Management zkumparan

Alex Denni, “Teknologi Membuat Dunia Kerja Hilang Batas-Batasnya”

Alex Denni, Direktur Human Capital & Transformasi Jasa Marga
Alex Denni, Direktur Human Capital & Transformasi Jasa Marga

Gambaran HR Outlook 2020-2025 menarik dicermati. Transformasi digital akan berkembang cepat. Teknologi akan mendisrupsi business process. Dulu, gardu PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih ada, berikut portal dan petugasnya. Ke depan, hampir dipastikan akan digantikan dengan teknologi (sensor). Istilahnya, akan ada Multi Lane Free Flow.

Perilaku dan ekspektasi karyawan akan berubah. Generasi sekarang berbeda dengan generasi dulu. Bagi generasi dulu, status kekaryawanan sangat penting. Namun, ke depan, orang-orang akan semakin ingin bekerja secara fleksibel. Tidak penting menjadi pegawai tetap, yang penting mereka bisa memberikan value added kepada perusahaaan. Engagement-nya mungkin project based dan time based. Justru ke depan banyak di antara mereka yang menjajaki pekerjaan lain, seperti freelance atau working from home, karena teknologi memungkinkan untuk itu.

Implikasi teknologi ini memang luar biasa. Akan ada beberapa pekerjaan yang hilang, terutama transaction based yang dengan mudah bisa diganti dengan teknologi. Namun, teknologi pun punya dua sisi, yaitu menghilangkan pekerjaan yang telah ada, tetapi sekaligus melahirkan pekerjaan baru.

Yang pasti, dampak teknologi yaitu dunia kerja menjadi hilang batas-batasnya. Sekarang, kita bisa bekerja di coffee shop. Bekerja pun bisa kapan saja, flexy time. Bahkan, boleh jadi bekerja tidak harus Senin-Jumat, tetapi lebih fleksibel. Tiga kali seminggu, misalnya, atau dua minggu kerja berturut-turut lalu seminggu libur. Tren seperti itu umumnya dilakukan oleh anak muda dan kita tidak bisa menghalangi derasnya perubahan sistem kerja tersebut.

Di Jasa Marga, disrupsi ini tentu saja menjadi tantangan. Kami memiliki ribuan orang yang pekerjaan sehari-harinya transaction based. Kami sudah menyadari bahwa teknologi tidak bisa dibendung. Tinggal bagaimana regulasinya dari pemerintah.

Jika teknologi telah diterapkan, tantangan kami adalah bagaimana ribuan orang tadi dipindahkan ke job desc baru, bisa melalui upskilling maupun reskilling. Tantangan ini tidak mudah, dan kami sudah mengidentifikasi ada sekitar 4.000 ribu orang yang akan terdampak teknologi. Namun, hingga saat ini kami sudah membuat lebih dari 500 job baru. Kini masih kami pantau perkembangannya.

Karyawan harus siap dengan berbagai perubahan itu. Mindset harus bergeser, skill baru harus dibangun. Contohnya, orang-orang yang bertahun-tahun bekerja di gardu tol harus mulai melihat potensi mereka besar sekali, terlebih dibarengi dengan fasilitas pendidikan yang diberikan oleh Jasa Marga. Awalnya memang ada trust issue, tetapi kami buktikan dengan fasilitas.

Dalam beberapa minggu ini (terhitung sejak 8 Januari 2020), kami telah melakukan pilot project terhadap 100 orang yang paling terdampak dengan adanya disrupsi teknologi. Seratus orang ini kami latih untuk coding dan data analytics. Di Jasa Marga, dua kebutuhan itu yang demand-nya sedang tinggi sehingga kami jadikan coding dan data analytics sebagai pelatihan wajib.

Saat ini kami juga punya program From Operator to Coder. Kami bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia untuk memberikan pelatihan intensif. Tiap minggu mereka ujian, dikasih tugas, dll. Kami sudah komitmen juga apabila mereka sudah pandai dan memiliki kapasitas yang cukup, kami akan tempatkan di pekerjaan yang relevan.

Secara umum, kami mendorong karyawan untuk meningkatkan kapabilitas masing-masing. Kami punya program Autonomous Learning. Kami punya platform JM Click (Jasa Marga Colaborative Learning Completing in Knowledge) sebagai platform pembelajaran khusus karyawan. Ini sudah ada sejak Januari 2019. Fitur yang dapat diakses di platform ini, yaitu pelatihan berbentuk soal-soal hingga audio visual.

Semua karyawan kami beri bujet bernama Learning Wallet, yaitu dana yang bisa digunakan untuk menambah skill. Mereka bisa belajar apa saja, di mana saja, kapan saja, dan tanpa approval siapa pun. Membangun kapabilitas adalah tanggung jawab karyawan, perusahaan membantu dengan menyediakan resources sehingga learning adalah inisiatif karyawan, bukan dari learning center, corporate, dll.

Ada beberapa quick wins yang sudah kami peroleh dari teknologi yang mulai diterapkan. Jasa Marga sedang membangun laboratorium IOT (Internet of Things) sejak akhir 2019. Quick wins yang kami peroleh, misalnya, beberapa sistem jalan tol sudah ada yang kami provide sehingga ke depannya kami mulai punya database pelanggan. Kami sedang ujicoba beberapa teknologi di sana, salah satunya Automatic Vehicle Classification untuk mengidentifiksi golongan kendaraan. Nanti akan ada kamera dengan sensor yang secara otomatis mengklasifikasikan golongan kendaraan. Nah, ini dia yang saya maksudkan, bahwa demand paling tinggi di Jasa Marga adalah untuk coding dan data analytics.

Kami juga sedang merencanakan pengadaan satelit. Tadinya, kami tidak berpikir satelit akan menjadi pilihan. Ternyata setelah dipertimbangkan lagi, Global Navigation Satellite System sangat direkomendasikan untuk diterapkan di jalan tol. Kalau nantinya pakai satelit, sudah tidak ada gardu di jalan tol karena semua sudah bisa dipantau dan dipindai oleh sensor. Sehingga, nanti tarif tol akan lebih fair. Presiden Jokowi juga menginginkan agar tidak terlalu ada antrean panjang di gardu tol.

Jadi, fokus utama transformasi HR di Jasa Marga adalah learning. Dengan learning, mindset akan lebih terbuka dan teman-teman di Jasa Marga akan lebih termotivasi untuk melakukan eksperimen. Karena kalau tidak, yang muncul justru ketakutan karyawan bahwa pekerjaan mereka akan tergantikan teknologi. Ketakutan ini kemudian justru menjadi hambatan tersendiri dalam transformasi. Dengan edukasi, mereka punya harapan untuk melakukan pekerjaan yang value added-nya jauh lebih besar daripada yang mereka kerjakan selama ini. (*)

Andi Hana Mufidah Elmirasari dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved