Management Trends zkumparan

Agenda PLN CorpU di Bawah Kepemimpinan Badrul Musthafa

Agenda PLN CorpU di Bawah Kepemimpinan Badrul Musthafa
Badrul Musthafa, General Manager PLN Corporate University (PLN CorpU)

Di tengah makin populernya pendekatan corporate university dalam pengembangan SDM korporat di Indonesia, terjadi penyegaran di tubuh PLN Corporate University (PLN CorpU). Institusi yang telah hadir secara formal sejak 2012 di lingkungan PT PLN (Persero) ini kini memiliki komandan baru: Badrul Musthafa.

Badrul resmi menyandang jabatan sebagai General Manager PLN CorpU per Januari 2019. Lelaki yang memulai kariernya di PLN sejak 1994 ini menggantikan pejabat sebelumnya, Wisnoe Satrijono, yang kini dipercaya memimpin bidang transformasi korporat di perusahaan pelat merah ini.

Seperempat abad sudah Badrul mengabdi di PLN. Lulusan Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya (1991) ini bergabung dengan BUMN ini tahun 1994. Di awal kariernya ia ditempatkan di Proyek Kelistrikan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, hingga 2002. Satu setengah tahun kemudian ia dipindahkan ke Divisi Pengadaan PLN hingga akhirnya ditugaskan ke Divisi Sumber Daya Manusia PLN.

PLN CorpU rupanya bukan institusi baru bagi Badrul. Pasalnya, di tahun 2009 ia pernah ditempatkan di Pusdiklat PLN (lembaga yang kemudian menjadi PLN CorpU) selama setahun. Selanjutnya, ia diminta memimpin Unit Jasa Sertifikasi –unit penunjang untuk menjalankan kegiatan sertifikasi di bidang ketenagalistrikan– periode 2015-2016. Ia sempat mengemban tugas sebagai Manajer SDM Distribusi Jawa Barat, sebelum ditarik kembali ke kantor pusat PLN untuk mengurus bidang baru, Sistem Pengembangan Kompetensi Organisasi. Tugas utamanya ketika itu adalah mendesain direktori kompetensi (dirkom) untuk kebutuhan PLN, mencakup soft competency dan hard competency.

Secara umum, boleh dibilang, lulusan program Magister Manajemen Bidang SDM dari Universitas Indonesia tahun 2006 ini sudah punya pengalaman cukup panjang di bidang yang terkait dengan pengembangan SDM.

Kini, sebagai GM sekaligus Chief Learning Officer PLN CorpU, Badrul memimpin tugas melayani kegiatan pembelajaran untuk seluruh karyawan PLN, yang totalnya saat ini berjumlah 45.500 orang. Mereka dari berbagai macam profesi, yang jika dipetakan terdapat 16 kelompok profesi dan terdiri dari 66 profesi spesifik, terkait dengan keseluruhan aspek bisnis PLN dari hulu ke hilir.

Konsep corporate university (corpu), dalam pandangan Badrul, harus dimaknai lebih dari sekadar lembaga pendidikan dan pelatihan dalam suatu perusahaan; melainkan sebagai sarana strategis pengembangan SDM untuk membantu perusahaan mencapai visi-misinya. Di tengah perubahan yang serba cepat dan gelombang VUCA, PLN CorpU berupaya mengakomodasi hal-hal yang bersifat insidental. “Begitu terjadi perubahan, ada strategi baru yang kami akan jalankan,” katanya.

Badrul menyebut PLN CorpU akan mendukung dari sisi penyiapan kompetensinya. “Jika dipetakan, antara pembelajaran yang bersifat dasar dan pembelajaran yang sifatnya mengakomodasi isu strategis dari BOD, komposisinya 50:50,” ungkapnya. Yang pasti, ini memang bukan tanggung jawab yang ringan. Sebab, selain harus merespons perubahan yang begitu cepat, pihaknya juga mesti bisa mengelola karyawan PLN yang jumlahnya begitu besar.

Dalam konteks corpu, jika mengacu pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan, agenda penting yang harus dipenuhi Badrul pada tahun 2019 ini adalah bagaimana PLN CorpU dapat meraih pengakuan akreditasi internasional Corporate Learning Improvement Process (CLIP) dari European Foundation Management Development. Lembaga yang dikenal cukup bergengsi ini merupakan asosiasi jaringan global dari kalangan sekolah bisnis dan perusahaan di Eropa yang bergerak di bidang pengembangan pembelajaran korporat. Menurut Badrul, untuk mencapai target tersebut, PLN harus dapat memperbaiki dan mengintegrasikan segala proses yang ada di dalam corpu agar bisa mendukung kinerja perusahaan.

Badrul menyebutkan, ada sejumlah cara untuk terus mengembangkan PLN CorpU. Salah satu yang penting adalah dalam hal desain pembelajaran (learning design), terutama dengan merumuskan materi dan desain pembelajaran yang tepat sasaran untuk setiap jabatan. “Kami akan merumuskan modul-modul yang sesuai dengan kompetensi dan tugas pokok suatu jabatan,” ujarnya. Pertimbangannya, organisasi PLN terus mengalami perubahan. Begitu ada suatu jabatan yang tugas pokoknya berubah, tinggal dilihat jabatan itu dari cluster mana dan tidak perlu dibuat materi yang baru. “Kalaupun dibutuhkan menambah materi, tidak akan terlalu banyak karena sudah dibuat sangat spesifik,” katanya.

Untuk bisa menjaga kualitas materi pembelajaran, Badrul berencana menyiapkan minimal satu instruktur yang expert dalam satu bidang profesi. Dengan demikian, kebutuhan PLN CorpU saat ini adalah menyediakan 66 instruktur ahli itu. Saat ini PLN CorpU telah memiliki 38 instruktur tetap. Di luar itu, institusi ini juga diperkuat sejumlah instruktur tidak tetap dan retired instructors.

Adapun dalam aspek learning delivery, PLN CorpU akan mengedepankan metode pembelajaran digital agar bisa diakses oleh seluruh karyawan dan mereka bisa menjalankan self learning. “Karyawan bisa belajar di mana saja, kapan saja, dan dengan caranya sendiri. Mereka bisa memanfaatkan e-learning, distance learning, portal knowledge management, webinar, dan e-library,” Badrul memaparkan.

Untuk pengujian hasil pembelajaran, PLN CorpU akan menerapkan computer adaptive test yang menjadi model pengukuran individual. “Mereka bisa mengakses dan melakukan pembelajaran sendiri, kemudian setelah mereka siap, bisa melapor untuk diuji,” katanya.

Meski sudah cukup banyak kemajuan yang dicapai PLN CorpU, tampaknya Badrul belum merasa puas. Ia menyatakan, ke depan PLN CorpU akan terus memperkuat konten, proses, serta metodologi pembelajaran, sehingga bisa menjadi benchmark bagi perusahaan lain dalam mengembangkan corpu. (*)

Jeihan Kahfi Barlian dan Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved