochtar menyatakan bahwa ayahnya merupakan panutan baginya. Ia merupakan sosok yang tegas, sekaligus luwes.

“Beliau sering menambal baju kami yang robek, memandikan saya dan adik, serta mengingatkan kami untuk bersih diri sebelum tidur. Meski telah ditinggalkan ibu menghadap Tuhan terlebih dahulu, ayah saya tidak menikah lagi. Ia begitu mencintai ibu saya,” kenang Mochtar.

Ketegasan ayahnya juga ditunjukkan dengan mengajarkan bahwa sesuatu harus didapat dengan kerja keras. Ia juga mengingatkan agar tidak menerima pemberian orang lain tanpa alasan. Lebih baik memberi.

“Suatu ketika saya mendengar bahwa membeli lotere bisa mendadak menjadi kaya raya. Saya gunakan tabungan Rtp 1 untuk membeli selembar kupon undian. Pada saat saya mencocokkan nomor undian, ayah saya tahu. Kemudian ia merobeknya dan memukul saya tiga kali. Ia marah besar. Baginya, mendapatkan sesuatu harus dengan bekerja keras,” kenangnya.

Orang berpengaruh kedua adalah guru dari Mochtar. Ia banyak mengajarkan Mochtar mengenai pemikiran-pemikiran kesejahteraan. Ia juga banyak mengajarkan mengenai filosofi dan sejarah Tiongkok sehingga ia dapat mengambil pelajaran dari hal itu. Juga, mengajarkan Mochtar tentang keberanian.

“Guru saya dulu banyak mengajarkan tentang filosofi dan sejarah Tiongkok. Beliau salah satu pendukung dari pemikiran kiri. Saya disarankan untuk membaca buku karangan Karl Marx. Beliau banyak memikirkan serta berkontribusi dalam memerdekakan Indonesia saat itu. Jadi bisa disimpulkan saya sudah diberikan dengan asupan yang aneh aneh dari kecil oleh beliau,” ujar Mochtar.

Orang ketiga yang berpengaruh adalah Li Li-Mei. Ia tak lain merupakan isteri dari Mochtar Riady. Meskipun perjalanan cinta mereka tidak berlangsung mulus karena ganjalan dari keluarga, mereka berhasil melewatinya hingga saat ini. Mochtar menyatakan bahwa Li-Mei merupakan sosok isteri yang hebat dan pengertian. Hal ini dibuktikan pada masa Mochtar mengalami kegagalan bisnis di kala muda. Ia meminta isterinya agar lebih berhemat dan sabar dalam menjalani hidup. Namun pada saat itu, Li-Mei melakukan hal yang lebih. Diam diam isterinya membuka usaha tekstil dan menitipkannya di Pasar Baru, Jakarta. Lama kelamaan usahanya maju dan mampu menopang perekonomian keluarga.

“Saya bersyukur memiliki isteri yang penuh pengertian. Ia tabah mendampingi suami dalam keadaan apapun. Ia juga merupakan seorang ibu yang penuh cinta kasih, sabar dan bertanggung jawab. Meskipun perjodohan kami awalnya ditentang, ia mampu membuktikan diri sebagai perampuan yang tangguh. Saya bahagia dan bangga terhadap apapun yang dilakukannya, baik sebagai isteri, ibu, dan nenek,” kata Mochtar. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved