Management Technology Strategy

AASCS 2015 Menghadirkan Semangat Berbagi

AASCS 2015 Menghadirkan Semangat Berbagi

Bandung memiliki kebangaan tersendiri menjadi pencetus lahirnya Asia Afrika Smart City Summit (AASCS) 2015. Acara yang merupakan bagian dari Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 ini menghasilkan 5 poin utama yang menjadi dasar dari pelaksanaan Smart City.

20150422_113709

AASCS dibagi dalam sepuluh cluster, dimana setiap cluster akan ada pembicara baik dari walikota, akademisi, dan perusahaan. Cluster-cluster tersebut dibagi berdasarkan sub dari smart city, diantaranya Smart City Model, Disaster & Environment, Smart Government, Smart Energy, Smart City Business Model, Smart Transport, Youth Generation and Entrepreneur, Smart People, Smart Payment, dan Smart Health.

Para walikota dari negara Asia dan Afrika sudah melakukan brainstorming, mempresentasikan permasalahan dari kota masing-masing. Menurut Kang Emil, Sapaan akrab Walikota Bandung, AASCS ini mewadahi para pemimpin kota di kedua negara untuk sharing ide, pengalaman, dan masalah yang dialami kotanya. “Dari berbagai masukan tersebut, mereka bisa mengadopsi strategi kota lain untuk diterapkan di kotanya. Ini akan dilanjutkan untuk kerjasama multilateral,” ungkapnya.

Seperti di cluster Disaster & Environment, Walikota Bogor, Bima Arya menyampaikan terobosan yang ia lakukan untuk membangun Kota Bogor menuju Smart City. “Kami memiliki Bogor Green Room yang berfungsi sebagai ruang untuk mengontrol bencana lingkungan yang terjadi di Kota Bogor. Alasannya karena Kota Bogor itu rawan bencana seperti pohon tumbang, dan lain sebagainya,” katanya.

20150423_093053(1)

Sedangkan Walikota Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal pada cluster Smart People berfokus membangun kota cerdas melalui pembangunan karakter masyarakat Aceh. Ia menambahkan bahwa saat ini ia membangun Balee Inong untuk mewadahi para kaum perempuan Aceh yang ingin meningkatkan kualitas baik dari segi agama maupun kreativitas.

AASCS pun menghadirkan Prof. Dr. Francecs Giralt, Pakar di City Protocol Society. Tujuannya adalah untuk memberi referensi kepada negara-negara Asia Afrika. Ia mengatakan bahwa untuk menuju Smart City diperlukan ide dan inovasi, tidak hanya melalui diskusi sesama negara Asia Afrika tetapi juga belajar dari penglaman negara lain yang sudah menerapkan dan sukses melalui kota cerdasnya.

Ia juga menuangkan ide yang diberi nama Diversity of Cities atau kota yang beragam. “Kita mungkin bisa mengambil pengalaman dari London, lalu desain spasi publik di Barcelona, serta Jepang dengan pembangunan gedung tahan gempa. Belajar pula dari Amsterdam melalui inovasi Smart and Flexible Street-nya,” paparnya saat menjadi keynote speaker di AASCS hari pertama. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved