Management

Aneka Terobosan Jamkrindo di Bawah Komando Randi Anto

Aneka Terobosan Jamkrindo di Bawah Komando Randi Anto
Randi Anto, Direktur Utama Perum Jamkrindo (Jaminan Kredit Indonesia)
Randi Anto, Direktur Utama Perum Jamkrindo (Jaminan Kredit Indonesia)

Berkembangnya bisnis fintech di Tanah Air, yang mayoritas bergerak di jasa pemberian pinjaman (pendanaan), cukup mampu menyemarakkan dunia bisnis. Yang makin semringah agaknya kalangan UMKM, terutama karena tadinya sulit mengakses pendanaan dari bank, kini punya alternatif sumber pendanaan yang relatif simpel, tidak berbelit-belit. Dan rupanya, masih ada lagi pihak yang ikut bergairah dengan perkembangan fintech: pelaku bisnis penjaminan kredit.

Sebagai pemain utama di bisnis penjaminan kredit, Perum Jamkrindo tak mau ketinggalan kereta. Menurut Randi Anto, Dirut Perum Jamkrindo, sejak 2017 perusahaannya sudah menjalin kerjasama dengan pelaku fintech yang berbisnis utama peminjaman dana.

Randi mulai bergabung sebagai komandan BUMN ini pada November 2017. Ia merupakan praktisi veteran di bisnis keuangan, khususnya bidang perkreditan. Selama 32 tahun sebelumnya ia berkarier di BRI, dan pernah menjabat sebagai direktur.

“Saya punya moto ‘Change & Growth’,” ujar Randi terkait jabatannya sebagai CEO. Dengan moto “Change” ia berupaya menggulirkan perubahan di Jamkrindo dari sisi operasional bisnis, serta pola pikir dan perilaku SDM-nya. Dan dengan moto “Growth”, Jamkrindo harus bisa tumbuh dari bisnis nonkonvensional, termasuk dari perkembangan industri fintech.

Tampaknya, di bawah komando Randi, peluang bisnis apa pun yang memungkinkan hendak digarap Jamkrindo. Sebagai contoh, lewat kolaborasinya dengan fintech, pihaknya mendorong agar kalangan UMKM kelas ritel dan mikro juga bisa memperoleh akses pembiayaan. “Saya minta fintech memberi pinjaman ke teman-teman startup di level bawah itu secara cepat, dan kami berikan jaminannya,” kata Randi.

Di mata Randi, prospek bisnis Jamkrindo masih sangat menjanjikan. Apalagi, menurutnya, dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2018, yang membuka ruang bagi Jamkrindo untuk menjamin kredit tidak sebatas kalangan UMKM, tetapi juga BUMN. “Kalau bicara pasar Indonesia secara makro, ada kesinambungan rencana pemerintah dengan banyak proyek infrastrukturnya,” katanya.

Kalangan UMKM dan Koperasi (UMKMK) yang ditangani masih jauh dari 100%. Menurut Randi, hal ini masih didukung dengan struktur demografi Indonesia yang porsi besarnya terdiri dari kalangan generasi milenial. “Mereka ini lebih memilih untuk membuat usaha sendiri ketimbang kerja di kantoran,” ujarnya. Usaha yang mereka dirikan tentulah menjadi lahan bagi lembaga penyedia dana — khususnya fintech– dan ini berarti juga peluang bisnis bagi Jamkrindo.

Selain berkolaborasi dengan sejumlah pemain fintech, Jamkrindo juga bekerjasama dengan beberapa perusahaan induk untuk bisa merangkul vendor-vendor kecil. Langkahnya sudah dimulai dengan menggandeng grup perusahaan semen milik BUMN, Grup Semen Indonesia. Jadi, vendor-vendor kecil perusahaan itu bisa mengajukan penjaminan kreditnya secara digital lewat induk perusahaan yang telah ditunjuk. “Dengan begitu, mereka tidak perlu jauh-jauh mendatangi kantor kami,” ujar Randi.

Langkah digitalisasi dalam aktivitas operasional memang mulai dijalankan Jamkrindo. Selain untuk proses pengajuan penjaminan kredit itu, Jamkrindo mulai membuat sertifikat penjaminan yang bukan lagi berbentuk kertas melainkan dalam bentuk digital.

Randi menuturkan, setelah ia merasa mampu mengubah pola pikir karyawan, memasuki tahun 2019, manajemen Jamkrindo mencoba melakukan langkah pembenahan perusahaan pada tiga hal: human capital, proses bisnis, dan sinergi.

Dalam praktiknya, Divisi SDM diubah menjadi Divisi Human Capital, dan kompetensi orang-orangnya ditingkatkan supaya bisa betul-betul menjadi mitra rekan-rekannya di berbagai divisi bisnis. Penilaian kinerja SDM dibuat menjadi lima grade. Apresiasi dan kompensasi berbasis pada prestasi kerja. “Kami harus jalankan konsisten, sehingga mereka merasa ‘no work, no pay’,” Randi menegaskan. Transformasi human capital ini, katanya, paling penting dan paling panjang waktunya.

Pada proses bisnis, didorong supaya mendukung pelayanan yang lebih cepat, dengan perbaikan dari sisi infrastruktur ataupun software, serta delegasi wewenang. Adapun perbaikan dari sisi sinergi, Jamkrindo bukan hanya menjalin sinergi dengan sesama BUMN, tetapi juga dengan kolega bisnis yang tergabung dalam Himpunan Perusahaan Penjaminan dan Asuransi Milik Negara (Himpara). “Kami harus bersinergi agar kapasitas penjaminan makin besar,” ujar Randi.

Tentu, aneka pembenahan itu juga diiringi dengan inovasi produk/layanan. Salah satu layanan terobosan terbarunya adalah MPG, singkatan dari Marketplace Guarantee, yang tengah menjalani pilot project. “Layanan ini akan mempermudah UMKM mengakses permodalan dari lembaga keuangan mitra Jamkrindo,” kata Randi. Layanan ini sudah berbasis teknologi, bisa diakses lewat laman umkmlayak.co.id.

Jamkrindo berperan menilai kelayakan usaha UMKM dengan sistem pemeringkatan yang mengintegrasikan metodologi Jamkrindo Scoring (JScore), psikometrik, data dari Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan, dan data NIK. Jamkrindo bertindak selaku pemasok data UMKM potensial yang layak-kredit dan layak-jamin kepada mitra lembaga keuangan (baik bank maupun nonbank) penerima jaminan.

Dengan aneka pembenahan dan terobosan yang telah dilakukan, Jamkrindo menargetkan bisnisnya bisa tumbuh 17-18% tahun ini. Pada semester I/2019, Jamkrindo mencatatkan nilai volume penjaminan Rp 102,88 triliun, atau naik 19,21% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 86,30%. Kinerja tersebut memberikan laba sebelum pajak (Earning Before Tax) sebesar Rp 373,03 miliar, atau naik 82,28% dibandingkan periode sebelumnya. Dengan pencapaian pada semester I ini, manajemen Jamkrindo percaya diri dapat memenuhi target volume penjaminan kredit sebesar Rp 182,36 triliun pada 2019.

Ke depan, BUMN ini akan terus memperluas kemitraannya, termasuk dengan para pelaku bisnis asuransi umum dan asuransi jiwa. “Kami sudah bicara dengan mereka, harus ada bundling produk, dan harus ada co-branding, yang intinya harus mengenalkan produk penjaminan, di mana kami bisa menjadi kanal distribusinya,” kata Randi. Selain itu, Jamkrindo juga akan terus mengembangkan unit bisnis Jamkrindo Syariah. “Umurnya baru masuk tahun ke-4, tapi pertumbuhannya cukup bagus,” kata Randi dengan nada senang. (*)

Joko Sugiarsono dan Sri Niken Handayani

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved